Kesultanan Malaka (10): Mahmud Syah dan Era Kolonialisme Bangsa Eropa (2)

in Sejarah

Last updated on March 25th, 2019 08:29 am

“Tabula Rogeriana” adalah mahakarya yang mengubah zaman kegelapan Bangsa Eropa. Tiba-tiba bumi ini terhampar begitu meyakinkan, karena didukung oleh data dan informasi yang tersusun secara ilmiah. Segera setelah itu, era penjelajahan dunia pun di mulai.


Gambar ilustrasi. Sumber: Tirto.ID


Di zaman kegelapan yang menyeliputi Bangsa Eropa, mereka beruntung karena berkesempatan berinteraksi langsung dengan pemegang otoritas peradaban paling agung masa itu, yaitu peradaban Islam. Hanya sayangnya, pola interaksi ini dibangun melalui fluktuasi konflik. Sehingga interaksi ini membutuhkan waktu sangat panjang untuk saling mengenal. Melalui proses interaksi yang panjang ini, Bangsa Eropa mulai berjabat dengan ilmu pengetahuan yang paling unggul pada masanya, sehingga mereka mulai berani bercita-cita lebih jauh membangun sebuah peradaban.

Menurut Eammon Gaeron, salah satu titik balik yang mengubah sejarah peradaban Eropa kala itu adalah momen pertemuan antara seorang raja Kristen dengan seorang ilmuwan Muslim yang berlangsung di Palermo, Sicillia, tahun 1138 M.[1] Raja tersebut bernama Roger II, penguasa Sicillia. Dan ilmuwan tersebut adalah Al-Sharif Al- Idrisi Al-Qurtubi atau dikenal Al-Idrisi, seorang kartografer dan geografer kenamaan Islam. Masyarakat Barat memanggilnya dengan sebutan Edrisi atau Dreses.[2]

Roger II adalah orang yang berpikiran terbuka dan tergila-gila pada ilmu pengetahuan. Mendengar ilmuwan sekaliber Al-Idrisi akan datang, dia secara khusus menyambut tamu Muslimnya itu dengan “karpet merah” layaknya seorang tamu negara. Menurut Eammon Gaeron, pertemuan ini terbilang unik atau bisa juga tidak lazim. Mengingat pada saat yang bersamaan Perang Salib sedang berkobar di Yerusalem. Alih-alih, di belahan bumi lainnya, dua tokoh yang berbeda agama dan budaya sedang berbincang, bekerjasama, dan merancang sebuah mega-proyek yang akan mengubah dunia.[3]

Al Idrisi, sosok yang memang sudah ditunggu lama oleh Roger II. Dialah yang diproyeksikan bisa memberi jawaban yang muaskan bagi rasa ingin tau Roger II akan dunia yang dia huni sekarang. Selama ini, Roger II hanya mendengar sejumlah tempat dari banyak pelancong yang datang dan pergi di pelabuhan Sicilia. Namun dia tidak mampu membayangkan dengan pasti tempat-tempat yang dimaksud. Dan masalah yang paling mendasar mengapa Roger II – dan mungkin banyak lagi orang pada masa itu di Eropa – tidak bisa membayangkan konstalasi geografi, sebab mereka belum bisa memastikan, bentuk bumi atau dunia ini seperti apa? Keyakinan purba masih menyatakan bahwa dunia ini berbentuk datar. Sehingga tidak mengherankan bila banyak ahli geografi Roger II, yang sebelumnya ditugaskan untuk membuat peta dunia, menyisipkan unsur-unsur mitologi di tempat-tempat yang tidak diketahui itu.[4]  

Dalam pertemuan yang bersejarah itu, Roger II meminta Al Idrisi untuk membuat peta yang tidak hanya secara akurat menandai lokasi semua tanah asing yang diketahui, namun juga memberikan deskripsi umum tentang sumber daya, susunan ekonomi, budaya, dan adat istiadat di semua tempat yang diinformasikan secara akurat. Tujuannya, agar hasil karya tersebut dapat menjadi standar acuan bagi siapapun yang ingin menjelajahi wilayah-wilayah tersebut.[5]

Alhasil, mega-proyek ini baru selesai pada tahun 1154 M, setelah menghabiskan waktu selama hampir 15 tahun. Catatan inilah yang kemudian dinamakan Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq al-Afaq (Kegembiraan dari Seseorang yang Ingin Melintasi Wilayah Dunia), atau hanya disebut sebagai al-Kitab al-Rujari. Dalam bahasa Inggris disebut “The Book of Roger”, atau dalam bahasa Latin dinamain “Tabula Rogeriana”.[6]


Peta Al-Idrisi yang sudah diilustrasikan. Posisi Mekkah berada tepat di tengah. Sumber gambar: pinters.com

The Book of Roger kemudian menjadi acuan utama para pencong dunia pada abad-abad selanjutnya. Ini adalah ensiklopedia geografi yang berisi peta serta informasi mengenai negara-negara di Eropa, Afrika dan Asia secara rinci. Pada kata pengantar The Book of Roger, Al Idrisi mendeskripsikan dunia terbagi dalam tujuh iklim. Setiap iklim dibagi lagi menjadi 10 bagian. Sehingga total terdapat 70 deskripsi wilayah. Deskripsi ini termasuk juga penjelasan tentang kondisi fisik wilayah, budaya, politik, serta sosio-ekonomi di setiap wilayah, dan masing-masing dari tujuh puluh bagian teks memiliki peta potongan yang sesuai.[7]

Dibanding dengan banyak karya lain pada zamannya, karya Al Idrisi memang benar-benar seperti cahaya terang benderang yang menyinari seantero dunia. Keping demi keping lembaran peta yang disusunnya seperti mentari dalam pikiran siapapun pada zamannya. Tiba-tiba bumi ini terhampar begitu meyakinkan, karena didukung oleh data dan informasi yang tersusun secara ilmiah. Orang-orang Eropa yang terkucil itupun segera berlarian ke pantai. Mereka mulai merakit kapal-kapal dan mempelajari sistem navigasi. Segera setelah itu, era penjelajahan dunia pun di mulai. (AL)

Bersambung…


Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Lihat, Eammon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), Hal. 119

[2] Lihat, http://www.republika.co.id/berita/shortlink/38561, diakses 26 Desember 2017

[3] Lihat, Eammon Gearon, Op Cit

[4] Lihat, Brady Hibbs, The Book of Roger, https://scholarlycommons.obu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1018&context=history, diakses 26 Desember 2017

[5] Uraian lebih jauh tentang pertemuan bersejarah ini, dan proses pembuatan peta Al-Idrisi, redaksi ganaislamika.com pernah mempulikasikan sebuah serial artikel berjudul, “Al Idrisi, The Book of Roger, dan Mega-Proyek yang Mengubah Sejarah Dunia”. Untuk membaca, bisa mengakses link berikut: https://ganaislamika.com/al-idrisi-dan-the-book-of-roger-1-mega-proyek-yang-mengubah-sejarah-dunia/

[6] Ibid

[7] Lihat, S. Maqbul Ahmd, Cartography of aI-SharIf aI-IdrIsI, http://www.press.uchicago.edu/books/HOC/HOC_V2_B1/HOC_VOLUME2_Book1_chapter7.pdf, diakses 26 Desember 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*