Mozaik Peradaban Islam

Tag archive

Damaskus

Invasi Prancis ke Aljazair (21): Abdul Qadir (18)

in Monumental

Semua agama dalam kitab (Islam, Kristen, dan Yahudi) bertumpu pada dua prinsip — untuk memuji Tuhan dan memiliki kasih sayang terhadap makhluk-makhluk-Nya…. Hukum Muhammad menempatkan kepentingan terbesar pada kasih sayang dan pengampunan. Bagaimana menjelaskan pecahnya kekerasan sektarian yang begitu ganas di Damaskus pada tahun 1860? Penulis buku The Compassionate Warrior: Abdul Qadir of Algeria, Elsa…

Teruskan Membaca

Invasi Prancis ke Aljazair (17): Abdul Qadir (14)

in Monumental

Ketika orang Kristen di Damaskus hendak dibantai, Abdul Qadir berkata, “Aku akan berangkat ke pemukiman orang Kristen, dan di sana aku akan bertarung selama aku masih bernafas. Aku akan mati, jika diperlukan, demi kehormatan Islam, yang hukumnya melarang kejahatan seperti ini.” Konspirasi Pembantaian Kristen Orang-orang Kristen di Damaskus, sebagian besar bermadzhab Ortodoks Yunani dan Katolik…

Teruskan Membaca

Invasi Prancis ke Aljazair (15): Abdul Qadir (12)

in Monumental

Di Damaskus, Abdul Qadir mengajari para ulama tentang karya Ibnu Arabi. Namun otoritas keagamaan setempat tidak menyukainya. Peristiwa yang terjadi kepada Ibnu Arabi enam abad sebelumnya terulang kembali. Guru Spiritual Di Damaskus, Abdul Qadir membeli tiga rumah yang sangat besar. Rumah-rumah itu kemudian disatukan sehingga luasnya seperti lapangan sepak bola. Rumah itu tidak hanya cukup…

Teruskan Membaca

Invasi Prancis ke Aljazair (14): Abdul Qadir (11)

in Monumental

Semasa hidupnya, di Damaskus Ibnu Arabi menentang ide-ide keagamaan ortodoks, dan dia melontarkan kritik keras terhadap para pemuka agama setempat. Setelah kematiannya, karena kesal, untuk membalas dendam mereka menimbun sampah di makamnya. Bagi Abdul Qadir, Ibnu Arabi adalah guru spiritualnya, oleh karena itulah dia ingin menetap di Damaskus. Ibnu Arabi dan Damaskus Setelah tiba di…

Teruskan Membaca

Islam dan Perang Dunia I (12): Pemberontakan Bangsa Arab (3)

in Monumental

“Progres pemberontakan berlangsung dengan cepat, hanya sekitar tiga bulan dari sejak pecahnya pemberontakan Husein telah memproklamasikan dirinya sebagai raja bangsa Arab, dan pada bulan Desember 1916 dia telah diakui oleh Inggris sebagai penguasa independen.” –O– Pemberontakan Arab dimulai pada 10 Juni 1916, ketika pasukan Husein bin Ali, sharif Mekkah, menyerang garnisun Kesultanan Ustmaniyah (Ottoman) di…

Teruskan Membaca