Malcolm X (6): “Tuhan adalah Kulit Hitam, dan Iblis adalah Kulit Putih.”

in Tokoh

Last updated on March 27th, 2018 11:59 am

“Tuhan Adalah Manusia Kulit Hitam yang Bernama Allah, dan Iblis Adalah Manusia Kulit Putih.”

–O–

Ilustrasi Iblis Kulit Putih. Photo: bodyart.su

Pada hari lain, Malcolm menerima surat dari Reginald, saudara Malcolm yang lainnya, di dalam suratnya Reginald berkata, “Malcolm, jangan makan babi lagi, dan jangan merokok lagi. Saya akan tunjukkan kepadamu bagaimana caranya keluar dari penjara.” Malcolm bertanya-tanya, ada keramaian apa di luar sana yang terjadi kepada saudara-saudaranya. Namun perkataan Reginald tentang “keluar dari penjara” terus terngiang-ngiang di kepalanya.

Tiga atau empat hari kemudian, penjara menyediakan daging babi sebagai menu camilan sore. Ketika piring makanan dibagikan secara estafet kepada para narapidana, tiba-tiba Malcolm teringat kata-kata dari Reginald, “jangan makan babi”. Malcolm ragu, tapi akhirnya dia memilih untuk melewati menu tersebut dan mengopernya ke narapidana selanjutnya.

Narapidana tersebut keheranan, dia terkejut sambil melihat ke arah Malcolm. Malcolm kemudian berkata kepadanya, “saya tidak makan babi.” Suatu kejadian lucu, atau barangkali aneh, ketika seorang narapidana menolak santapan lezat. Penjara adalah sebuah komunitas masyarakat kecil, ketika ada kejadian aneh berita cepat menyebar. Gambaran umum bagi orang-orang negro di masa itu adalah bahwa mereka adalah penggila daging babi. Malam itu seluruh sel membicarakan kejadian si setan (julukan Malcolm ketika di penjara) yang tidak makan babi.

Di kemudian hari, setelah Malcolm masuk Islam, dia menafsirkan bahwa kejadian tersebut, meskipun belum masuk Islam, tapi itu merupakan pengalaman pertamanya melaksanakan ajaran Islam. “Saya telah mengalami, untuk pertama kalinya, ajaran Muslim, ‘jika anda akan mengambil satu langkah menuju Allah, Allah akan mengambil dua langkah ke arah anda,’” kata Malcolm.

–O–

Baik saudara laki-laki maupun perempuan Malcolm yang berada di Detroit dan Chicago semuanya telah pindah ke agama baru yang mereka sebut dengan “agama alami bagi orang kulit hitam”. Melalui surat, Malcolm mengetahui bahwa mereka semua berdoa untuknya agar segera ikut pindah agama dengan mereka ketika masih di penjara.

Suatu hari Reginald mengunjungi Malcolm di penjara. Setelah bercerita tentang kabar saudara-saudara Malcolm, Reginald bertanya kepada Malcolm, “Malcolm, jika seorang pria tahu semua hal yang bisa diketahui, siapakah dia?”

Malcolm sebenarnya merasa terganggu dengan jenis-jenis pertanyaan seperti itu, namun dia tetap menjawabnya juga, “dia pasti semacam Tuhan,” kata Malcolm. “Ada seseorang yang tahu segalanya,” kata Reginald.

“Siapa dia?” Malcolm bertanya.

“Tuhan adalah manusia. Nama sebenarnya adalah Allah,” kata Reginald.

Reginald melanjutkan, “Tuhan memiliki 360 derajat pengetahuan. 360 derajat merepresentasikan jumlah total pengetahuan. Iblis hanya memiliki 33 derajat pengetahuan yang disebut dengan ‘Masonry’. Iblis menggunakan mansory-nya untuk mengendalikan orang lain. Tuhan telah datang ke Amerika, dan dia membuat dirinya dikenal menjadi seseorang yang bernama Elijah, orang kulit hitam, sama seperti kita,” Malcolm sama sekali tidak tahu apa yang harus dipikirkan terhadap pernyataan Reginald, dia hanya mendengarkan saja dengan serius.

“Iblis juga adalah seorang manusia,” lanjut Reginald.

“Apa maksudmu?”

Reginald memiringkan kepalanya ke arah narapidana kulit putih yang berada di ruangan tersebut, yang juga sama-sama sedang mendapatkan kunjungan dari kerabatnya. “Mereka,” kata Reginald, “orang kulit putih adalah Iblis.” Reginald menjelaskan lebih jauh, dia mengatakan semua orang kulit putih adalah Iblis, “terutama Mason.”

“Tanpa pengecualian?”

“Tanpa pengecualian.”

“Bagaimana dengan Hymie?” Hymie adalah seorang Yahudi sahabat Malcolm yang sangat baik kepadanya. “Apalah itu, jika saya membiarkanmu menghasilkan 500 dollar untuk membiarkan saya menghasilkan 10.000 (dollar)?” kata Reginald.

Setelah Reginald pergi, Malcolm terus berpikir, berpikir, dan berpikir. Dia masih belum mampu untuk mencerna seluruh kata-kata Reginald. Malcolm menjadi teringat dengan orang-orang kulit putih yang pernah berhubungan dengan dirinya, baik yang berbuat jahat maupun baik: para pembunuh ayahnya, yang menghina ibunya dengan sebutan “si Gila”, guru-guru di sekolahnya, Sophia, polisi di Boston, hakim, dan seterusnya.

–O–

Pada kunjungan selanjutnya, selama dua jam penuh Reginald bercerita tentang “sang Iblis manusia kulit putih”, dan “manusia kulit hitam yang telah dicuci otak”.

“Bahwa manusia kulit putih itu dengan cepat kehilangan kekuasaannya untuk menindas dan mengeksploitasi ‘dunia gelap’; bahwa dunia gelap mulai bangkit untuk menguasai dunia lagi, seperti sebelumnya; bahwa dunia orang kulit putih sedang dalam masa penurunan, sedang menuju keruntuhan.”

“Kau bahkan tidak tahu siapa dirimu. Kau bahkan tidak tahu bahwa Iblis kulit putih telah menyembunyikannya darimu, bahwa kau adalah ras dari orang-orang dari peradaban nenek moyang, yang kaya akan emas dan raja-raja. Kau bahkan tidak tahu nama keluargamu yang sebenarnya. Kau telah diputus oleh Iblis manusia kulit putih dari pengetahuan yang sebenarnya tentang kaummu. Kau adalah korban dari setan, dari Iblis kulit putih sejak dia membunuh dan memperkosa dan mengambilmu dari tanah asalmu dari sumber nenek moyangmu.”

Hari-hari selanjutnya di penjara Malcolm terus dikirimi surat oleh saudara-saudaranya, mereka bercerita bahwa mereka semua telah menjadi Muslim, pengikut dari seseorang yang disebut “Yang Mulia Elijah Muhammad”, pria kecil yang lembut. Bahkan kadang-kadang mereka menyebutnya “Nabi Allah”.

“Dia adalah orang kulit hitam, sama seperti kita.  Dia lahir di Amerika, di sebuah perkebunan di Georgia. Dia pindah bersama keluarganya ke Detroit, dan di sana dia bertemu Tuan Wallace D. Fard, ‘Tuhan dalam wujud manusia’. Tuan Wallace D. Fard telah memberikan kepada Elijah Muhammad pesan dari Allah untuk orang-orang kulit hitam yang telah ‘tersesat’ di sini, di alam liar Amerika Utara.”

Semua saudara Malcolm mendesaknya untuk menerima ajaran “Yang Mulia Elijah Muhammad”. Berulang kali, Malcolm membaca, dan mendengar, “kunci untuk menjadi seorang Muslim adalah kepasrahan, penyelarasan terhadap yang satu, terhadap Allah.” Dan apa yang mereka sebut “pengetahuan sejati orang kulit hitam”, adalah apa yang dimiliki oleh para pengikut Yang Mulia Elijah Muhammad. (PH)

Bersambung ke:

Malcolm X (7): Asal Muasal Ras Kulit Putih (1)

Sebelumnya:

Malcolm X (5): Bimbi Sang Filsuf dan Malcolm si Setan

Catatan:

Artikel ini merupakan adaptasi dan terjemahan bebas dari buku karya Malcolm X dan Alex Haley, The Autobiography of Malcolm X, (Ballantine Books: New York 1992), hlm 104-108.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*