Gua Hira bagi ummat Islam merupakan salah satu tempat paling monumental dalam sejarah agama Islam. Di sinilah pertama kalinya wahyu turun kepada Nabi Muhammad SAW, sekaligus menandai dimulainya dakwah Islam.
Gua Hira (Bahasa Arab: غار حراء, Ġār Ḥirāʾ),[1] merupakan celah diantara dua batu di sebuah bukit yang disebut dengan Jabal Nur. Letaknya berada di sebelah timur laut kota Mekah. Pada zaman dahulu, karena mengikuti kontur alam, jarak ini diperkirakan mencapai 5,4 Km dari Lembah Mekah atau Masjidil Haram. Adapun saat ini, setelah terjadi pembangunan besar-besaran di Kota Mekah, jaraknya hanya sekitar 3 Km, dan dapat ditempuh dengan waktu 30 menit.
Jabal Nur merupakan bukit batu yang kering. Tingginya 621 meter dari permukaan laut, dan 281 meter dari dasar gunung. Dari puncak Jabal Nur, para pendaki hanya perlu turun sekitar 50 meter untuk sampai ke Gua Hira. [2] Pada zaman sekarang, pendakian ke Gua Hira sudah jauh lebih mudah. Bila dari bawah, pendakian bisa dilakukan dengan melalui sekitar 600 anak tangga.
Berbeda dengan Gua yang dikenal pada umumnya, Gua Hira sendiri merupakan sebuah celah kecil diantara bebatuan. Lebar celah ini hanya sekitar 1,60 meter, dengan tinggi sekitar 3 meter, dan dalamnya hanya 3,7 meter.[3] Dari depan mulut Gua ini para mengunjung dapat melihat langsung ke Kota Mekah.
Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW sering sekali pergi ke Gua Hira. Kadang ia pergi sendiri, dan tak jarang juga ditemani oleh sepupunya yang pada waktu itu masih kecil, yaitu Ali bin Abi Thalib. Beliau berangkat ke Gua Hira dari rumahnya, yang kini lebih dikenal dengan nama “Rumah Khadijah”.
Rumah Khadijah kadang juga disebut sebagai “Rumah Wahyu”, sebab hampir semua surat-surat Makiyyah turun di dalam rumah ini. Rumah ini jaraknya sekitar 200 meter dari Ka’bah. Pada waktu Rasulullah SAW menerima wahyu di Gua Hira, Rumah ini di huni oleh 5 orang, yaitu:[4]
- Khadijah, istri Nabi SAW yang berusia 55 tahun;
- Fathimah Az Zahra, putri bungsu Rasulullah SAW yang berusia sekitar 5 tahun;
- Ummu Kultsum, kakak Fathimah Az Zahra yang pada waktu datangnya wahyu diperkirakan berusia 15 tahun. Beliau sudah menikah dengan putra Abu Lahab yang bernama Utbah bin Abi Lahab, namun pada waktu itu belum berkumpul dengan suaminya. Adapun dua putri Nabi SAW yang lain, Zainab dan Ruqayyah, sudah menikah dan tinggal bersama suami mereka.
- Ali bin Abi Thalib, sepupu Nabi SAW yang beliau rawat sejak bayi seperti anak sendiri. Saat Rasulullah SAW menerima waktu di Gua Hira, Ali bin Abi Thalib masih berusia 11 tahun.
- Ummu Aiman, istri dari pembantu rumah Khadijah yang bernama Zaid bin Haritsah yang pada waktu datangnya wahyu sedang melakukan perjalana ke Yaman membawa dagangan majikannya. Adapun Ummu Aiman pada waktu itu berusia 58 tahun.
Setelah menerima wahyu pertama di Gua Hira, Rasulullah SAW langsung pulang ke rumah Khadijah, dan mengabarkan tentang apa yang sudah dialaminya kepada Khadijah. Dengan tekun Khadijah mendengar berita agung dari lidah suci suaminya. Begitu selesai mendengar penuturan Sang Nabi SAW, Khadijah langsung mengimani kenabian beliau, diikuti oleh para penghuni rumah ini. Adapun orang luar rumah Khadijah yang pertama mengimani kenabian beliau adalah Abu Bakar Ash Siddiq. (AL)
Catatan kaki:
[1] https://ms.wikipedia.org/wiki/Gua_Hira, diakses 14 Oktober 2017
[2] Lihat, O. Hashem, Muhammad Sang Nabi; Penelusuran Sejarah Nabi Muhammad Secara Detail, Jakarta, Ufuk Press, 2007, hal. 67
[3] https://ms.wikipedia.org/wiki/Gua_Hira, Op Cit
[4] O. Hashem, Op Cit, Hal. 69