Mozaik Peradaban Islam

Kosmologi Islam dan Dunia Modern oleh William C. Chittick (3): Musnahnya Sebuah Warisan (3): Peran Tradisi Intelektual (1)

in Pustaka

Bagi Muslim, manusia harus berpikir karena mereka pasti berpikir, karena mereka adalah makhluk berpikir. Mereka tidak punya pilihan lain kecuali berpikir, karena Allah telah memberi mereka akal dan pikiran.

Perangko Iran yang memuat gambar Ibnu Sina, dipublikasikan tahun 1950. Foto: Public Domain

Penting untuk menekankan bahwa tidak ada agama dapat bertahan hidup, apalagi berkembang, tanpa tradisi intelektual yang hidup. Ini menjadi jelas begitu kita bertanya pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan berikut: Untuk apakah tradisi intelektual itu? Apa fungsi yang dimainkannya dalam masyarakat? Apakah tujuannya?

Dengan kata lain: Mengapa orang harus berpikir? Mengapa mereka tidak begitu saja menerima apa pun yang dikatakan kepada mereka?

Jawaban dasar kaum Muslim adalah bahwa orang harus berpikir karena mereka pasti berpikir, karena mereka adalah makhluk berpikir. Mereka tidak punya pilihan lain kecuali berpikir, karena Allah telah memberi mereka akal dan pikiran.

Bukan hanya itu, dalam banyak ayat Al-Quran, Allah telah memerintahkan mereka untuk berpikir dan menggunakan akal mereka. Untuk berpikir dengan benar, seseorang harus benar-benar berpikir, yakni bahwa kesimpulan-kesimpulan harus dicapai dengan perjuangan intelektualnya sendiri, bukan melalui orang lain. Setiap guru yang berpengalaman tahu betul akan hal ini.

Tak syak lagi, ini tidak berarti bahwa Tuhan menuntut semua orang untuk memasuki bidang studi dan refleksi yang canggih yang terjadi di bidang sains-sains intelektual, karena tidak setiap orang mempunyai bakat, kapasitas, dan keadaan yang diperlukan.

Meskipun demikian, orang mempunyai kewajiban moral dan agama untuk menggunakan pikiran yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Al-Quran mengatakan, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS Al-Baqarah [2]: 286).

Jika kapasitas orang mencakup berpikir, maka mereka memiliki tugas berpikir. Akan tetapi, Allah tidak mengatakan kepada mereka apa yang harus dipikir, karena itu akan menjadikan peniruan dan kabar tak jelas yang hadir dalam masalah intelektual. Ini akan mengalahkan tujuan akal manusia, yang bagi kita untuk memahami diri kita sendiri.

Tidak diragukan, banyak jika tidak sebagian besar orang tidak reflektif dan bahkan tidak pernah bertanya kepada diri sendiri mengapa mereka harus repot-repot memikirkan segala sesuatu. Mereka hanya menjalani rutinitas sehari-hari mereka dan membayangkan bahwa mereka memahami situasi mereka.

Muslim taat semacam ini tampaknya berasumsi bahwa Allah tidak menginginkan mereka lebih dari sekadar mengikuti Syariah. Akan tetapi, ini bukan argumen bagi mereka yang memiliki kemampuan berpikir.

Siapapun yang memiliki kemampuan dan bakat untuk merenungkan Tuhan, alam semesta, dan jiwa manusia mempunyai tugas untuk melakukannya. Tidak melakukannya adalah mengkhianati wataknya sendiri dan tidak menaati perintah-perintah Allah untuk merenungkan tanda-tanda.

Mengingat bahwa sebagian umat Islam tidak punya pilihan lain kecuali berpikir, belajar bagaimana berpikir secara benar pastinya menjadi bidang penting dari upaya Muslim.

Tapi, apa yang mendefinisikan berpikir “benar”? Bagaimana kita mengetahui perbedaan antara pemikiran yang benar dan pemikiran yang salah? Apakah fakta bahwa orang-orang tidak punya pilihan lain kecuali berpikir berarti bahwa mereka bebas untuk berpikir apa pun yang mereka inginkan?

Jawaban Islam atas bentuk-bentuk pertanyaan ini adalah bahwa cara orang berpikir jauh dari seragam. Beberapa cara berpikir didorong oleh Al-Quran dan Sunnah, sementara sebagian lain dilarang. Menurut Islam, adalah kewajiban atas orang-orang yang berpikir untuk menggunakan pikiran mereka dengan cara-cara yang bersesuaian dengan maksud Al-Quran dan Sunnah. Dengan kata lain, tujuan tradisi intelektual Islam perlu sejalan dengan tujuan Islam, atau sebaliknya ia bukan intelektualitas Islami. (PH)

Bersambung…..

Sebelumnya:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*