Mozaik Peradaban Islam

Category archive

Monumental

Madrasah Mustansiriyyah (4): Runtuhnya Madrasah Diiringi dengan Runtuhnya Dinasti

in Monumental

“Pada 1 April 1945, Direktorat Pengelolaan Barang Antik Iraq mulai merestorasi madrasah Mustanṣiriyyah, yang sempat terbengkalai hampir 500 tahun. Bangunan madrasah masih bertahan karena desain arsitektur madrasah Mustanṣiriyyah yang mewah membuatnya mampu bertahan dari serangan Mongol, sebagaimana bukti sejarah lintas zaman.” Khalifah al-Mustanṣir mendedikasikan banyak hal untuk mengembangkan madrasah Mustanṣiriyyah yang menginspirasi sistem universitas hingga…

Teruskan Membaca

Madrasah Mustansiriyyah (3): Telaah Kurikulum dan Metodologi Pendidikan

in Monumental

“Metodologi pendidikan Madrasah Mustanṣiriyyah sangat memperhatikan tiga hal: administrasi yang baik, kualifikasi akademik, metodologi pengajaran, dan kesejahteraan sivitas akademika untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas kegiatan pendidikan.” Madrasah adalah bentuk pengembangan dari Masjid dan Khan dimana masjid digunakan untuk menyelenggarakan sekolah tinggi hukum, dan khan digunakan untuk tempat tinggal para pelajar yang datang dari luar kota.…

Teruskan Membaca

Madrasah Mustansiriyyah (2): Pembangunan Lembaga Pendidikan yang Menjunjung Tinggi Keberagaman

in Monumental

“Dibandingkan dengan madrasah-madrasah lain yang terkenal di Baghdad, Madrasah al-Mustanṣiriyyah merupakan lembaga pendidikan pertama yang diperkaya dengan keragaman di bidang pendidikan.” Mengetahui bahwa Abbasiyah mengalami kemunduran pada masanya, khalifah al-Mustanṣir ingin membuktikan bahwa ia berhasil memulihkan peradaban Islam melalui pendidikan karena ambisi dan antusiasmenya terhadap pengetahuan. Ia membangun Madrasah al-Mustanṣiriyya, universitas Muslim pertama dan paling…

Teruskan Membaca

Madrasah Mustansiriyyah (1): Membangkitkan Kembali Peradaban Melalui Pendidikan

in Monumental

“Ada tiga institusi pendidikan yang sangat dikenal dengan kontribusinya pada peradaban manusia di abad pertengahan, yaitu perpustakaan Baitul Hikmah, Madrasah Nizamiyyah, dan Madrasah Mustansiriyyah. Yang terakhir ini, merupakan warisan khalifah al-Mustansir Billah, salah satu diantara khalifah yang memimpin pada masa-masa terakhir Dinasti Abbasiyyah.” Semangat pendidikan Islam telah dibangkitkan kembali di era Rasulullah SAW melalui da’wahnya…

Teruskan Membaca

Bayt Al-Hikmah (15): Warisan untuk Dunia (2)

in Monumental

Universitas-universitas Renaisans di Eropa mengadopsi sepenuhnya sistem pendidikan mazhab di dalam Islam. Bahkan, gelar Doktor yang kita kenal sekarang merupakan terjemahan literal dari bahasa Arab. Kembali ke Baghdad pada masa al-Kindi dan Hunayn bin Ishaq. Dalam kebanyakan kasus, para penerjemah yang bekerja di Bayt Al-Hikmah bukan hanya menerjemahkan buku-buku dari dunia Hellenic, Persia, Cina, India,…

Teruskan Membaca

Bayt Al-Hikmah (14): Warisan untuk Dunia (1)

in Monumental

Tanpa Bayt Al-Hikmah, Eropa tidak akan pernah lepas dari Abad Kegelapan menuju Renaisans, sebab sumber referensi utama para sarjana Kristen di Eropa berasal dari Bayt Al-Hikmah. Demikianlah kita telah mengulas perjalanan hidup dua tokoh besar Bayt Al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan): al-Kindi dan Hunayn bin Ishaq. Meskipun keduanya sama-sama berjasa bagi dunia ilmu pengetahuan, bahkan hingga masa…

Teruskan Membaca

Bayt Al-Hikmah (13): Hunayn bin Ishaq (7): Karya-Karya

in Monumental

Selain sebagai penerjemah, Hunayn juga menulis karyanya sendiri, terutama topik tentang obat-obatan. Pada artikel sebelumnya kita pernah membahas beberapa karya terjemahan Hunayn bin Ishaq yang paling terkenal, di antaranya seperti karya Galen dari Pergamon dan Republik karya Plato. Namun sesungguhnya di luar itu masih banyak karya-karya Hunayn lainnya yang juga tidak kalah penting. Secara selengkapnya,…

Teruskan Membaca

Bayt Al-Hikmah (12): Hunayn bin Ishaq (6): Di Bawah Tekanan Khalifah Al-Mutawakkil (3)

in Monumental

Khalifah al-Mutawakkil menderita penyakit yang tak bisa disembuhkan, sampai dia bermimpi bertemu dengan Nabi Isa, yang menyatakan bahwa Hunayn dapat menyembuhkannya. Setelah lebih dari enam bulan, Khalifah al-Mutawakkil menyadari lagi kesalahannya (lagi! Karena ini adalah yang kedua kalinya), apakah ini berdasarkan informasi dari mata-matanya ataupun karena pengakuan dari para pelaku pemfitnahan kepada Hunayn bin Ishaq…

Teruskan Membaca

Bayt Al-Hikmah (11): Hunayn bin Ishaq (5): Di Bawah Tekanan Khalifah Al-Mutawakkil (2)

in Monumental

Setelah mendapatkan jabatan yang istimewa sebagai kepala dokter istana, hidup Hunayn tiba-tiba berubah drastis kembali. Khalifah al-Mutawakkil menuduhnya sebagai seorang pengkhianat dan mesti menerima hukuman. Karir Hunayn bin Ishaq di masa kepemimpinan Khalifah al-Mutawakkil berlangsung secara paradoks. Satu sisi dia diangkat setinggi-tingginya, sisi lain dia dijatuhkan serendah-rendahnya. Ini adalah masa terbaik sekaligus masa terburuk Hunayn…

Teruskan Membaca

Bayt Al-Hikmah (10): Hunayn bin Ishaq (4): Di Bawah Tekanan Khalifah Al-Mutawakkil (1)

in Monumental

Khalifah meminta Hunayn untuk membuatkan racun untuk membunuh musuh-musuhnya. Hunayn menjawab, bahwa seorang dokter hanya mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi manusia. Hunayn bin Ishaq disukai oleh Khalifah al-Mamun bukan hanya karena kemampuan menerjemahkannya saja, tapi juga karena ilmu kedokterannya. Bahkan meskipun Hunayn beragama Kristen Nestorian, dia juga diangkat oleh sang khalifah untuk menjadi dokter pribadinya.[1]…

Teruskan Membaca