Kesultanan Banten (6): Dinamika Sosial dan Politik Hingga ke Masa Kejayaan Sultan (3)

in Islam Nusantara

Last updated on October 11th, 2023 09:45 am

“Atensi sang sultan tak hanya masalah politik ekspansi wilayah, tetapi ia juga mendengar bahwa di Palembang ada suku-suku yang masih kafir.”

Sumber: Part III of Johann Theodor de Bry (1561-1623) and Johann Israel de Bry’s (1565-1609) Orientalische Indien (“Little Voyages”), Dritter Theil indiae orientalis…Frankfurt: 1599 (first edition)

Menjadi seorang sultan muda, Maulana Muhammad cukup berambisi untuk menjadi suksesor para sultan sebelumnya. Terlebih pada masa itu, penyebaran Islam di Nusantara mulai berkembang pesat.  Kakeknya merebut Banten, ayahnya menaklukkan Kerajaan Pajajaran, maka Maulana Muhammad pun memiliki keinginan untuk menyebarkan agama Islam ke daerah yang lebih luas lagi. Salah satunya dengan mengekspansi wilayah kekuasaan Kesultanan Banten.

Pra Penyerbuan ke Palembang dan Sebab-Sebabnya

Sorotan utama Maulana Muhammad, adalah merebut Palembang. Pada masa itu, Palembang merupakan wilayah yang cukup kaya dengan hasil pangan terutama lada. Dengan ditaklukkannya daerah tersebut, maka komoditi lada untuk Kesultanan Banten akan semakin melimpah, dan menaikkan roda perekonomian melalui jalur niaga.

Apabila Palembang ditaklukkan, maka Maulana Muhammad akan menguasai jalur perdagangan di daerah Selat Malaka, bahkan wilayah kekuasaannya bisa ke Sumatra Selatan dan Sumatra Tengah.

Atensi sang sultan tak hanya masalah politik ekspansi wilayah, tetapi ia juga mendengar bahwa di Palembang ada suku-suku yang masih kafir. Begitu besar semangat Muhammad Maulana untuk mengislamkan suku Komering, Pasejah, dan Rejang.[1]

Dikatakan bahwa desakan Pangeran Mas pun mempengaruhi keputusan sang sultan untuk menganeksasi daerah Palembang. Bujuk rayu Pangeran Mas agar Maulana Muhammad merebut wilayah tersebut, karena perihal “yang berhak untuk menjadi penguasa” di sana.

Kala itu, Palembang diduduki oleh para bangsawan yang mengundurkan diri dari Demak saat Kesultanan Demak dikuasai oleh Pajang. Ki Geding Sura salah satu dari bangsawan Demak ini merupakan kerabat dari Aria Pangiri, dan ia yang berkuasa di tanah Palembang.[2]

Aria Pangiri yang sudah sepuh belum tuntas rasa sakit hatinya karena disingkirkan, dan tak mendapatkan haknya sebagai raja, lalu menitipkan wasiat kepada Pangeran Mas. Putranya harus memberikan tempat yang layak bagi keturunan keluarga mereka.

Wilayah yang dikuasai oleh Ki Geding Sura dahulunya termasuk kekuasaan Demak, dan pikir Aria Pangiri bahwa kerabatnya tersebut tidak berhak menjadi raja di sana. Maka Pangeran Mas harus merebut kembali apa yang menjadi haknya.

Namun, keluarga Aria Pangiri tidak punya armada atau kekayaan yang melimpah. Maka Pangeran Mas mulai menancapkan hasutannya. Menarik simpati Maulana Muhammad, bahwa Palembang seharusnya berada di bawah kekuasaan Pangeran Mas sebagai keturunan raja dari Demak.

Apabila Maulana Muhammad berkenan membantu sang pangeran merebut takhtanya, maka wilayah Palembang akan tetap di bawah naungan Kesultanan Banten.[3]

Para pembesar kerajaan bahkan Mangkubumi Jayanagara pun begitu terkejut dengan keputusan Maulana Muhammad untuk merebut Palembang. Mereka berusaha mengulur waktu, mengirimkan utusan kepada Ki Geding Sura. Meminta penguasa Palembang untuk mengakui kedaulatan Kesultanan Banten, agar tidak terjadi peperangan.

Akan tetapi, penguasa Palembang tidak menggubris tuntutan tersebut. Karena yang tinggal di Palembang adalah orang-orang Demak yang masih satu keturunan dengan Banten. Mereka melarikan diri setelah Demak direbut oleh Pajang. Apabila Banten ingin mengekspansi wilayahnya, maka serang Mataram. Itu adalah argumen dari penguasa di Palembang.[4]

Maka murkalah Maulana Muhammad, dan ia pun berniat untuk menyerang Palembang.

Dalam sumber lain dikatakan, bahwa penyebab Pangeran Mas membujuk Maulana Muhammad karena tanah Palembang adalah hak Kesultanan Banten. Wilayah tersebut awalnya ditaklukkan oleh Majapahit, lalu direbut oleh Demak. Dan Banten merupakan keturunan dari Kesultanan Demak.[5]

Mendengar paparan sang pangeran maka Maulana Muhammad memusyawarahkan hal ini kepada pemuka istana dan Mangkubumi. Namun, betapa terkejutnya mereka bahwa rencana tersebut diprakarsai oleh Pangeran Mas. Baik pembesar kerajaan maupun Mangkubumi mencurigai niat terselubung sang pangeran.

Mangkubumi dan para pembesar kerajaan menyampaikan pendapat, kiranya apa tujuan Pangeran Mas sebetulnya?

Jika sang pangeran memimpin pasukan menyerang Palembang, maka sudah dipastikan ia ingin menguasai wilayah tersebut. Bahwa Pangeran Mas menginginkan takhta di Palembang, dan menjadi raja di sana. Maulana Muhammad akhirnya mengerti tujuan Pangeran Mas.

Penyerangan ke Palembang disetujui, akan tetapi bukan Pangeran Mas yang memimpin pasukan melainkan sang sultan sendiri. Hal tersebut membuat sang pangeran sangat terkejut, tetapi ia tidak membantah keputusan Maulana Muhammad.[6]

(Bersambung)

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Hamka, Dari Pembendaharaan Lama: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara (Gema Insani, 2020), hlm 60

[2] Hamka, Dari Pembendaharaan Lama: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara (Gema Insani, 2020), hlm 65

[3] Naufal Fawwaz Dzaki, Makalah Sejarah dan Budaya Banten (Sultan Maulana Muhammad), pada laman https://www.academia.edu/40765307/Makalah_Sejarah_dan_Budaya_Banten_Sultan_Maulana_Muhammad_ diakses pada 20 September 2023

[4] Ibid.

[5] Hamka, Dari Pembendaharaan Lama: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara (Gema Insani, 2020), hlm 66

[6] Hamka, Dari Pembendaharaan Lama: Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara (Gema Insani, 2020), hlm 67

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*