Kisah Teladan Sahabat Nabi: Ukkasyah bin Mihsan (2)

in Tokoh

Assabiqunal awwalun adalah sebutan bagi orang-orang yang pertama memeluk agama Islam, yang dijanjikan kelak surga untuk mereka. Meski tidak disebutkan bahwa Ukkasyah termasuk ke dalam assabiqunal awwalun, tetapi, Ukkasyah pun mendapat jaminan masuk surga tanpa dihisab.

Sumber: pinterest – artstation.com

Jaminan Masuk Surga Tanpa Hisab

Kisah ini terjadi setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Nabi bercerita di hadapan para sahabat bahwa telah ditunjukkan padanya hari akhir oleh malaikat Jibril. Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir sebagai berikut,

 “Umat-umat diperlihatkan kepadaku lalu seorang Nabi melintas bersama umatnya, nabi lainnya melewat bersama beberapa orang, nabi lainnya melewat bersama sepuluh orang, nabi lainnya melewat bersama lima orang, dan seorang nabi melewat bersama satu orang. Selanjutnya aku melihat ternyata ada kerumunan orang banyak, aku bertanya: ‘Wahai Jibril, apakah mereka umatku?’

“(Jibril menjawab) ‘Bukan, tetapi lihatlah ke ufuk’. Aku pun melihat ke ufuk, ternyata ada kerumunan orang banyak. (Jibril berkata) ‘Mereka itu umatmu. Jumlah mereka 70 ribu yang pertama kali tidak dihisab dan diazab’.

“Aku bertanya: ‘Mengapa?’ Jibril menjawab, ‘Mereka tidak berobat dengan besi panas (kay), tidak meminta diruqyah, tidak meramal dengan burung, dan mereka bertawakal kepada Tuhannya.” (HR Bukhari)[1]

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah,

Rasulullah bersabda, “Ada tujuh puluh ribu dari umatku yang wajahnya bersinar seperti bulan purnama pada hari kiamat. Dan mereka masuk ke surga tanpa azab atau segala bentuk hisab apa pun, tidak ada hukuman dan tidak ada pertanyaan apa pun.”

Ukkasyah kemudian berdiri membuat kain penutup kepalanya, dan berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikanku di antara mereka.”

Lalu Rasulullah pun berdoa, “Ya, Allah, jadikanlah ia (Ukkasyah) di antara mereka.”

Kemudian seorang laki-laki dari kaum Anshar berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikanku di antara mereka.”

Maka Rasulullah pun menjawab, “Ukkasyah sudah mendahului.” (HR Bukhari)

Beberapa ulama berpendapat bahwa keistimewaan tersebut memang hanya diperuntukkan bagi kelompok kecil, dimana laki-laki (kaum Anshar) tersebut belum mencapai tingkat keimanan yang Ukkasyah miliki. Pendapat lain menginterpretasikan bahwa kemungkinan lelaki itu merupakan salah satu sosok hipokrit, sehingga Rasulullah memberikan penolakan secara halus dengan mengatakan demikian. Wallahualam. [2]

Cambuk dan Qisas

Pada musim Haji Wada, yaitu haji terakhir yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad, Nabi mengumpulkan para sahabatnya. Nabi yang mulai sakit menanyakan utang-utangnya, termasuk apabila ada para sahabat yang pernah tersakiti untuk melakukan qisas— yang berarti pembalasan.

Nabi tak ingin mendapatkan hal serupa, kelak di hari kiamat nanti.

Lalu Nabi pun berkata, “Wahai para sahabat, siapakah di antara kalian yang pernah merasa teraniaya olehku? Bangkitlah sekarang untuk mengambil qisas, jangan kau tunggu hingga kiamat menjelang, karena itu lebih baik.”

Tiga kali Nabi mengulang pertanyaan yang sama, lalu berdirilah Ukkasyah.

Ia mengungkapkan bahwa saat Perang Badar, unta milik Nabi dan Ukkasyah saling berdampingan. Ukkasyah hendak menghampiri Nabi, tetapi Nabi melecutkan cambuk, dan mengenai bagian samping lambung Ukkasyah.

“Aku tidak tahu apakah engkau sengaja atau tidak. Mungkin maksudmu melecut untamu?” Begitu kata Ukkasyah.

Tentu saja hal itu membuat para sahabat lain terkejut, tidak menyangka bahwa Ukkasyah akan berkata seberani itu. Namun, Nabi meminta Bilal untuk membawakan cambuk, dan membiarkan Ukkasyah melakukan qisas.

Semua sahabat berebut untuk menggantikan posisi Nabi, tetapi Nabi menolak. Maka Nabi pun membuka pakaiannya, sehingga tampaklah tubuhnya yang mulia. Ukkasyah tidak melecutkan cambuk di tangannya, ia jatuhkan cambuk itu, dan memeluk tubuh Nabi sembari bercucuran air mata.

Ukkasyah pun berkata, “Siapakah yang sampai hati mengisas manusia indah sepertimu. Aku hanya berharap tubuhku melekat dengan tubuhmu agar mendapatkan syafaat, sehingga Allah menjagaku dari sentuhan api neraka.”

Nabi tersenyum, seraya mengatakan, “Ketahuilah duhai manusia, siapa yang ingin melihat ahli surga, inilah orangnya.”[3]

Akhir Hayat

Pada masa kepemimpinan Abu Bakar, Thulaihah al Asadi yang sempat memeluk Islam, menjadi murtad dan mengaku-aku menjadi Nabi. Abu Bakar menitahkan, Khalid bin Walid, untuk menekan Thulailah dan pergi ke Buzakhah.

Kala itu Khalid mengutus Ukkasyah dan Thabit bin Aqram lebih dulu untuk mencari jalur utama menuju medan perang dan memeriksanya. Thulailah bersama saudaranya, Salamah, sedang berkendara di daerah tersebut. Pertikaian pun tak terelakkan, yang menyebabkan Ukkasyah tewas di tangan Thulailah dan Salamah.[4]

Ukkasyah wafat di Buzakhah pada usia 45 tahun, dengan Al-Aun yang masih berada dalam genggamannya.

Selesai

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Mabruroh, Jaminan Surga untuk Ukasyah dan Ranting yang Jadi pedang, pada laman https://islamdigest.republika.co.id/berita/qb9dm6320/jaminan-surga-untuk-ukasyah-dan-ranting-yang-jadi-pedang, diakses pada 31 Agustus 2023

[2] Dr Omen Suleiman, Yaqeen Institute, Ukasha ibn al-Mishan (ra): He Beat You To It, pada laman  https://www.youtube.com/watch?v=E4svzfWqGxU, diakses pada 30 Agustus 2023

[3] Tethy Ezokanzo, 99 Kisah Menakjubkan Sahabat Nabi (Penerbit Kalil imprint PT Gramedia Pustaka Utama), hlm 200

[4] Aal e-Qutub, Hazrat Ukasha bin Mohsin r.a, pada laman https://aalequtub.com/hazrat-ukasha-bin-mohsin-r-a/ diakses pada 31 Agustus 2023

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*