Mozaik Peradaban Islam

Tokoh

Barbarossa, Sang Perompak yang Menjadi Laksamana Ottoman (3): Pertempuran Preveza

“Di antara berbagai pertempuran yang pernah dilakukan oleh Barbarossa, pertempuran kali ini adalah pertempuran yang paling bersejarah. Pertempuran terjadi di Preveza (Yunani) pada tanggal 28 September 1538. Secara kuantitas, armada Barbarossa kalah jauh dibandingkan dengan armada musuh. Armada Barbarossa hanya menggunakan galley (kapal laut bertenaga dayung) sebanyak 122 unit, sementara di pihak lawan, mereka menggunakan… Teruskan Membaca

Tokoh

Profil Emas KH. Wahid Hasyim (6): Mementaskan Lakon Agung di Panggung Sejarah (1)

“Persatuan umat Islam ibarat arloji. Satu bagian mendukung bagian yang lain, tanpa ada yang merasa lebih tinggi derajatnya. Semua berperan menggerakkan arloji.” —Ο—   Keputusan Kiai Wahid memilih NU sebagai perahu politiknya, bisa disebut sebagai langkah pertama beliau memasuki panggung sejarah bangsa.  Kehadirannya di NU bukan hanya bermanfaat bagi NU sebagai organisasi tapi juga bagi… Teruskan Membaca

Tokoh

Barbarossa, Sang Perompak yang Menjadi Laksamana Ottoman (2): Ancaman Bagi Eropa

“Barbarossa memenangkan pertempuran dengan Kesatria St. John, sebuah ordo religius militer sisa-sisa Perang Salib. Dengan kemenangan ini, Barbarossa menjadi ancaman bagi seluruh Eropa.” –O– Setelah Aruj menjadi penguasa tanpa gelar di Aljazair, Kekaisaran Ottoman melihat perkembangan ini sebagai kesempatan untuk memperluas pengaruhnya di Afrika Utara. Ottoman kemudian menawarkan dukungan dana dan politik kepada Barbarossa bersaudara.… Teruskan Membaca

Sejarah

Dinasti Umayyah (14): Era Keemasan

“Dengan suksesnya serangkaian penaklukan ini, tak ayal dinasti Umayyah kebanjiran harta. Berton-ton upeti datang dari segala penjuru. Sudah sangat wajar bila pembangunan demi pembangunan pun berlangsung pada masa ini.” —Ο—   Setelah Abdul Malik Wafat, ia menunjukkan putranya Al Walid bin Abdul Malik sebagai penggantinya untuk menduduki kursi khalifah. Naiknya Al Walid ke posisi tertinggi… Teruskan Membaca

Tokoh

Barbarossa, Sang Perompak yang Menjadi Laksamana Ottoman (1)

“Antara tahun 1504 dan 1510, Aruj menggunakan armada kapal untuk membantu mengangkut pengungsi Muslim Moor dari Spanyol ke Afrika Utara. Para pengungsi menyebut dia sebagai Baba Aruj, namun di telinga orang-orang Kristen nama itu terdengar seperti “Barbarossa”, yang dalam bahasa Italia berarti “Janggut Merah”. Secara kebetulan, Aruj dan Khair memang sama-sama memiliki janggut merah, sehingga… Teruskan Membaca

Budaya Islam

Sejumlah Sumbangan Dunia Islam Bagi Peradaban Modern (10); Notasi Musik

“Musik dalam tradisi di dunia Islam, bukan hanya sebagai hiburan, tapi juga menjadi metode terapi dan pengobatan. Al Kindi misalnya, sudah menggunakan musik sebagai metode terapi untuk menyembuhkan penderita quadriplegic atau kelumpuhan total.” —Ο—   Musik, siapa yang belum pernah mendengarnya? Secara umum, musik bisa diartikan sebagai harmoni suara. Desir angin, air yang jatuh, debur ombak,… Teruskan Membaca

Monumental

Al-Ghazali (4): Karya-karya dan Akhir Hayatnya

“Jangan percaya bahwa jenazah yang engkau lihat ini adalah aku. Aku adalah ruh dan ini tidak lain hanyalah tubuh kasar. Itu adalah tempat tinggal dan pakaianku untuk sementara waktu…. Aku adalah mutiara yang telah meninggalkan cangkangnya yang terlantar, itu adalah penjaraku, di mana aku menghabiskan waktuku dalam kesedihan. Aku adalah burung dan inilah kandangku, darinya… Teruskan Membaca

Sejarah

Dinasti Umayyah (13): Abdul Malik bin Marwan Ayah Para Raja

“Abdul Malik bin Marwan wafat pada bulan Syawal tahun 86 Hijriah dalam usia 60 tahun. Ia mewariskan fundamen kekuasaan yang sangat kokoh bagi terbangunnya sebuah dinasti yang disegani dunia. Kelak para sejarawan mengenalnya dengan sebutan Abul Muluk atau ayah para raja. Karena empat putranya, yaitu Al Walid, Sulaiman, Yazid II, dan Hisyam adalah para khalifah… Teruskan Membaca

Monumental

Al-Ghazali (3): Kritik Keras Terhadap Filsafat

“Al-Ghazali mengkritik filsafat Islam secara keras dengan cara yang sebelumnya tidak pernah ada. Namun, di satu sisi mengkritik, paradoksnya, dia juga justru membuat filsafat menjadi lebih dikenal di dalam Islam.” –O– Selain dikenal sebagai sosok yang lebih bersimpati terhadap bentuk mistis Islam yang ditemukan  di dalam Tasawuf, al-Ghazali juga menghabiskan lebih banyak waktunya untuk menulis.… Teruskan Membaca

Tokoh

Profil Emas KH. Wahid Hasyim (5): Cinta dan Perjuangan

“Mula-mula saya insaf bahwa tidak ada satupun perhimpunan yang seratus persen memuaskan. Ibaratnya seperti jodoh yang memuaskan sungguh-sungguh kecantikannya, kecerdasannya, rumahnya, saudara-saudaranya, kemenakannya dan lain-lain lagi, pasti tidak terdapat di dunia ini. Oleh karena perhimpunan atau partai yang memuaskan seratus persen itu tidak pernah ada, maka harus dipilih yang paling ringan kekurangan-kekurangannya.” —Ο—   Tampan… Teruskan Membaca

Studi Islam

Nasionalisme dalam Islam: Perspektif Etika (2)

“Mukadimah Konstitusi Indonesia sesungguhnya telah meletakkan nasionalisme dalam konteks etika yang kuat dan sangat selaras dengan Islam. Nasionalisme kita didasarkan pada konsep Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” —Ο—   Soal cinta tanah air ini sebenarnya… Teruskan Membaca

Monumental

Al-Ghazali (2): Pengembaraan

“Al-Ghazali mengalami krisis kepercayaan diri, beberapa orang menganggap al-Ghazali mendapat gangguan mental. Dia berhenti dari pekerjaannya dan menghabiskan dasawarsa berikutnya untuk mengembara di dunia Muslim.” –O– Ketika al-Ghazali tiba di Baghdad pada tahun 1091 M, selain menjadi Guru Besar di Nizamiyyah, dia juga mesti memperhatikan aspek politik dari jabatan barunya, yang mana sama pentingnya dengan… Teruskan Membaca

Studi Islam

Nasionalisme dalam Islam: Perspektif Etika (1)

Sayidina Ali pernah menyatakan: “Sesungguhnya negara dapat makmur dengan adanya cinta pada tanah air.” Pada kesempatan lain, beliau berkata: “Salah satu tanda kemuliaan seseorang adalah tangisannya atas apa yang telah berlalu dan kerinduannya pada tanah airnya.”  —Ο—   Masalah nasionalisme dalam Islam termasuk topik musiman. Sesekali timbul terus tenggelam lagi. Istilah anak-anak remaja sekarang topik… Teruskan Membaca

Studi Islam

Mengenal Nabi Khidir AS (3)

“Pada akhirnya Khidir tetaplah kekayaan Tuhan yang tersimpan rapat. Orang tidak pernah tau di mana dia sekarang ini, di mana rumahnya, dan seperti apa kehidupaannya. Orang bahkan hanya mengenalnya dengan warna. Ya, warna. Khidir, dalam bahasa Arab, merujuk hijau, warna kehidupan.” —Ο—   Setelah Nabi Musa As bertemu dengan Khidir, terjadilah perbincangan antara keduanya, yang… Teruskan Membaca

Monumental

Al-Ghazali (1): Remaja Jenius

“Sewaktu remaja, al-Ghazali mengalami perampokan. Buku dan catatan pelajarannya termasuk yang diambil. Sejak itu, dia bertekad untuk menghapal seluruh pelajaran dan catatannya di dalam kepala saja.” –O– Salah satu hal yang menarik dari agama Islam adalah, dalam konteks perkembangan keilmuan, dia tidak berhenti pada saat Nabi Muhammad SAW meninggal. Berabad-abad setelahnya, Islam banyak melahirkan ulama-ulama… Teruskan Membaca

Studi Islam

Mengenal Nabi Khidir AS (2)

“Dia ingin sebuah kemesraan abadi dengan Tuhan Yang Kuasa, apapun ongkosnya. Dia ingin tak ada lagi mendengar kata perpisahan. Dia mendambakan kebaktian abadi. Tuhan Yang Kaya rupanya menjawab semua keinginannya. Zat Agung menarik jiwanya ke Kerajaan-Nya, mendudukkannya di dekat Singgasana sebelum akhirnya mengambil alih seluruh dirinya…” —Ο—   Untuk memulai tulisan ini, kami ingin mengutip… Teruskan Membaca

Tokoh

Kisah Bilal bin Rabah (10): Adzan Terakhir yang Tak Pernah Usai

“Sepeninggal Rasulullah, Bilal tidak pernah mau untuk Adzan lagi, dan dia lebih memilih hijrah ke Suriah. Atas permintaan Nabi di dalam mimpi, Bilal berkunjung kembali ke Madinah. Hasan dan Husain meminta Bilal untuk adzan. Ketika sampai kalimat “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Bilal menangis tersedu sedan dan tidak pernah sanggup melanjutkan Adzan.” –O– Rasulullah wafat pada… Teruskan Membaca

Sejarah

Dinasti Umayyah (12): Era Kepemimpinan Trah Hakam bin Abu Al-Ash

“Tampilnya Marwan bin Hakam ke puncak kekuasaan Bani Umayyah menjadi titik balik yang penting dalam sejarah perkembangan dinasti ini selanjutnya. Naiknya Marwan menandai berakhirnya era kepemimpinan trah Abu Sufyan, dan beralih pada trah Hakam bin Abul Ash. Dari Marwanlah nanti Khalifah Dinasti Umayyah terus mewaris hingga mencapai puncak kejayaannya, dan mengalami masa dekadensi yang parah,… Teruskan Membaca

Tokoh

Kisah Bilal bin Rabah (9): Adzan Pertama di Mekah

“Bilal menyenandungkan Adzan di atas reruntuhan berhala. Kedua telapak kakinya menginjak bagian-bagian berhala yang telah hancur berserakan, sebuah panorama yang mustahil terjadi di masa sebelumnya.” –O– Hari demi hari berlalu, Bilal bin Rabah terus menemani Rasulullah dalam berbagai kesempatan. Dia tercatat selalu ikut dalam seluruh perjuangan bersenjata umat Islam.[1] Hingga akhirnya tibalah peristiwa Futuh Mekah.… Teruskan Membaca

Tokoh

Profil Emas KH. Wahid Hasyim (4): Mereformasi Pesantren

“Reformasi yang dilakukan oleh Kiai Wahid beberapa dasawarsa silam, menjadikan pesantren memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan zaman.” —Ο—   Setelah pulang dari berkelana ke beberapa pesantren dan ulama Pulau Jawa, KH. Wahid Hasyim menjadi sosok yang berbeda. Jauh lebih kritis dan luas cakrawalanya. Beliau mengkonsumsi buku-buku bertulis latin dari berbagai bahasa yang tidak… Teruskan Membaca