“Kesehatan merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia. Dunia Islam memberi kontribusi besar pada bidang ini.”
—Ο—
Instrument Bedah dan Kitab Induk Kedokteran
Teknik bedah merupakan salah satu terobosan besar dalam ilmu kesehatan modern. Dan ini merupakan sumbangan yang tak ternilai dari ilmuan Muslim kepada umat manusia. Tidak hanya itu, bahkan instrument bedahnya pun, dikreasikan oleh ilmuan Muslim abad ke-10 Masehi bernama Al-Zahrawi atau dunia barat mengenalnya Abulcasis.[1] Pisau bedah, gergaji tulang, forceps, gunting halus untuk operasi mata dan banyak dari 200 instrumen yang ia buat masih digunakan oleh ahli bedah modern. Salah satu yang paling monumental diantaranya adalah catgut atau benang bedah, yang juga bisa digunakan untuk membuat kapsul obat. Benang bedah temuan Al-Zahrawi ini dibuat dari jaringan hewan –biasanya dari usus kambing atau sapi– sehingga dapat diterima oleh tubuh manusia dan halal digunakan oleh orang Islam.[2]
Al-Zahrawi dikenal melalui karya monumentalnya yaitu kitab At-Tasrif liman Ajiza an at-Ta’lif. Kitab setebal 1.500 halaman dengan 30 jilid ini, hingga sekarang dianggap sebagai buku induk kedokteran modern. Di dalam kitab inilah Al-Zahrawi mengklasifikasikan 325 macam penyakit beserta gejala dan cara pengobatannya, serta mengupas bermacam teknik dalam operasi bedah.[3]
Dalam kitab yang sama ia secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Di atas lembar-lembar Al-Tasrif pula ia memaparkan kurang lebih 200 peralatan bedah, termasuk 26 alat hasil temuannya itu.[4] Tak hanya itu, Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi.[5]
Hingga sekarang, Al-Tasrif telah diterjemahkan ke bahasa Latin, Inggris, Perancis, hingga Ibrani, dan menjadi acuan utama kalangan medis di Eropa pada masa renaisans. Ahli bedah ternama abad ke-14 asal Prancis, Guy de Chauliac, bahkan mengutip isi ajaran Al-Tasrif lebih dari 200 kali. Sampai abad ke-16, Al-Tasrif masih dijadikan rujukan utama hingga diambil-alihnya kembali maskot ilmu pengetahuan oleh bangsa barat sejak masa Renaisans yang mulai menggejala sejak dua abad sebelumnya.[6]
Sumbangan ilmuan Muslim lainnya dalam bidang kesehatan, adalah penjelasan tentang peredaran darah, yang ditemukan pada abad ke-13, oleh seorang dokter Muslim lainnya bernama Ibnu Nafis. Selain itu, ilmuan Muslim juga yang menemukan anestesi campuran opium dan alkohol dan mengembangkan jarum berongga untuk menyedot katarak dari mata yang secara teknik yang masih digunakan sampai sekarang.
Inokulasi
Kita mungkin sering kali mendengar istilah vaksinasi atau imunisasi. Sebuah upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh manusia agar terhindar dari penyakit atau wabah tertentu. Hampir di semua belahan dunia modern sekarang vaksinasi dilakukan pada manusia sejak usia dini. Sebelum ditemukannya vaksinasi, wabah penyakit seperti cacar misalnya, dapat meluas tak terkendali bahkan tak jarang melahirkan bencana kemanusiaan yang tragis.[7]
Vaksinasi atau imunisasi berdiri di atas metode teknis yang dikenal dengan istilah inokuasi, yaitu teknik penanaman bakteri atau suatu kegiatan pemindahan mikro-organisme baik berupa bakteri maupun jamur dari tempat atau sumber asalnya ke medium baru yang telah dibuat dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi dan aseptis.Dengan demikian akan didapatkan biakan mikro-organisme murni yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran maupun untuk kepentingan lainnya seperti kepentingan industri, pertanian, dan kesehatan.[8]
Terdapat banyak pendapat terkait asal mula metode inokulasi dikembangkan. Adanya yang mengatakan bahwa metode ini pertama kali dikenal di India kuno pada 1000 tahun sebelum masehi. Tapi informasi ini tidak terbukti. Kitab-kitab pengobatan sangsekerta, tidak satupun yang menunjukkan adanya metode ini. Pendapat lainnya, metode ini pertama kali dikembangkan di China, yang dibuat oleh penulis Cina Wan Quan (1499-1582) dalam bukunya Douzhen xinfa yang diterbitkan pada tahun 1549. Tapi inokulasi cacar tampaknya tidak meluas di China sampai masa pemerintahan Kaisar Longqing dari Dinasti Ming di paruh kedua abad ke-16.[9]
Dunia modern lebih mengenal Edward Jenner (1749-1823) dan Louis Pasteur (1822-1895) sebagai orang pertama yang mengembangkan teknik ini.[10] Tapi sejarah membuktikan lain. Lebih dari se-abad sebelum Jenner melakukan eksperimennya, masyarakat Muslim di Turki sudah menggunakan teknik ini dan berhasil. Bukti tentang ini dipaparkan oleh Aristokrat dan penulis Inggris bernama Lady Mary Wortley Montagu (1689-1762), istri dari Edward Wortley Montagu, yang ditugaskan kerajaan Inggris menjadi duta besar di Istambul pada tahun 1716.
Di Turki, Lady Mary Wortley Montagu menyaksikan sendiri bagaimana masyarakat di sana memiliki kekebalan terhadap penyakit cacar setelah dilakukan vaksinasi dengan metode inokulasi. Ia kemudian menguji metode ini kepada anak-anaknya, dan berhasil. Kedua anaknya mengalami pemulihan yang cepat sejak diberikan vaksinasi di Turki. Kemudian ia membawa hasil pengalamannya ini ke Inggris.
Pada tahun 1721, epidemic cacar menghantam London. Lady Mary Wortley Montagu menawarkan bantuannya kepada orang-orang di sana melalui metode yang dimilikinya. Upayanya pada saat itu berhasil membuat pasiennya kebal terhadap wabah yang melanda. Namun upayanya ini kemudian ditentang oleh banyak dokter di Inggris dengan mengatakan bahwa metodenya itu belum teruji secara klinis, sehingga beresiko bila disebarluaskan.[11] (AL)
Bersambung…
Sebelumnya:
Catatan kaki:
[1] Nama panjangnya adalah Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi, biasa dipanggil Al-Zahrawi atau El Zahrawi. Orang-orang Eropa lebih suka memakai nama Abulcasis untuk menyebutnya. Al-Zahrawi lahir pada 936 Masehi di Zahra, sebelah barat daya Cordoba, Provinsi Andalusia, Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama “El Zahrawi”. Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_al-Qasim_al-Zahrawi, diakses 21 November 2017
[2] Lihat, https://tirto.id/al-zahrawi-mahaguru-dokter-bedah-sedunia-cpuV, diakses 21 November 2017
[3] Lihat, http://www.muslimheritage.com/article/abu-al-qasim-al-zahrawi-great-surgeon, diakses 21 November 2017
[4] Lihat, http://www.kumc.edu/dc/rti/instruments_1778_abulcasis.html, diakses 21 November 2017
[5] Lihat, , https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_al-Qasim_al-Zahrawi, Op Cit
[6] Lihat, https://tirto.id/al-zahrawi-mahaguru-dokter-bedah-sedunia-cpuV, Op Cit
[7] Lihat, http://www.muslimheritage.com/article/lady-montagu-and-introduction-smallpox-inoculation-england, diakses 21 November 2017
[8] Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Inokulasi, diakses 21 November 2017. Untuk pennjelasan lebih lanjut, lihat juga, http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-inokulum/
[9] Lihat, http://www.muslimheritage.com/article/lady-montagu-and-introduction-smallpox-inoculation-england, Op Cit
[10] Lihat, http://www.kalbemed.com/Portals/6/24_205Opini-Imunisasi-Sejarah%20dan%20Masa%20Depan.pdf, diakses 21 November 2017
[11] Lihat, http://www.muslimheritage.com/article/lady-montagu-and-introduction-smallpox-inoculation-england, Op Cit