Mozaik Peradaban Islam

Category archive

Studi Islam - page 25

Studi Islam

Memaknai Revolusi Imam Husein (9): Asyura

“Singgasana yang dibangun Umayyah dengan susah payah mulai runtuh dengan perlahan setelah mereka membantai keluarga Rasulullah dalam Asyura. Yang hak dan yang batil menjadi terang benderang. Setelahnya, Umayyah tidak pernah sama lagi. Sampai berakhirnya dinasti ini, pemberontakan tidak pernah kunjung padam.” –O– Asyura Hari itu, tanggal 10 Muharram 61 H, Sayidina Husein keluar dengan mengenakan… Teruskan Membaca

Studi Islam

Memaknai Revolusi Imam Husein (8): Karbala

“Sesungguhnya aku tidak melihat kematian kecuali sebagai kebahagiaan dan kehidupan bersama orang zalim sebagai kenistaan.” ~Husein bin Ali –O– Di Mekkah, Sayidina Husein tak hentinya memperingatkan semua tokoh dan masyarakat Islam waktu itu tentang situasi yang demikian mengancam eksistensi Islam. Dia pun lugas menyatakan takkan pernah mungkin memberikan baiat kepada Yazid, yang diketahui umum sebagai… Teruskan Membaca

Studi Islam

Memaknai Revolusi Imam Husein (7): Undangan dari Kufah

“Yazid tengah dalam upaya untuk memaksa semua pihak oposisi untuk berbaiat kepada dirinya. Sementara itu, Husein, cucu Nabi, justru mendapat ribuan surat undangan dari masyarakat Kufah yang memintanya untuk memimpin mereka. Dengan situasi seperti itu, kira-kira apa yang akan dilakukan Husein dan Yazid?” –O– Sekilas Tentang Peristiwa Asyura Para sejarawan Islam telah bersepakat tentang fakta… Teruskan Membaca

Studi Islam

Memaknai Revolusi Imam Husein (6): Wafatnya Hasan bin Ali

“Muawiyah berkata, ‘Ibnu Abbas, tahukah engkau Hasan sudah meninggal?’ Ibnu Abbas balik bertanya, ‘Untuk itu engkau bertakbir?’ Muawiyah menjawab dengan girang ‘Iya!’.” –O– Menurut catatan sejarah, orang pertama yang mengusulkan untuk mengangkat Yazid menjadi khalifah setelah Muawiyah adalah al-Mughira bin Syu’bah – sosok yang patut dicurigai sebagai dalang skenario pembunuhan Khalifah kedua. Hal ini terjadi… Teruskan Membaca

Studi Islam

Memaknai Revolusi Imam Husein (5): Dinasti Pertama Islam

“Setelah berdamai dengan Hasan, Muawiyah mendaulat dirinya sebagai Khalifah. Muawiyah kemudian menunjuk Yazid, putranya, sebagai penggantinya. Cetak biru sistem politik Islam kembali menjadi sistem ashobiyah, pertalian darah, dan kesukuan. Dinasti pertama dalam Islam telah berdiri.” –O– Tak kurang seperti ayahnya, Hasan bin Ali bin Abi Thalib memiliki kecermatan yang tinggi dalam membaca situasi dan corak… Teruskan Membaca

Studi Islam

Memaknai Revolusi Imam Husein (4): Puncak Perlawanan Kaum Oligarki Lama

“Jika di masa kekhalifahan sebelumnya isu gesekan antar kelas menguat, maka tidak pada masa Ali bin Abi Thalib, dia memulihkan kesetaraan, mengurangi ketegangan Arab dan non-Arab, serta menahan gerak laju oligarki Jahiliyah yang mencoba bercokol kembali.” –O– Setelah terbunuhnya Khalifah kedua di tangan non-Arab, maka jalan partai orde lama itu untuk mengukuhkan diri dalam struktur… Teruskan Membaca

Studi Islam

Memaknai Revolusi Imam Husein (3): Celah Kebangkitan Oligarki

“Sejak pembunuhan Umar bin Khattab, oligarki Quraisy menemukan skema ideal untuk membangun lebih jauh friksi kelas Arab dan non-Arab (yang lebih dikenal dengan istilah Ajam), kelas majikan dan budak, partai pemerintah dan partai oposisi, dan berbagai dikotomi lainnya.” –O– Berbeda dengan oligarki yang tumbang akibat suatu revolusi, amnesti Nabi terhadap anasir oligarki Mekkah tidak lantas… Teruskan Membaca

Studi Islam

Memaknai Revolusi Imam Husein (2): Oligarki Jahiliah Vs Egalitarianisme Islam

“Orang perlu terlebih dahulu menilik kondisi-kondisi umum peradaban yang melatarinya. Situasi pada masa Sayidina Husein tidak lain merupakan episode yang berlangsung dalam rangkaian yang panjang. Ia tidak terjadi di ruang hampa sebagai kebetulan, melainkan merupakan bagian dari dinamika dan proses sosial-politik yang berkembang dalam masyarakat Islam sejak masa Rasulullah SAW.” –O– Beberapa Catatan Pendahuluan Sebelum… Teruskan Membaca

Studi Islam

Memaknai Revolusi Imam Husein (1): Warisan Agung

“Jika ada sesuatu yang berharga dalam sejarah Islam, itu bukanlah perang, atau politik, atau sejumlah ekspansi yang brilian, atau penaklukan yang gemilang, atau bahkan jejeran karya intelektual para pendahulu kita.” –O– Pengantar Kaum Muslimin pada umumnya sudah tentu mengenal nama Husein bin Ali bin Abi Thalib. Cucu Nabi Muhammad Saw dari putri semata wayangnya, Fathimah… Teruskan Membaca

Studi Islam

Al-Quran dan Perempuan (2): Para Perempuan Penerjemah Al-Quran (1)

“Perempuan diciptakan dengan citra Ilahi yang lebih tinggi dibanding kaum laki-laki. Sosoknya yang unik, mampu menaklukkan hati Sang Nabi SAW, dalam kata-katanya: “Aku diciptakan untuk mencintai tiga hal: shalat, wewangian, dan perempuan.” Kehadirannya di bumi bukanlah sekadar pelengkap, bukan pula teman belakang yang dipanggil kala dibutuhkan. Dia teman berbagi sekaligus sahabat dekat dalam segala kondisi.… Teruskan Membaca