Mozaik Peradaban Islam

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (10): Penculikan Borte

in Sejarah

Last updated on February 20th, 2019 02:29 pm


Delapan belas tahun lalu, Hoelun muda diculik dari suku Merkid oleh Yesugei. Kini suku Merkid menuntut pembalasan, tapi bukan Hoelun yang mereka inginkan, melainkan istri Temujin, Borte.

Setelah menyelesaikan segala urusan di rumah terkait kedatangan Borte, kini Temujin menitipkan mempelai wanitanya itu kepada ibunya, Hoelun. Temujin hendak menemui Ong Khan, khan suku Kereyid yang beragama Kristen, untuk memberinya mantel musang hitam sebagai ikatan anda. Temujin berangkat dengan adik lelakinya Khasar dan adik tirinya Belgutei. Sesampainya di kediaman Ong Khan, dengan semangat dia menerima hadiah tersebut. Dengan demikian itu menjadi sebuah tanda bahwa Ong Khan mengakui Temujin untuk menjadi anak angkatnya.

Ong Khan kemudian berniat menjadikan Temujin sebagai pemimpin lokal untuk para prajurit mudanya. Namun karena Temujin kurang berminat dengan sistem tradisional masyarakat padang rumput tersebut, dia menolaknya. Temujin tampaknya hanya menginginkan perlindungan dari Ong Khan untuk keluarganya. Berbekal ketenangan karena sudah mendapatkan jaminan perlindungan, Temujin dan kedua adiknya kemudian pulang ke perkemahan mereka di sisi Sungai Kherlen. Di sana, mempelai laki-laki muda tersebut berusaha menikmati waktu yang diperolehnya dengan susah payah bersama pengantin dan keluarganya.

Setelah melewati masa-masa sulit di tahun-tahun awal kehidupannya, Temujin kini berusaha menikmati hidup. Selain itu, dengan bertambahnya usia, saudara-saudara yang lainnya pun tampaknya sudah lebih terampil untuk bekerja. Selain keluarga intinya, kini anggota rumah tangga Temujin bertambah dengan kedatangan dua remaja lainnya. Yang pertama adalah Borchu, secara tidak sengaja Temujin bertemu dengannya ketika sedang mencari beberapa kudanya yang dicuri, dan kini dia memutuskan untuk bergabung dengan keluarga Temujin. Yang kedua adalah Jelme, anak ini merupakan pemberian dari ayah Temujin, Yesugei. Dokumen Sejarah Rahasia Bangsa Mongol tidak menjelaskan bagaimana awalnya atau kenapa Jelme bisa menjadi diberikan kepada Temujin.

Tambahan anggota rumah tangga lainnya tentu saja adalah Borte, mempelai wanita Temujin. Dengan demikian rumah tangga Temujin kini terdiri dari tujuh remaja laki-laki yang bertugas untuk berburu dan melindungi keluarga, dan empat orang wanita. Komposisi wanitanya adalah Hoelun, Ibu Temujin, yang menjadi sesepuh dalam rumah tangga;  Sochigel, istri pertama Yesugei, dan ibu dari Belgutei; adik tiri Temujin; Borte, istri Temujin; dan seorang wanita tua lain, Khoákchin, yang tidak diketahui asal-usulnya.

Temujin sangat menyukai menjadi kepala rumah tangga dari keluarga kecilnya yang hangat ini, dan dia sudah cukup puas sehingga tidak berpikir untuk meraih kekuasaan yang lebih luas secara politik. Tetapi kehidupan masyarakat suku padang rumput yang keras tidak mengizinkannya untuk dapat hidup tenang dan bahagia. Selama beberapa generasi dalam ratusan tahun, suku-suku padang rumput Mongolia sudah terbiasa hidup dengan saling memangsa satu sama lain tanpa ampun. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu tidak pernah dilupakan, dan setiap luka yang pernah mereka alami seringkali dijadikan alasan untuk penyerangan. Tidak peduli seberapa terpencilnya kini rumah tangga Temujin berada, di dunia yang penuh gejolak yang berkelanjutan ini mereka juga tidak bisa untuk menjadi pengecualian atau tidak tersentuh sama sekali.[1]

Penculikan Borte

Delapan belas tahun yang lalu, suku Merkid diserang oleh Yesugei, ayah Temujin. Yesugei dan kelompoknya menjarah apa saja yang mereka bisa, termasuk menculik Hoelun muda, yang kelak akan menjadi ibu Temujin. Kali ini suku Merkid akan datang untuk menuntut balik, bukan untuk meminta Hoelun kembali, yang mereka inginkan adalah Borte. Hal ini mereka lakukan sebagai tindakan pembalasan atas penculikan wanita dari suku mereka oleh Yesugei.[2]

Di tengah padang rumput terpencil di hulu Sungai Kherlen, pagi-pagi sekali, masing-masing anggota keluarga kecil ini masih tertidur di dalamnya. Sementara itu di kejauhan, sekelompok penyerbu dari suku Merkid sedang berderap dengan kudanya menuju ke arah mereka. Khoákchin, sebagaimana wanita tua lainnya yang seringkali bangun lebih awal, ketika kuda semakin dekat, merasakan sebuah getaran dari kaki kuda yang menghantam bumi.[3]

“Ibu, ibu, cepat bangun! Bumi bergetar dan aku dapat mendengar suara kaki kuda yang berderap. Apakah orang-orang Tayichiud yang mengerikan itu telah menyerang? Ibu, cepat bangun!” kata Khoákchin kepada Hoelun.

Hoelun segera bangun dan berkata, “Cepat, bangunkan anak-anak!”[4]

Setelah dibangunkan, ketujuh laki-laki muda itu melompat, bergegas dengan panik untuk memakai sepatu mereka, dan berlari ke kuda mereka sambil terhuyung-huyung. Temujin melarikan diri bersama enam pemuda lainnya, adik perempuannya, dan ibunya. Dia meninggalkan Sochigel, Khoákchin yang telah menyelamatkan mereka semua, dan Borte. Di dunia suku padang rumput yang keras, di mana kematian dan tragedi kehidupan dapat menerpa kapan pun, tidak ada seorang pun yang memiliki idealisme sebagai seorang ksatria.

Dalam perhitungan cepat mereka, dengan meninggalkan tiga orang wanita ini sebagai barang rampasan, gerak para penyerbu akan melambat, sehingga semua yang melarikan diri dapat selamat. Temujin tahu, padang rumput yang terbuka tidak dapat memberikan perlindungan, sehingga mereka harus berkuda dengan sangat cepat untuk menuju ke daerah pegunungan di utara.

Pada saat para penyerang mencapai tenda, Temujin dan kelompok kecilnya telah berlari ke dalam kegelapan pagi. Sementara itu Khoákchin, dengan membawa gerobak sapi, dengan Borte dan Sochigel disembunyikan di dalamnya, berjalan dengan perlahan untuk melarikan diri. Ketika sinar matahari datang, dari kejauhan salah seorang prajurit melihatnya. Segera saja mereka menghampiri Khoákchin dan mengelilinginya.[5]

Mereka bertanya, “Siapa engkau?”

Khoákchin menjawab, “Aku adalah milik Temujin. Aku datang untuk mencukur domba di tenda besar dan sekarang aku kembali menuju tendaku.”

Mereka bertanya kembali, “Apakah Temujin ada di tendanya? Seberapa jauh tendanya dari sini?”

Khoákchin menjawab, “Tendanya berada di dekat sini, tetapi apakah Temujin berada di sana atau tidak, aku tidak tahu. Aku bangun dan pulang kembali lebih awal.”

Tidak cukup sampai di sana, mereka bertanya kembali dengan penuh kecurigaan sambil mengitari gerobak Khoákchin, “Apa yang kau bawa dalam gerobak ini?”

Wanita tua itu menjawab, “Aku membawa wol.”

Namun sayangnya penyembunyian Sochigel tidak sempurna, sebagian ujung kakinya menyembul keluar, dan salah seorang prajurit melihatnya, berkata, “Bongkar semuanya dan lihat di dalamnya!”

Dengan cepat mereka menemukan Sochigel dan Borte yang tengah bersembunyi di dalamnya. Adapun setelah beberapa pencarian mereka tidak menemukan Temujin, mereka memutuskan untuk membiarkannya. Kini ketiga wanita tersebut dibawa oleh mereka.[6]

Peristiwa malang yang menimpa keluarga kecil ini kelak akan menjadi penentu dalam kehidupan Temujin. Persekutuan yang telah dibuatnya dengan cerdik dengan Ong Khan akan menjadi jalan keluar bagi krisis yang tengah dia hadapi dengan orang-orang Merkid. Dan tidak hanya sampai di sana, peristiwa ini akan menjadi jalan bagi Temujin menuju tangga kebesaran. (PH)

Bersambung ke:

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (11): Spiritualitas Genghis Khan

Sebelumnya:

Bangsa Mongol dan Dunia Islam (9): Suku Kristen Mongolia

Catatan Kaki:


[1] Jack Weatherford, Genghis Khan and the Making of the Modern World (Crown and Three Rivers Press, 2004, e-book version), Chapter 1.

[2] Ibid.

[3] Ibid., Chapter 2.

[4] Igor de Rachewiltz, The Secret History of the Mongols: A Mongolian Epic Chronicle of the Thirteenth Century (Western Washington University, 2015), hlm 29.

[5] Jack Weatherford, Loc.Cit.

[6] Igor de Rachewiltz, Ibid., hlm 29-30.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*