Mozaik Peradaban Islam

Tag archive

Ibnu Arabi

Ilusi Identitas Arab: Sebuah Pengalaman dan Klarifikasi (14): Ibnu Arabi dan Metabahasa Wahyu (2)

in Studi Islam

Bagi Ibnu Arabi, bahasa Arab bukan sekadar bahasa percakapan, apalagi sekadar bahasa suatu kaum. Dan itulah mengapa dia yang begitu pluralis senang dengan gelar Ibnu al-Arabi (anak Arab). Oleh Musa Kazhim al-Habsyi | Penerjemah dan Koresponden TV Arab Ibnu Arabi memperlakukan bahasa Arab sebagai metabahasa untuk mengungkapkan berlapis-lapis makna dari berjenjang-jenjang realitas yang secara terus-menerus…

Teruskan Membaca

Ilusi Identitas Arab: Sebuah Pengalaman dan Klarifikasi (13): Ibnu Arabi dan Metabahasa Wahyu (1)

in Studi Islam

Sejak saat itulah saya langsung mabuk. Tersungkur rebah di hadapan bahasa ini. Ia langsung terasa menghunjam dada. Oleh Musa Kazhim al-Habsyi | Penerjemah dan Koresponden TV Arab Dulu saya memperlakukan bahasa Arab seperti umumnya bahasa lain. Bahasa Arab waktu itu buat saya tidak keluar rasanya. Tidak ada tendangannya. Sekadar kumpulan memori kosakata, tata bahasa, dan…

Teruskan Membaca

Shirathal Mustaqim dalam Pandangan Ibnu Arabi (3): Semua Memiliki Jalan menuju Allah (2)

in Studi Islam

Ibnu Arabi menjelaskan bahwa meninggalkan istiqamah terkadang juga suatu keharusan dalam istiqamah. Pasalnya, di dalam istiqamah juga ada bengkoknya. Tanpa kemungkinan bengkok sama sekali tidak ada makna istiqamah. Tiada apapun di kosmos ini kecuali beristiqamah, karena Allah yang mewujudkannya berada di Shirathal Mustaqim (jalan yang istiqomah). Allah adalah Rabbnya. Jika sabil-sabil itu saling berhimpitan dan…

Teruskan Membaca

Shirathal Mustaqim dalam Pandangan Ibnu Arabi (2): Semua Memiliki Jalan menuju Allah (1)

in Studi Islam

Allah menurunkan apa yang sesuai dengan keunikan lokus manifestasi ilahi yang berbeda-beda. Allah berfirman, “Untuk tiap-tiap umat di antara kalian Kami berikan aturan (syariat) dan jalan yang terang (minhaj).” Salah satu metode Ibnu Arabi yang lazim kita saksikan dalam melihat perbedaan pendapat adalah mensitesiskan semuanya. Meski pendekatan ini bisa dikaitkan dengan kaidah umum di kalangan…

Teruskan Membaca

Menyingkap Bahasa Mistis Ibnu Arabi (2): Manusia Sempurna

in Tasawuf

Ibnu Arabi menuturkan, “Ketika aku terus-menerus mengetuk pintu Allah, aku menunggu dengan penuh waspada, tidak terganggu, hingga kemudian tampaklah oleh pandanganku kebesaran Wajah-Nya dan sebuah panggilan untukku, tidak lebih dari itu.” Ibnu Arabi terlahir di Mursia, Andalusia pada 28 Juli 1165 dan meninggal pada 10 November 1240 M. Para sufi menjulukinya sebagai Al-Syaikh Al Akbar…

Teruskan Membaca

Menyingkap Bahasa Mistis Ibnu Arabi (1): Pendahuluan

in Tasawuf

Banyak orang yang bergelut dalam ilmu pengetahuan menyangkal (adanya) ilmu gaib laduni yang dipunyai oleh para pesuluk dan ahli makrifat dengan mengatakan: “Bagaimana mungkin ada ilmu tanpa proses belajar, berpikir, dan berpandangan?” Seperti umumnya mistikus Islam,[1] Ibnu Arabi menuangkan butir-butir pemikirannya dalam bahasa yang meminjam istilah James Winston Morris “tersegel dan misterius”.[2] Bahasa yang demikian…

Teruskan Membaca

Asfala Safilin sebagai Pangkalan Terbang Manusia Mendaki Menuju Ruh Ketuhanan dalam Diri: Perspektif Ibnu Arabi

in Tasawuf

Dengan diturunkannya manusia ke tempat rendah itu (Asfala Safilin), manusia menjadi memiliki kesempurnaan forma. Oleh Haidar Bagir Sambil membaca tafsir Ibnu Arabi tentang laylatul qadar beberapa waktu lalu, saya menyempatkan diri memahami ulang tafsir Sang Syaikh soal ayat: “(Sungguh kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk) lalu kami tolak mereka ke tempat yang paling rendah (Kecuali…

Teruskan Membaca

Invasi Prancis ke Aljazair (15): Abdul Qadir (12)

in Monumental

Di Damaskus, Abdul Qadir mengajari para ulama tentang karya Ibnu Arabi. Namun otoritas keagamaan setempat tidak menyukainya. Peristiwa yang terjadi kepada Ibnu Arabi enam abad sebelumnya terulang kembali. Guru Spiritual Di Damaskus, Abdul Qadir membeli tiga rumah yang sangat besar. Rumah-rumah itu kemudian disatukan sehingga luasnya seperti lapangan sepak bola. Rumah itu tidak hanya cukup…

Teruskan Membaca

Invasi Prancis ke Aljazair (14): Abdul Qadir (11)

in Monumental

Semasa hidupnya, di Damaskus Ibnu Arabi menentang ide-ide keagamaan ortodoks, dan dia melontarkan kritik keras terhadap para pemuka agama setempat. Setelah kematiannya, karena kesal, untuk membalas dendam mereka menimbun sampah di makamnya. Bagi Abdul Qadir, Ibnu Arabi adalah guru spiritualnya, oleh karena itulah dia ingin menetap di Damaskus. Ibnu Arabi dan Damaskus Setelah tiba di…

Teruskan Membaca