Mozaik Peradaban Islam

Category archive

Studi Islam - page 13

Studi Islam

Pengantar Teosofi Islam (9): Tingkat-tingkat Wujud (4): Syariat, Tarikat, dan Hakikat

Ibadah ritual-formal adalah satu-satunya pintu yang ditetapkan oleh Allah untuk menuju pada penghayatan ruhani dan pencapaian makna dalam tarikat. Para pemikir Islam menyebutkan bahwa Islam memiliki aspek formal berupa tanda-tanda yang terlihat, aspek substansial berupa makna-makna dan terakhir adalah hakikat Islam berupa pengesaan (tauhîd) kepada Allah dan penghambaan dalam diri. Inilah yang oleh para sufi… Teruskan Membaca

Studi Islam

Pengantar Teosofi Islam (8): Tingkat-tingkat Wujud (3): Bentuk dan Makna

Rasulullah SAW bersabda, “Manusia tertidur, kalau sudah mati barulah mereka benar-benar terbangun.” Segala ciptaan adalah Tindakan Allah. Dan Tindakan ilahi adalah bentuk (shûrah atau phenomenon) yang memberikan makna (ma’na atau noumenon) tentang Nama-nama Allah (haqîqah). Setiap bentuk mempunyai sisi makna, dan makna adalah sisi hakiki sesuatu. Kalau kita katakan X adalah bentuk dari Y, maka… Teruskan Membaca

Studi Islam

Pengantar Teosofi Islam (7): Tingkat-tingkat Wujud (2): Hakikat, Nama, dan Sifat

“Allah” (الله) adalah sebutan yang mencakup seluruh Nama dan Sifat. Kata “Allah” juga mengandung makna keseluruhan Tindakan-Nya yang mengumpamakan Kesempurnaan Hakikat-Nya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Wujud Mutlak mempunyai dua sisi atau wajah: wajah ketakterbandingan (tanzîh), ketersembunyian, keagungan, ketunggalan, ketakterperian dan sebagainya; serta wajah perbandingan (tasybîh), ketampakan, keindahan, keragaman dan sebagainya. Dalam kaitan dengan wajah yang… Teruskan Membaca

Studi Islam

Pengantar Teosofi Islam (6): Tingkat-tingkat Wujud (1): Kebertingkatan Cahaya Wujud

Pewujud atau Tuhan yang berada di puncak Kesempurnaan tidak mungkin “mencurahkan” kesempurnaan Cahaya-Nya secara seragam dan setara pada segala sesuatu, mengingat kemampuan tiap-tiap maujud berbeda-beda dan bertingkat-tingkat. Cahaya Wujud memancar kepada segenap maujud secara bertingkat-tingkat, sesuai dengan prinsip Kebijakan (hikmah), Kekuasaan (qudrah), dan Keadilan (‘adl). Tingkat dan derajat kesempurnaan setiap maujud (marâtib al-kamâlât al-wujûdiyyah) sesuai… Teruskan Membaca

Studi Islam

Pengantar Teosofi Islam (5): Tentang Wujud dan Kemaujudan (5): Wilayah Bahasa dan Pengetahuan Manusia

Cara paling mungkin untuk mengenal Wujud Mutlak ialah dengan meminta kepada-Nya memperkenalkan Diri-Nya. Agama adalah wilayah pengungkapan Ilahi. Maujud Mutlak berada di luar cakrawala pengetahuan dan pengalaman manusia. Data yang ada pada ilmu pengetahuan manusia hanya memungkinkan cakrawala itu bergeser, sehingga medan pemahaman tentangnya makin bertambah. Ibarat “katak dalam tempurung”, manusia tidak akan pernah mengetahui… Teruskan Membaca

Studi Islam

Warna-Warna dalam Alquran dan Tradisi Islam (3): Putih dan Hijau

Jika ada dua warna dalam Alquran yang cenderung ditampilkan sebagai simbol kebaikan, maka kedua warna itu adalah putih dan hijau. Selain predikat warna benda, Allah SWT juga menjadikan kedua warna tadi sebagai simbol kebaikan. Jika putih melambangkan kesucian dan kebahagiaan serta cahaya terang, maka hijau melambangkan kesuburan, keindahan, dan kenyamanan. Dalam Islam terutama dalam kitab… Teruskan Membaca

Studi Islam

Pengantar Teosofi Islam (4): Tentang Wujud dan Kemaujudan (4): Hubungan Wujud dan Maujud (Hubungan Sebab dan Akibat atau Pencipta dan Ciptaan)

Para ahli hikmah menyebut seluruh maujud selain Wujud Mutlak atau Allah sebagai ‘bayangan’ (syabah), penampakan’ (tajalli), nama (ism), tanda (âyah) atau perumpamaan (matsal). Hubungan Wujud Mutlak dan semua maujud selain-Nya biasanya diistilahkan dengan hubungan sebab dan akibat atau hubungan ciptaan dan Pencipta. Hubungan ini tidak bisa digambarkan seolah-olah Wujud memberi kewujudan pada suatu maujud, sehingga… Teruskan Membaca

Studi Islam

Pengantar Teosofi Islam (3): Tentang Wujud dan Kemaujudan (3): Ketunggalan dan Penampakan

Apabila kita membayangkan semua maujud selain Wujud Mutlak, dengan pasti kita akan menemukan bahwa semua selain Dia hanyalah pancaran dan penampakan-Nya. Seperti telah berulang-ulang ditegaskan, Wujud bersifat tunggal dan sederhana karena semua yang kita bayangkan pasti bisa kita rujukkan kepada-Nya. Dalam filsafat Islam, ada prinsip yang disebut: “صرف الشئ لا يتثنّى ولا يتكرّر” (Sesuatu pada… Teruskan Membaca

Studi Islam

Warna-warna dalam Alquran dan Tradisi Islam (2): Hijau, Kuning, Merah, dan Biru

Empat warna, yakni hijau (hadroa), kuning (sufrah), merah (hamroa), dan biru (zurqa) dengan atau tanpa variasi warna, tertera dalam Alquran. Jika hijau (hadroa) disebutkan sebanyak sembilan kali, maka kuning (sufrah) dan merah (hamroa) lima kali, dan biru (zurqa) satu kali. Selain hitam (muswadda) dan putih (baidha), maka hijau (hadroa), kuning (sufrah), merah (hamroa), dan biru… Teruskan Membaca

Studi Islam

Pengantar Teosofi Islam (2): Tentang Wujud dan Kemaujudan (2): Wujud dan Cahaya

Wujud kadang-kadang digambarkan sebagai sesuatu yang tidak tampak dalam dirinya sendiri, tapi menampakkan segala sesuatu selainnya. Karena itu, wujud pada umumnya diibaratkan dengan “cahaya”. Dalam pemikiran Islam, wujud sering dikontraskan dengan mâhiyyah (ماهيّة). Wujud adalah realitas objektif (الواقع الخارجي), sedangkan mahiyah adalah gagasan  tentang realitas objektif partikular. Semua maujud partikular pasti memiliki mahiyah, sedangkan Wujud… Teruskan Membaca