Jabir bin Hayyan: Putra Apoteker Menjadi Bapak Kimia Modern (2)

in Tokoh

“Sekitar abad ke-10, kumpulan karya Jabir diperdebatkan oleh ilmuwan Muslim. Karena konsep dan gaya penulisan dari karya-karyanya berbeda-beda, seperti tak ditulis oleh satu orang.”

Sumber gambar: everand.com

Minim catatan sejarah mengenai kehidupan Jabir melarikan diri setelah Tragedi Barkamiah. Salah satu sumber hanya menyebutkan bahwa ia justru diusir dari Baghdad karena kedekatannya dengan keluarga al-Barmakiah, lalu Jabir kembali ke Kota Kufah hingga akhir hayatnya di sana.[1]

Muncul perbedaan pendapat mengenai Jabir bin Hayyan. Hal ini sempat menjadi perdebatan panjang antara ilmuwan Muslim pun juga ilmuwan dari Barat. Terlebih terhadap karya-karyanya yang konon mencapai 3000 karya tulis, dianggap sebagai sesuatu yang mustahil.

Kontroversi Asal Etnis

Informasi yang ada mengenai asal usul Jabir bin Hayyan menunjukkan adanya ambiguitas dan perbedaan pendapat. Terdapat dua narasi berbeda dalam sumber historis yang menimbulkan ketidakpastian terkait asal etnis dan tempat kelahirannya.

Yang pertama, sumber yang menyatakan bahwa Jabir lahir di Kota Tus pada tahun 721 M dan wafat di Kota Kufa pada tahun 815 M. Namun pendapat lain mengklaim ia lahir di Kota Kufa pada tahun 750 M.[2]

Selanjutnya, terdapat keraguan mengenai asal etnis Jabir. Ada sumber menggambarkan Jabir seorang ilmuwan Persia, mengacu pada hubungannya dengan Kota Tus di Persia.[3]

Namun, informasi terkait dengan dengan ayah Jabir yang merupakan keturunan dari Bani Azad di Yaman, mengindikasikan bahwa secara genealogis, ia adalah bangsa Arab.[4] Bani Azad adalah kelompok Arab yang tersebar di Jazirah Arab setelah runtuhnya bendungan Ma’rib.

Spekulasi Terhadap 3000 Karya Tulisnya

Sekitar abad ke-10, kumpulan karya Jabir diperdebatkan oleh ilmuwan Muslim. Karena konsep dan gaya penulisan dari karya-karya tersebut berbeda-beda, seperti tak ditulis oleh satu orang. Nama Jabir bin Hayyan terlihat seperti nama pena dari “tulisan bawah tanah” penulis lain.

Bahkan sejarawan Jerman bernama Paul Kraus, pada tahun 1940-an, menyatakan, “Itu semua mengandung terlalu banyak perbedaan, baik dalam gaya maupun isi.”[5]

Ia mendiskreditkan Korpus Jabirian dan menyatakan bahwa kemungkinan ilmuwan lain yang mengkait-kaitkan karya mereka dengan Jabir. Karya-karya tersebut dibuat pada abad ke-9 dan ke-10 M, jauh setelah Jabir wafat. Maka kumpulan karya itu kemudian dikenal sebagai “Korpus Jabirian”, karya tulis para penggemar atau pengikut Jabir.

Karya-Karya Jabir bin Hayyan

Terlepas dari berbagai kontroversi yang berkaitan dengan Jabir—baik mitos maupun misterinya, karya-karya aslinya nyata dan valid. Karya-karya Jabir yang diketahui hingga saat ini yaitu, Al-Kimya (buku tentang kimia), Ar-Rahmah, Al-Sabe’en (The Book of the Seventy), At-Tajmi’ (tentang Konsentrasi), dan Az-Zi’baq As-Syarqi (Air Raksa Timur).[6]

Jabir diyakini sebagai ilmuwan pertama yang menjadikan alkimia menjadi ilmu eksperimental berdasarkan teori alam, dan empat elemen (api, air, udara, dan tanah). Dari hasil eksperimennya, dia berhasil membuat asam, terutama asam nitrat, sitrat, asam tartarat, dan klorida.

Ia pun menyuling cuka untuk membentuk asam asetat. Berbagai eksperimen lain yakni menggunakan mangan dioksida untuk membuat kaca. Bahkan Jabir berhasil membuat arsenik murni serta antimon dari sulfida mentah.[7] Istilah teknis dalam Bahasa Arab yang ditemukan oleh Jabir, seperti ‘alkali’, merambah ke berbagai bahasa Eropa, dan digunakan hingga sekarang.

Ilmuwan-ilmuwan mengakui bahwa Jabir adalah sosok perintis ilmu alkimia yang akhirnya dikembangkan di dunia Barat dan Eropa. Sejarawan ilmu pengetahuan dan teknologi terkenal, Eric John Holmyard, mengakui Jabir sebagai sosok yang mengubah alkimia menjadi ilmu eksperimental.

Max Meyerhof menyatakan, “Pengaruhnya dapat ditelusuri sepanjang sejarah alkimia dan kimia Eropa.” Bahkan George Sarton pun memaparkan pendapat, “Jabir harus dianggap sebagai ilmuwan terhebat di bidang sains selama Abad Pertengahan.”[8]

Atas dedikasi seumur hidupnya dalam ilmu pengetahuan dan perannya sebagai pionir dalam studi kimia, Jabir Bin Hayyan ditetapkan sebagai Bapak Kimia Modern oleh dunia.

Selesai

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Youssef El Kaidi, Jabir Ibn Hayyan, A Forgotten Muslim Contribution to Human Civilization, pada laman https://www.moroccoworldnews.com/2013/01/73725/muslim-heritage-a-forgotten-contribution-to-human-civilization-jabir-ibn-hayyan-721-815-ad diakses pada 15 September 2023

[2] Yuda Prinada, Profil Jabir bin Hayyan, Sang Alkemis Bapak Ilmu Kimia Modern, pada laman https://tirto.id/profil-jabir-bin-hayyan-sang-alkemis-bapak-ilmu-kimia-modern-gyP3 diakses pada 15 September 2023

[3] HistoryVille, Jabir ibn Hayyan: The Persian Muslim Scientist Who Founded Modern Chemistry, pada laman https://www.youtube.com/watch?v=pdSSkoFmZzU diakses pada 14 September 2023

[4] Samir S Amr, Abdelghani Tbakhi, Jabir ibn Hayyan, pada laman https://www.researchgate.net/publication/45260574_Jabir_ibn_Hayyan diakses pada 14 September 2023

[5] Ricky Jenihansen, Misteri Jabir ibn Hayyan, Ilmuwan Muslim Bapak Kimia Modern, pada laman https://nationalgeographic.grid.id/read/133739429/misteri-jabir-ibn-hayyan-ilmuwan-muslim-bapak-ilmu-kimia-modern?page=all diakses pada 15 September 2023

[6] Rizal Amril Yahya, Biografi Jabir bin Hayyan & Karya Bapak Ilmu Kimia Modern Muslim, pada laman https://tirto.id/biografi-jabir-bin-hayyan-karya-bapak-ilmu-kimia-modern-muslim-gpPq diakses pada 15 September 2023

[7] Loc. Cit

[8] Marziyehsadat Montazeritabar, Zaiqing Fang, The Place of Study of Nature in Jabir ibn Hayyan’s Classification of Science, pada laman https://www.scirp.org/journal/paperinformation.aspx?paperid=102467 diakses pada 15 September 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*