Mozaik Peradaban Islam

Kisah Tentang Adam (1): Penciptaan Manusia

in Studi Islam

Last updated on July 31st, 2018 02:45 pm

“Allah SWT mengirim Jibril ke bumi untuk membawakan-Nya tanah liat. Bumi berkata: ‘aku berlindung kepada Allah SWT, menentangmu mengambil sesuatu dariku dan memutilasi diriku.’ Maka Jibril kembali dan berkata: ‘Tuhanku, bumi berlindung kepada-Mu, dan aku mengabulkan keinginannya.’”

–O–

Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel berseri yang berjudul “Kisah Tentang Iblis”. Sebagai pengingat bagi para pembaca yang sudah membaca artikel tersebut, atau sebagai keterangan bagi para pembaca yang belum pernah membaca artikel tersebut, artikel ini merupakan penceritaan ulang dari kitab karya al-Tabari yang berjudul Taʾrīkh al-Rusūl wa al-Mulūk (Sejarah para Nabi dan Raja).

Al-Ṭabari memiliki nama lengkap Abu Jaʿfar Muḥammad bin Jarir al-Ṭabari, dia dilahirkan pada tahun 839 di Ṭabaristan (sekarang Iran) dan meninggal pada tahun 923 di Baghdad, Irak. Al-Ṭabari seringkali disebut sebagai sejarawan Islam, namun, sesungguhnya di luar itu dia juga seorang ahli tafsir al-Quran.[1] Bahkan, meskipun sekarang sudah tidak ada pengikutnya lagi, dia juga pernah dijadikan Imam Madzhab dalam Islam.[2]

 

Kisah Tentang Adam

Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada masa Iblis sedang memerintah dan kerajaannya memiliki otoritas adalah ketika diciptakannya Adam, ayah dari manusia, oleh Allah SWT. Ketika Adam diciptakan, para malaikat tidak tahu-menahu bagaimana Iblis memiliki kesombongan dalam dirinya, oleh kerena itu Allah SWT ingin membuat mereka menyadarinya, dan menunjukkan kepada mereka apa yang salah dengan Iblis. Pada saat yang bersamaan, itu adalah masa-masanya kerajaan Iblis akan runtuh dan segala otoritas pemerintahannya akan dicabut juga.

Ilustrasi penciptaan Adam. Potongan lukisan karya Michelangelo (1475 – 1564).

Peristiwa ini terekam dalam al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 30, Allah SWT berkata kepada para malaikat:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’”

Ayat ini telah diperjelas oleh riwayat Ibnu Abbas, bahwa ketika para malaikat berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,” sesungguhnya mereka telah mengetahui apa yang telah diperbuat oleh suku jin (berbuat kerusakan) ketika hidup di muka bumi sebelumnya.

Artikel terkait:

Kisah Tentang Iblis (1): Makhluk Pertama yang Tidak Tahu Berterima Kasih

Adapun penyataan Allah SWT yang berbunyi, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,” berdasarkan tafsir al-Tabari, maksudnya adalah Dia hendak berkata, “Aku tahu tentang keterlibatan Iblis dengan perilaku melampaui batasnya yang tidak kalian ketahui. Aku tahu bahwa dia bermaksud untuk menentang perintah-Ku dan bahwa dia telah terjerumus untuk melakukan kesalahan dan menipu dirinya sendiri yang sia-sia. Aku akan menunjukkan kepada kalian sikapnya ini, sehingga kalian dapat melihatnya dengan mata kepala sendiri.”

 

Penciptaan Adam

Ketika Allah SWT hendak menciptakan Adam, Dia memberi perintah untuk mengambil tanah yang akan jadi bahan dasar penciptaan Adam, yang diambil dari bumi. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:

“Allah SWT menciptakan Adam dari tanah liat (lazib atau lengket, yang berarti ‘kental’ dan ‘berbau amis’) dari lumpur masnuun (yang bau).[3] Ini menjadi lendir busuk setelah tanah (setelah diolah dan dipadatkan). Allah SWT menciptakan Adam dengan tangan-Nya sendiri.”

Berdasarkan riwayat Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan beberapa sahabat Nabi lainnya, terkait penjelasan Surat Al-Baqarah Ayat 30:

“…. itu (Surat Al-Baqarah Ayat 30) adalah perkara tentang Iblis. Allah SWT lalu mengirim Jibril ke bumi untuk membawakan-Nya beberapa tanah liat. Bumi berkata: ‘aku berlindung kepada Allah SWT, menentangmu mengambil sesuatu dariku dan memutilasi diriku.’ Maka Jibril kembali tanpa mengambil (tanah liat apapun) dan berkata: ‘Tuhanku, bumi berlindung kepada-Mu, dan aku mengabulkan keinginannya.’ Allah SWT lalu mengirim Mikail, dan hal yang persis sama terjadi. Kemudian Dia mengirim malaikat maut. Ketika bumi berlindung kepada Allah SWT untuk menentangnya, dia (malaikat maut) berkata: ‘Aku berlindung kepada Allah SWT menolak untuk kembali sebelum melaksanakan perintah-Nya.’ Kemudian dia mengambil (beberapa tanah) dari muka bumi dan membuat campuran. Dia tidak mengambil tanah dari satu tempat tetapi mengambil tanah merah, putih, dan hitam.”

Karena itu, anak-anak Adam tampilannya (fisiknya) berbeda-beda. Dia menangani tanah itu, lalu melembabkannya sehingga menjadi ‘tanah liat yang lengket’ (lazib atau lengket berarti sesuatu yang dapat melekat ke sesuatu yang lainnya). Kemudian (tanah yang telah dilembabkan itu) dibiarkan berubah dan menjadi bau (muntin). Di situlah Allah SWT berkata: ‘Dari lumpur masnuun.’ Dia melanjutkan: ‘yang bau.’” (PH)

Bersambung ke:

Kisah Tentang Adam (2): Asal-Usul Nama Adam

Catatan:

Seluruh artikel ini merupakan penceritaan ulang dari buku Al-Ṭabari, Taʾrīkh al-Rusūl wa al-Mulūk: Volume 1, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Franz Rosenthal (State University of New York Press: New York, 1989), hlm 257-259. Adapun informasi tambahan lainnya dicantumkan dalam catatan kaki.

Catatan Kaki:

[1] David Waines, “Al-Ṭabarī”, dari laman https://www.britannica.com/biography/al-Tabari, diakses 21 Juli 2018.

[2] Nadirsyah Hosen, “Mengenal Kitab Fiqh Perbandingan Mazhab”, dari laman http://nadirhosen.net/tsaqofah/syariah/mengenal-kitab-fiqh-perbandingan-mazhab, diakses 21 Juli 2018.

[3] Lihat Q.S Al-Hijr Ayat 26: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk (masnuun).”

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*