Mozaik Peradaban Islam

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (14): Kritik terhadap Sahih al-Bukhari (2): Al-Tirmidzi

Al-Tirmidzi, ulama hadis yang juga murid dari Bukhari ini, memberikan kritik terhadap Sahih Bukhari. Dia mempersoalkan keberadaan periwayat yang bernama Ibnu Abu Laila dalam Sahih Bukhari. Namun siapakah Ibnu Abu Laila? Kritik terhadap hadis Sahih al-Bukhari bukan hanya datang dari kalangan non-Muslim saja, tapi juga dari kalangan ulama Muslim itu sendiri, hal ini bahkan sudah… Teruskan Membaca

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (13): Kritik terhadap Sahih al-Bukhari (1): Sudut Pandang Non-Muslim

Bagaimana bisa hadis yang baru dicatat sekitar dua abad setelah wafatnya Nabi dianggap asli? Bisa saja hadis-hadis tersebut digunakan untuk kepentingan politis. Meskipun Bukhari disebut-sebut sebagai orang pertama yang menerapkan standar baru dalam metode pengumpulan hadis, bahkan melebihi ulama pengumpul hadis lainnya, namun bukan berarti hasil karyanya ini bebas dari kritik. Kritik terhadap Sahih al-Bukhari… Teruskan Membaca

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (12): Keragaman Perawi (6)

Hubungan guru dan murid di antara mazhan Syiah dan Sunni, dan sebaliknya, dalam pengumpulan hadis, adalah suatu bukti yang tidak terbantahkan bahwa ulama-ulama pada masa Bukhari dan sebelumnya, meskipun berbeda mereka dapat hidup harmonis. Demikianlah kita telah memaparkan bahwasanya Bukhari terbukti memasukkan riwayat dari periwayat yang berlainan mazhab ke dalam sahihnya. Di antara mazhab-mazhab yang… Teruskan Membaca

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (11): Keragaman Perawi (5)

Di dalam Sahih al-Bukhari, ditemukan banyak sekali hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang Syiah. Keberadaan mereka dikonfirmasi baik oleh ulama Sunni maupun Syiah sendiri. Berikut ini adalah beberapa contohnya. Dalam seri artikel kali ini kita akan menampilkan hadis-hadis dari periwayat yang bermazhab Syiah yang riwayatnya dimuat dalam Sahih Bukhari. Adapun mengenai pembuktian bahwa mereka adalah seorang… Teruskan Membaca

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (10): Keragaman Perawi (4)

Seorang murid Bukhari mempertanyakan mazhab Syiah yang dianut oleh Abu Ghassan, salah satu guru Bukhari. Bukhari malah menjawab, bahwa guru-guru dia lainnya yang berasal dari Kufah juga bermazhab Syiah. Kita akan kembali ke pembahasan tentang keragaman mazhab para periwayat yang riwayatnya dicatat ke dalam Sahih Bukhari. Di antara hal yang mesti dicermati, di masa Bukhari… Teruskan Membaca

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (9): Keragaman Perawi (3)

Dalam hal pertemuan antara penyampai dan penerima hadis, Bukhari menambahkan kriteria pengetat lainnya, yaitu hubungan mereka harus guru dan murid, bukan sekadar pertemuan sambil lalu. Demikianlah kita telah mengulas tentang syarat-syarat ketat untuk diterimanya seorang perawi oleh Bukhari, termasuk ditambahkannya syarat liqa (mesti bertemunya orang yang menyampaikan hadis ke penerima hadis), yang mana tidak ditemukan… Teruskan Membaca

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (8): Keragaman Perawi (2)

Berbeda dengan Imam Muslim yang hanya mensyaratkan bahwa penyampai dan penerima hadis mesti hidup sezaman, Bukhari mensyaratkan bahwa mereka mesti bertemu dan mendengar langsung. Di dalam kitab hadis, jumlah rantai transmisi (sanad) dalam sebuah riwayat paling sedikit adalah sebanyak lima orang. Jika di dalam kitab hadis terdapat 3.000 hadis misalnya, maka ini berarti dibutuhkan penyelidikan… Teruskan Membaca

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (7): Keragaman Perawi (1)

Mengingat ketelitian Bukhari, maka mustahil jika dimasukkannya orang-orang Syiah sebagai perawi semata karena kebetulan, ketidaksengajaan, atau kealpaan. Dalam artikel seri kali ini kita akan mengulas keterbukaan Bukhari terhadap para perawi dari berbagai golongan. Kita tahu, bahwa hadis Bukhari secara luas diterima oleh para ulama Sunni sebagai kitab yang sahih. Namun jarang diketahui, ternyata dalam rantai… Teruskan Membaca

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (6): Standar Baru Ala Bukhari (2)

Bukhari membuat standar baru yang belum pernah diterapkan pada kitab-kitab hadis mana pun yang dibuat oleh orang lain sebelum masanya, yaitu penyusunan hadis secara tematis. Tempat kelahiran Bukhari adalah salah satu lokasi terpenting di Jalur Sutra kuno, yaitu jaringan rute perdagangan yang, sejak sekitar 100 SM, menghubungkan Cina (dan ekspor sutranya) ke berbagai negara seperti… Teruskan Membaca

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (5): Standar Baru Ala Bukhari (1)

Meskipun Bukhari dikatakan terlambat dalam penyusunan sahihnya, yakni dua abad setelah masa Nabi, namun dia berhasil menciptakan standar baru dalam ilmu hadis. Meskipun dikatakan bahwa tradisi menulis atau sekadar mencatat hadis telah berlangsung sejak awal (awa’il dan isnad—lihat penjelasannya pada artikel sebelum ini), namun Bukhari lah (wafat 256 H/870 M) orang pertama yang dianggap telah… Teruskan Membaca

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (4): Para Pengumpul Hadis

Meskipun Bukhari disebut-sebut sebagai orang pertama yang mengompilasi hadis, tapi sebenarnya sudah pernah ada orang lain yang melakukannya. Siapa saja mereka? Dilahirkan pada tahun 809 atau 810 M di kota Bukhara, yang sekarang berada di Uzbekistan, al-Bukhari adalah orang pertama yang menyusun, menyeleksi, dan mengotentikasi (mensahihkan) kumpulan hadis-hadis. Bagi sebagian besar masyarakat Muslim, hasil karya… Teruskan Membaca

Tokoh

Perjalanan Intelektual Imam Bukhari (3): Hadis Nabi

Pada awalnya hadis-hadis Nabi tidak dikumpulkan secara menyengaja, namun seiring berjalannya waktu ia mulai dikumpulkan dan dikemas secara lebih formal, terstruktur, dan dogmatis. Pengantar redaksi: Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel yang berjudul Perjalanan Intelektual Imam Bukhari, Murid dari Seribu Guru (1).Artikel tersebut sebelumnya hanya terdiri dari dua seri artikel, namun karena dirasa masih ada… Teruskan Membaca

Monumental

Bayt Al-Hikmah (15): Warisan untuk Dunia (2)

Universitas-universitas Renaisans di Eropa mengadopsi sepenuhnya sistem pendidikan mazhab di dalam Islam. Bahkan, gelar Doktor yang kita kenal sekarang merupakan terjemahan literal dari bahasa Arab. Kembali ke Baghdad pada masa al-Kindi dan Hunayn bin Ishaq. Dalam kebanyakan kasus, para penerjemah yang bekerja di Bayt Al-Hikmah bukan hanya menerjemahkan buku-buku dari dunia Hellenic, Persia, Cina, India,… Teruskan Membaca

Monumental

Bayt Al-Hikmah (14): Warisan untuk Dunia (1)

Tanpa Bayt Al-Hikmah, Eropa tidak akan pernah lepas dari Abad Kegelapan menuju Renaisans, sebab sumber referensi utama para sarjana Kristen di Eropa berasal dari Bayt Al-Hikmah. Demikianlah kita telah mengulas perjalanan hidup dua tokoh besar Bayt Al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan): al-Kindi dan Hunayn bin Ishaq. Meskipun keduanya sama-sama berjasa bagi dunia ilmu pengetahuan, bahkan hingga masa… Teruskan Membaca

Monumental

Bayt Al-Hikmah (13): Hunayn bin Ishaq (7): Karya-Karya

Selain sebagai penerjemah, Hunayn juga menulis karyanya sendiri, terutama topik tentang obat-obatan. Pada artikel sebelumnya kita pernah membahas beberapa karya terjemahan Hunayn bin Ishaq yang paling terkenal, di antaranya seperti karya Galen dari Pergamon dan Republik karya Plato. Namun sesungguhnya di luar itu masih banyak karya-karya Hunayn lainnya yang juga tidak kalah penting. Secara selengkapnya,… Teruskan Membaca

Monumental

Bayt Al-Hikmah (12): Hunayn bin Ishaq (6): Di Bawah Tekanan Khalifah Al-Mutawakkil (3)

Khalifah al-Mutawakkil menderita penyakit yang tak bisa disembuhkan, sampai dia bermimpi bertemu dengan Nabi Isa, yang menyatakan bahwa Hunayn dapat menyembuhkannya. Setelah lebih dari enam bulan, Khalifah al-Mutawakkil menyadari lagi kesalahannya (lagi! Karena ini adalah yang kedua kalinya), apakah ini berdasarkan informasi dari mata-matanya ataupun karena pengakuan dari para pelaku pemfitnahan kepada Hunayn bin Ishaq… Teruskan Membaca

Monumental

Bayt Al-Hikmah (11): Hunayn bin Ishaq (5): Di Bawah Tekanan Khalifah Al-Mutawakkil (2)

Setelah mendapatkan jabatan yang istimewa sebagai kepala dokter istana, hidup Hunayn tiba-tiba berubah drastis kembali. Khalifah al-Mutawakkil menuduhnya sebagai seorang pengkhianat dan mesti menerima hukuman. Karir Hunayn bin Ishaq di masa kepemimpinan Khalifah al-Mutawakkil berlangsung secara paradoks. Satu sisi dia diangkat setinggi-tingginya, sisi lain dia dijatuhkan serendah-rendahnya. Ini adalah masa terbaik sekaligus masa terburuk Hunayn… Teruskan Membaca

Monumental

Bayt Al-Hikmah (10): Hunayn bin Ishaq (4): Di Bawah Tekanan Khalifah Al-Mutawakkil (1)

Khalifah meminta Hunayn untuk membuatkan racun untuk membunuh musuh-musuhnya. Hunayn menjawab, bahwa seorang dokter hanya mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi manusia. Hunayn bin Ishaq disukai oleh Khalifah al-Mamun bukan hanya karena kemampuan menerjemahkannya saja, tapi juga karena ilmu kedokterannya. Bahkan meskipun Hunayn beragama Kristen Nestorian, dia juga diangkat oleh sang khalifah untuk menjadi dokter pribadinya.[1]… Teruskan Membaca

Monumental

Bayt Al-Hikmah (9): Hunayn bin Ishaq (3): Menjadi Kepala Bayt Al-Hikmah

Puas dengan hasil karyanya, Hunayn adalah satu-satunya penerjemah yang dibayar oleh Khalifah al-Mamun dengan emas sebesar setiap berat teks yang dia terjemahkan. Dengan kecerdasan dan semakin dekatnya Hunayn bin Ishaq dengan para petinggi istana kerajaan, sekitar tahun 830 M[1] dia diangkat menjadi kepala penerjemahan di Bayt Al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) oleh Khalifah al-Mamun.[2] Tugas Hunayn adalah… Teruskan Membaca

Monumental

Bayt Al-Hikmah (8): Hunayn bin Ishaq (2): Kembali ke Baghdad dan Mengguncang Dunia Kedokteran

Setelah terusir dari Baghdad, Hunayn kembali ke kota itu dengan membawa ilmu dan kemampuan menerjemahkan yang berkualitas tinggi. Dokter senior di kota itu bahkan menyebutnya sebagai “Guru Kami”. Setelah mengembara ke beberapa tempat untuk menimba ilmu tentang kedokteran dan bahasa, Hunayn bin Ishaq kemudian kembali ke Baghdad pada tahun 826 M, waktu itu usianya baru… Teruskan Membaca