Mozaik Peradaban Islam

Megan Lovelady (2): Syahadat

in Mualaf

Last updated on May 18th, 2019 01:43 pm


Untuk pertama kali dalam hidupnya, Megan menginjakkan kaki ke dalam masjid. Sensasi pertama yang dia rasakan adalah, “Engkau telah di rumahmu.”

Setelah diberitahu oleh Pak Polisi untuk langsung masuk saja ke dalam gedung, Megan segera masuk ke dalamnya. “Begitu aku masuk ke tempat itu, aku dipanggil sister (saudara perempuan), dan itu (rasanya) begitu indah,” kata Megan.

Sambil bercerita Megan menangis, “Dia (Pak Polisi) adalah yang menyebabkan semua ini. Aku hanya ingin berterima kasih padanya karena telah membawaku ke Allah.”

Di gedung itu, bersama para wanita Muslim, Megan membantu untuk urusan dapur sampai sore hari. Setelahnya, dia bertemu dengan seorang wanita yang bertanya apakah dia ingin tahu lebih banyak tentang Alquran? Megan berpikir, “Sweet as,[1] tentu saja – aku berpikiran terbuka. Aku punya waktu”.

“Aku selalu sangat haus akan pengetahuan dan telah mempelajari banyak agama yang berbeda sebelumnya, (namun) tidak pernah ingin mengikutinya, tetapi hanya selalu tertarik pada informasi (yang terkandung di dalamnya,” kata Megan bercerita.

Ketika wanita Muslim itu berbicara kepadanya tentang rukun iman, Megan berkata, “Rasanya…. ya, aku percaya itu. Aku mengerti itu. Aku setuju dengan itu. Caramu mengatakannya sekarang membuat banyak masuk akal bagiku.”

Megan melanjutkan, “Seseorang memberiku Alquran pertamaku. Aku membaca, membaca, dan membaca, dan terus kembali ke pusat pertemuan. Sampai (tempat itu) ditutup (karena saat-saat kritis pasca penembakkan massal sudah terlewati).”

“Aku ingin bertemu teman-teman baruku, jadi aku pergi ke Masjid AI Noor. Aku tidak berniat menjadi seorang Muslim, tetapi sekarang aku sangat ingin tahu (tentang Islam).”

Pada 2 April 2019, Megan masuk ke dalam masjid untuk pertama kalinya. “Satu-satunya cara yang aku bisa gambarkan adalah seperti: ‘Engkau telah di rumahmu.’,” kata Megan.

Dua pengunjung non-Muslim lainnya sudah berada di Masjid AI Noor, mereka sedang berdiskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada salah seorang Muslim di sana. Megan segera bergabung dengan kelompok kecil itu.

“Sampai pada suatu titik (dalam diskusi) dia mengarahkan (tubuh dan wajahnya) dan berkata kepadaku, ‘Nah, mengapa engkau tidak jadi Muslim saja?’ Dia memberitahuku tentang syahadat dan lima rukun Islam…. Akhirnya aku megucapkan syahadat pada hari itu.”

Syahadat atau “kesaksian” adalah pernyataan pendek tentang kepercayaan seseorang pada Allah, Tuhan yang satu, dan penerimaan Muhammad sebagai nabi Allah. Ini adalah rukun iman yang pertama, dan mesti diucapkan oleh orang yang akan masuk Islam. Pertama diucapkan dalam bahasa Arab,“ أشهد أن لا إله إلاَّ الله و أشهد أن محمد رسول الله ,” kemudian dalam bahasa Inggris, “I bear witness that (there is) no God except Allah, and I bear witness that Muhammad is the messenger of Allah.”

Megan Lovelady kini telah diterima sebagai saudara seiman. Foto: Janneth Gill/Herald on Sundays

Ketika ditanya apakah semudah itu masuk Islam? Megan menjawab, “Yah, Allah akan tahu jika engkau tidak tulus dan ini tentang apa yang ada di hatimu juga. Ini adalah soal hubungan pribadimu dengan Allah.”

Bersama Megan waktu itu, ada dua orang lainnya yang memutuskan bersyahadat, seorang pecandu narkoba dan pria tunawisma yang pernah menghadiri upacara pemakaman korban penembakkan. Begitulah keistimewaan Islam, ia menerima siapapun dengan terbuka.

Dr Mustafa Farouk, Presiden Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru, menjelaskan, bahwa kadang-kadang dihadirkan saksi ketika ada seseorang yang hendak bersyahadat, namun fokusnya adalah lebih ke penerimaan para mualaf sebagai bagian dari komunitas Muslim.

“Islam bukan agama yang mengharuskan banyak pengawasan, atau sekelompok sesepuh, atau struktur besar seperti kardinal dan paus. Ini sepenuhnya terserah engkau, bagaimana engkau mengelola diri sendiri, dan hubunganmu dengan Tuhan. Ada banyak kebebasan tentang bagaimana engkau beribadah, dan bagi sebagian orang itu menarik,” kata Mustafa.

Meskipun non-Muslim menyebut orang-orang yang baru masuk Islam dengan sebutan convert (beralih), namun orang orang-orang Muslim lebih suka menyebut mereka dengan revert (kembali).

Menurut Islam, Mustafa menjelaskan, “Setiap makhluk hidup – setiap manusia, hewan, dan pohon – sejatinya adalah Muslim, karena Islam sesungguhnya adalah berserah total kepada kehendak Tuhan…. Itulah sebabnya kita tidak memiliki seremoni khusus; Ini hanyalah orang-orang yang kembali ke tempat mereka semula.”[2] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan Kaki:


[1] Sweet as, apabila diterjemahkan secara literal berarti “semanis-,” namun bagi orang Selandia Baru maknanya bukan itu. Orang Selandia Baru mempunyai kecenderungan sering menggunakan kata ini untuk ungkapan terhadap sesuatu yang mengagumkan atau menyenangkan. Atau kadang bisa juga berarti “baiklah” atau “tidak masalah.” Dalam bahasa Inggris pemakaian seperti ini tidak umum, ini hanya digunakan oleh orang-orang Selandia Baru. Lihat Abigail Simpson, “10 Silly Things Kiwis Say”, dari laman http://www.mynewzealandcampervantrip.com/about-new-zealand/10-silly-things-kiwis-say/, diakses 16 Mei 2019.

[2] Lana Hart, “My Conversion to Islam”, Herald on Sundays News Paper, 12 May 2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*