“Karena kedekatan Jabir dengan keluarga wazir, ia pun terpaksa melarikan diri ke Kufa. Ia bersembunyi dari para pendukung khalifah Harun Al-Rasyid.”

Perkembangan dunia sains didominasi oleh Muslim sekitar tahun 800 M. Berawal dari pemerintahan Harun al-Rashid di Baghdad, hingga beberapa pemerintahan khalifah setelahnya. Yang disebut sebagai The Golden Age of Islam atau Masa Keemasan Islam.
Para cendekiawan Muslim menjadi pelopor akan temuan-temuan hebat, yang dikembangkan oleh ilmuwan dari luar Arab, dari masa ke masa. Para cendekiawan Muslim, termasuk Jabir bin Hayyan, telah memberikan sumbangan berharga yang menjadi bagian integral dari sejarah perkembangan sains global.
Masa Kecil
Abu Musa Jabir bin Hayyan Al-Azdi seorang ilmuwan terkemuka lahir di Kota Tus, Provinsi Khorasan, Iran pada tahun 721 M. Ia menjadi saksi sejarah dalam dua era kekhalifahan yang signifikan, yakni Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
Jabir dikenal di Barat dengan nama Latin “Geber”, sebuah julukan yang berasal dari kata “gibberish” yang memiliki makna “omong kosong”. Julukan ini diyakini memiliki kaitan dengan kode tulisan kriptografi yang kompleks, di mana Jabir sering menggunakannya.[1]
Ia memiliki nama lain yaitu Al-Azdi, yang diambil dari garis keturunan sang ayah.
Ayah Jabir, Hayyan Al-Azdi, merupakan seorang attar, yakni sebutan untuk ahli pengobatan (apoteker). Hayyan merupakan keturunan dari Al-Azdi atau Azad, salah satu kabilah yang terbesar di Yaman.
Pada awalnya, keluarga Jabir tinggal di Kota Kufa, Irak, ketika Bani Umayyah berkuasa. Namun, situasi politik yang kompleks pada masa itu menyebabkan Hayyan harus pindah dari Kota Kufa.
Kepindahan ayah Jabir ke Kota Tus, untuk mengikuti kegiatan kampanye pendukung Bani Abbasiyah di Persia. Keterlibatan Hayyan dengan gerakan pemberontakan rupanya terus diintai oleh intelijen dari pihak Bani Umayyah, sampai akhirnya ia ditangkap dan dieksekusi.
Setelah kematian ayahnya, keluarga Jabir melarikan diri ke Yaman.[2]
Selama berada di Kota Yaman, Jabir belajar di bawah bimbingan seorang ulama besar bernama Harbi Al-Himyari. Dari Harbi Al-Himyari, Jabir mempelajari studi Alquran, matematika, juga dasar-dasar ilmu lainnya.
Menjadi Alkemis Istana
Setelah kekhalifahan Bani Umayyah digulingkan dan digantikan oleh Bani Abbasiyah, Jabir kembali ke Kota Kufa. Disebutkan bahwa Jabir meneruskan studinya di bawah bimbingan Imam Ja’far Al-Sadiq. Dari Ja’far Al-Sadiq, Jabir memperdalam ilmu-ilmu farmasi, filsafat, astronomi, dan alkimia.[3]
Berkat pengetahuannya dalam bidang ilmu obat-obatan, Jabir menarik perhatian Ja’far bin Yahya Al-Barmaki. Ia putra dari seorang wazir (menteri agung), yang sangat berpengaruh pada masa itu. Ja’far mengangkat Jabir sebagai alkemis istana, dan Jabir menetap di Baghdad. Kala itu pemerintahan dipimpin oleh khalifah Harun Al-Rasyid.[4]
Jabir pun menjabat sebagai dokter yang bekerja untuk wazir, yaitu keluarga al-Barmakiah (Barmakid). Ia juga menjalin hubungan yang baik dengan Ja’far bin Yahya.
Keluarga al-Barmakiah dikenal menaruh perhatian khusus pada berbagai bidang ilmu, dan memiliki toleransi terhadap filsafat juga agama lain. Sang wazir, Yahya Al-Barmaki, disebutkan mempunyai ketertarikan pada karya-karya Sansakerta dan agama di India.
Kemungkinan besar, Jabir diperkenalkan kepada Harun Al-Rasyid dikarenakan ia memiliki pengetahuan yang luas, terlebih pada studi ilmu sains. Karena keluarga al-Barmakiah mendukung studi bidang ilmu sains pun juga seni. Salah satu sumber menuliskan bahkan Ja’far sendiri yang membawa dan memperkenalkan Jabir ke hadapan sang khalifah.[5]
Selama masa di istana, Jabir pernah mengusulkan pada Harun Al-Rasyid untuk mendatangkan buku-buku ilmiah Yunani dari Konstantinopel. Yang menunjukkan ketertarikannya pada pengetahuan lintas budaya.
Namun, kiprah Jabir selama di istana berakhir singkat akibat peristiwa yang dikenal sebagai Tragedi Barmakiah. Penyebab peristiwa tersebut, disebutkan bahwa keluarga al-Barmakiah terlalu berkuasa dan mengancam kedudukan khalifah Harun Al-Rasyid.
Masalah internal antara keluarga al-Barmakiah dan sang khalifah semakin meruncing, padahal sebelumnya mereka menjalin hubungan yang begitu dekat. Akhirnya, keluarga Barmakid disingkirkan dan kedudukan mereka diputus oleh sang khalifah, dari hukuman penjara bahkan eksekusi.
Karena keterlibatan kedekatan Jabir dengan keluarga wazir, ia pun terpaksa melarikan diri ke Kota Kufa. Ia menyembunyikan identitasnya dari para pendukung khalifah Harun Al-Rasyid, dan hidup dalam penyamaran yang ketat.
Dua abad setelah tahun kematian Jabir, sisa-sisa laboratorium ditemukan saat penggusuran rumah-rumah di distrik Bab Damaskus, Baghdad. Tempat tersebut diduga merupakan warisan ilmiah Jabir dalam bidang alkimia.[6]
Bersambung…
Catatan kaki:
[1] Samir S Amr, Abdelghani Tbakhi, Jabir ibn Hayyan, pada laman https://www.researchgate.net/publication/45260574_Jabir_ibn_Hayyan diakses pada 14 September 2023
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] HistoryVille, Jabir ibn Hayyan: The Persian Muslim Scientist Who Founded Modern Chemistry pada laman https://www.youtube.com/watch?v=pdSSkoFmZzU diakses pada 14 September 2023
[5] Impresi Republika, Jabir bin Hayyan Ilmuwan dan Filsuf Arab Perintis Pertama dalam Ilmu Kimia (1), pada laman https://impresi.republika.co.id/sana-sini/1692932016/Jabir-Bin-Hayyan-Ilmuwan-dan-Filsuf-Arab-Perintis-Pertama-dalam-Ilmu-Kimia-1 diakses pada 14 September 2023
[6] Ibid.