Kaum kafir Mekah menggelar sayembara perburuan terhadap Sang Nabi. Di antara para pencari jejak, ada seorang bernama Karz bin ‘Alqamah. Dia adalah maestro di zamannya. Dengan kemampuannya, Karz bin ‘Alqamah mengaku telah berhasil menemukan jejak kaki Nabi Saw dan menuntun kaum Kafir Mekah sampai ke Goa Tsaur.
Mendapati rencananya gagal total. Para pemimpin Mekah naik pitam. Perburuan besar-besaran di lakukan, dan sayembara pun digelar. Hadiah luar biasa besar dari para pemimpin Mekah akan di dapatkan oleh orang yang berhasil menemukan Muhammad Saw hidup atau mati.
Seluruh pemburu dan pencari jejak dari semua penjuru datang menyambut tawaran ini. Tidak ada batu yang tidak dibalik, dan tidak ada Goa yang tidak ditelusuri. Setiap jalan yang bisa dilalui manusia, terutama yang menuju ke Madinah, dilacak hingga jalur-jalur terkecil.
Setiap petunjuk diperiksa secara teliti, termasuk kotoran unta untuk mengetahui serat dari 30 jenis tanaman yang tumbuh di padang pasir,[1] serta 134 macam biji kurma yang ada di sana, untuk mengetahui asal usul unta. Inilah perburuan terbesar dalam sejarah bangsa Arab Mekah.
Beberapa riwayat menyatakan bahwa dari Mekah, Rasulullah Saw mengambil jalan ke selatan menuju Yaman, bukan ke Madinah di utara. Setelah berjalan lebih dari 5 jam, beliau bersembunyi di Goa Tsaur bersama Abu Bakar yang letaknya berada di sebuah bukit, bernama Jabal Tsaur, di selatan Mekah.
Kisah tentang Jabal Tsaur ini sangat terkenal dalam sejarah Hijarahnya Rasulullah Saw. Bahkan Al Quran mengabadikannya dalam Surat At Taubah ayat 40 :
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam goa, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Dalam perburuan besar ini, salah seorang pencari jejak yang paling dekat hampir menemukan tempat persembunyian Nabi Saw di Goa Tsaur adalah Karz bin ‘Alqamah yang berasal dari klan Khaza’i. Di antara para pencari jejak, dia adalah maestro di zamannya. Dia dikatakan bisa mengenali semua jejak para pemimpin Arab pada masa itu. Dengan kemampuannya ini, Karz bin ‘Alqamah mengaku telah berhasil menemukan jejak kaki Nabi Saw dan menuntun kaum Kafir Mekah sampai ke Goa Tsaur.
Tapi ketika sampai ke mulut Goa Tsaur, Karz bin ‘Alqamah harus berhadapan dengan nalar dan pengalamannya sendiri. Di mulut Goa itu terdapat sarang laba-laba yang menutupi seluruh mulut Goa, serta di depan mulut Goa tersebut ada burung merpati yang sedang bersarang.
Menyaksikan ini, kaum kafir Mekah marah, bagaimana mungkin ada manusia di dalam Goa tersebut, sedang sarang laba-bala menutupi seluruh mulut Goa, dan burung merpati dengan tenangnya bersarang di depan Goa tersebut? Dan reputasi besar Karz bin ‘Alqamah pun runtuh seketika, tak lebih sekedar pencari jejak gadungan.
Dari Goa Tsaur, Rasulullah melanjutkan perjalanan ke Madinah. Tapi mereka menggunakan jalur yang tidak lumrah di masa itu, dengan menyusuri pantai ke arah utara.
Menurut catatan O. Hasem, dua hari kemudian Rasulullah sampai ke sebuah Oase bernama ‘Usfan, sekitar 80 Km dari Mekah. Disini beliau bertemu dengan pemandu jalan yang bernama ‘Abdullah bin Uraiqath yang membawa mereka melewati oase-oase Amaj, Qudaid, al-Kharrar, Tsaniyyatul Marah, Luqya, Majjaj, Marjah, Dzu Kasyr, al-Dajajid, al-Ajrat,al-Ta’hin, al Ababid, al-Fajah, dan al-‘Arj.[2]
Di Oase Al-‘Arj ini, Rasulullah bertemu dengan pemandu jalan lainnya, yang lebih memahami seluk beluk jalan di Madinah. Dia adalah ‘Aus bin Hajar yang dijuluki Ibnu Rida dan pembantunya yang masih remaja, yaitu Mas’ud bin Hunaidah. Keduanya memandu Nabi Saw hingga ke Tsanniyatul ‘Ghabr, kemudian ke Ri’im, dan dari sana ke Quba.
Rasulullah Saw tiba di Desa Quba ini pada tanggal 12 Rabi’ulawwal 1 Hijriah, atau bertepatan dengan tanggal 24 September 622 Masehi. Di tempat ini Rasulullah menetap beberapa hari sambil menunggu rombongan terakhir, yang dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib.
Sejarawan mencatat dua peristiwa penting terjadi dalam masa menunggu di Desa Quba ini, diantaranya:
1) Di tempat ini, Rasululllah Saw menetapkan tempat dimulainya haji atau umrah. Sekarang tempat ini dikenal dengan nama bi’ir ‘Ali. Dinamakan demikian, karena konon bi’ir (sumur) ini dibuat oleh Ali bin Abi Thalib.
2) Di tepat ini Rasulullah Saw membangun masjid Quba. Masjid ini diyakini sebagai masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah Saw. Masjid ini dibangun dengan bahan-bahan seadanya, namun cukup permanen untuk zamannya. Pada pembangunan pertama ini, belum dibuat mimbar dan tempat imam seperti umumnya masjid yang kita kenal saat ini.
Akhirnya, setelah beberapa hari menunggu, rombongan terakhir tiba. Mereka adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim, istri paman Nabi, Abu Thalib. Beliau adalah sosok ibu bagi Nabi Saw. Setelah wafatnya sang Kakek, Abdul Muthalib, Rasulullah Saw diasuh dalam keluarga Abu Thalib, dicinta sedemikian rupa seperti anak sendiri oleh Fatimah binti Asad.
Dalam rombongan ini ada juga Fatimah Az Zahra, putri bungsu Rasulullah Saw. Kemudian Fatimah binti Zubair bin ‘Abdul Muthalib, yang juga adalah sepupu Nabi Saw. Dan tiga orang laki-laki diantaranya, Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin rombongan, Aiman putra dari Ummu Aiman, dan seorang lagi bernama Abu Waqid.
Setelah datangnya rombongan terakhir ini, maka legalah hati Rasulullah Saw. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju Madinah, dimana di tempat itu sudah menunggu kaum muslimin baik dari kalangan muhajirin (pendatang) dan anshar (penolong).
Tak kalah antusias (penasaran) adalah penduduk Madinah lainnya, mulai dari yang belum memeluk Islam, hingga dari kalangan munafiqin dan kalangan Yahudi yang begitu penasaran dengan sosok agung ini. Mereka sudah mendengar sepak terjang Muhammad Saw dari kolega-kolega mereka di Mekah.
Tapi kaum munafiqin ini lebih licin dan tersamarkan daripada kaum kafir Mekah. Dan kaum Yahudi ini, paham betul siapa yang mereka hadapi. Bagi mereka, kenabian bukan hal baru, dan beberapa nabi sudah tumpas dalam siasat mereka. Kelak dua kelompok ini akan menjadi pemain antagonis yang cukup merepotkan dalam pangung sejarah kenabian Muhammad Saw. Al Quran mencatat panjang lebar tentang kedua kelompok ini. (AL)
Bersambung…
Sebelumnya:
Catatan kaki:
[1] Di gurun tandus seperti Mekah, sangat sedikit tanaman yang dapat bertahan hidup. Sejarahwan mencatat jenis tumbuhan yang tumbuh di wilayah tersebut tidak lebih dari 30 jenis tanaman. Lihat, O. Hasem, Op Cit, hal. 103
[2] Lihat, O. Hasem, Ibid, hal. 110