Kiprah Harun al-Rasyid dalam Zaman Keemasan Islam (6): Warisan al-Rasyid

in Sejarah

Meski Harun al-Rasyid oleh sebagian sejarawan dianggap sebagai khalifah terbaik, namun ketika wafat dia meninggalkan konflik berdarah di antara para putranya yang memperebutkan kekuasaan.

Lukisan tentang istana Harun al-Rasyid. Foto: Harvard Art Museums

Baik para sejarawan maupun orang-orang yang hidup semasa dengan Harun al-Rasyid menaruh simpati yang besar kepada penguasa Abbasiyah ini.

Namun juga, sepanjang 23 tahun pemerintahan al-Rasyid, pemberontakan pecah di beberapa sudut kerajaan Abbasiyah, termasuk di Mesir, Suriah, dan Yaman. Lalu ada juga dinasti-dinasti saingan yang mendirikan kerajaan mereka sendiri di wilayah yang jauh dari pusat kekuasaan Abbasiyah di Baghdad.[1]

Di antara dinasti-dinasti itu adalah Dinasti Idrisiyah, yang mendirikan kerajaannya di Maroko pada tahun 789. Dinasti Idrisiyah didirikan oleh para sayyid (keturunan Nabi) yang melarikan diri dari persekusi Abbasiyah. Dinasti ini adalah dinasti yang bermazhab Syiah pertama dalam sejarah Islam.[2]

Selain itu, ada juga Keamiran Aghlabid yang mendirikan kerajaan semi independen (mengakui kekhalifahan Abbasiyah namun pada faktanya berjalan secara independen) di Ifriqia (sekarang termasuk Tunisia dan Aljazair Timur) pada tahun 800.[3]

Al-Rasyid menghancurkan warisan peninggalannya sendiri, yang semestinya namanya akan menjadi harum jika dia tidak melakukan kesalahan ini. Dia menyusun rencana suksesi yang memproyeksikan salah satu putranya untuk menjadi khalifah penerus, atau otoritas agama dan administratif tertinggi.

Sementara itu putranya yang lain diproyeksikan untuk menjadi gubernur dan memimpin pasukan militer tertentu. Proyeksi ini berakhir dengan bencana. Hal ini akan kita bahas kemudian.

Masih ingatkah Anda dengan keluarga Persia al-Baramikah yang sempat kita bahas di awal? Yahya al-Baramikah yang merupakan Wazir pemerintahan al-Rasyid memiliki dua putra, mereka adalah al-Fadl dan Jafar. Jafar diketahui sangat dekat dengan al-Rasyid. Dalam kehidupan kesehariannya Jafar dikenal sebagai orang yang gemar pesta dan hidup mewah.

Dalam sebuah perselisihan dengan keluarga al-Baramikah yang rincian kronologinya hilang dari sejarah, al-Rasyid memberi perintah agar teman baiknya itu, yaitu Jafar, untuk dieksekusi mati pada tahun 803. Tubuh Jafar kemudian dipajang di sekitar Baghdad sebagai peringatan.[4]

Sementara itu ayah dan saudara laki-laki Jafar — yaitu Yahya dan al-Fadl — keduanya dipenjara dan meninggal di sana.[5] Dalam salah satu versi sejarah, disebutkan bahwa penyebab disingkirkannya keluarga al-Baramikah adalah karena Yahya terlampau berkuasa. Dan selain itu Jafar bin Yahya dikabarkan melakukan perselingkuhan dengan saudara perempuan Harun aI-Rasyid, Abbasah.[6]

Pada musim gugur tahun 808, aI-Rasyid sendiri jatuh sakit saat dalam perjalanan untuk memadamkan pemberontakan di Khorasan (sekarang berada di Iran). Dia meninggal tak lama setelah itu.

Baghdad bisa dibilang mencapai puncak kebesaran budayanya ketika berada di bawah kepemimpinan Khalifah al-Mamun, putra sulung sekaligus penerus Harun aI-Rasyid, yang memerintah selama 20 tahun dari tahun 813 hingga 833.

Ketimbang ayahnya, al-Mamun menghabiskan lebih banyak uang yang dialokasikan untuk pengembangan Bayt al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan), dan dia berhasil menarik lebih banyak cendekiawan ke Baghdad.

Di bawah al-Mamun Abbasiyah mencapai kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan kesenian yang terus berkelanjutan. Tapi di antara peristiwa kelam pada masa kekuasaan al-Mamun adalah bahwa dia memperoleh kekuasaan dengan cara membunuh saudara tirinya, al-Amin.

Kedua bersaudara ini terlibat dalam perang saudara akibat pengaturan suksesi kepemimpinan yang buruk yang dirancang oleh ayah mereka. Setelah al-Mamun memenangkan perang saudara tersebut, dia mengeksekusi al-Amin. Al-Mamun juga mempersekusi orang-orang Muslim yang dia khawatirkan tidak setia atau tidak memiliki keyakinan yang sama.

Sebagian besar masa kekhalifahan al-Mamun ditandai dengan perang saudara yang berlarut-larut dan permulaan munculnya kekhawatiran finansial dan politik yang serius bagi Abbasiyah.

Gubernur lokal secara berkala menantang otoritas sang Khalifah, menimbulkan pergolakan yang akan membuat Baghdad jatuh ke tangan dinasti saingan yang bermazhab Syiah beberapa dekade kemudian. Al-Mamun juga memperbarui konfliknya dengan Kekaisaran Bizantium.

Dengan fakta-fakta seperti ini maka sangat mudah bagi kita untuk menjelaskan mengapa para sejarawan Muslim melihat masa kekhalifahan Harun al-Rasyid sebagai periode yang paling baik, dibandingkan dengan khalifah-khalifah lainnya.

Dari semua tokoh sejarah dalam sejarah awal Islam, al-Rasyid mungkin yang paling dikenal saat ini di dunia Barat. Khalifah Abbasiyah yang kelima dan pendiri Bayt al-Hikmah ini memiliki tempat yang unik dalam imajinasi populer di dunia Barat.[7] (PH)

Selesai.

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Eamonn Gearon, The History and Achievements of the Islamic Golden Age (The Great Courses: Virginia, 2017), hlm 26.

[2] “Idrisid dynasty”, dari laman https://www.newworldencyclopedia.org/entry/Idrisid_dynasty, diakses 20 Mei 2021.

[3] Encyclopædia Britannica, “Aghlabid dynasty” (Chicago: Encyclopædia Britannica, 2014).

[4] Eamonn Gearon, Op.Cit., hlm 27.

[5] Ibid.

[6] Nadirsyah Hosen, “Khalifah Harun Ar-Rasyid: Masa Keemasan Abbasiyah”, dari laman https://geotimes.id/kolom/politik/khalifah-harun-ar-rasyid-masa-keemasan-abbasiyah/, diakses 14 Mei 2021.

[7] Eamonn Gearon, Op.Cit., hlm 27-28.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*