Rumusan-Rumusan matematika Al-Khawarizmi telah banyak berpengaruh kedalam bidang-bidang lain, termasuk lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci yang dibuat berdasarkan rumusan matematika Al-Khawarizmi.
Al-Khawarizmi memiliki andil dalam beberapa bidang ilmu lain seperti dalam bidang astronomi dan geografi. Dalam bidang astronomi dia telah menulis beberapa karya dalam bentuk kitab, yaitu; kitab al-Amal bi al-Ustharlab, kitab Jadwal an-Nujum wa Harakatuha, dan kitab as-Sind Hind (kitab yang memuat tentang diagram astronomi). Kemudian pada awal abad ke 12, karya-karya Al-Khawarizmi mulai diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Dalam bahasa Latin, karya-karyanya pertama kali dialih-bahasakan oleh Adelard of Bath dan Gerard of Cremona, misalnya The Treatise of Arithmetic, Al Muqala fi Hisab Al Jabr wa Al Muqabillah. Selanjutnya yaitu Kitab Surat-al-Ard, sebuah naskah yang saat ini disimpan di Strassbourg, Prancis. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan informasinya diketahui isi buku ini berlawanan dengan pandangan Ptolomeus[1]; serta kitab Al-Amal bi al-Usturlab (Fungsi Laboratorium Astronomi), dan Kitab Amal-al Ustrulab (Pengoperasian Laboratorium Astronomi).[2]
Selain itu Al-Khawarizmi ikut andil dalam mengukur lingkaran bumi. Dalam literatur Islam astronomi disebut dengan ilmu falak, yaitu bidang ilmu yang paling menarik para ilmuwan Muslim selain bidang matematika. Sebab bidang ilmu tersebut sangat mendukung peribadatan dalam Islam, seperti menentukan awal dan akhir bulan ramadhan, hari raya idul fitri, idul adha, dan lain sebagainya.
Dalam ilmu falak ini al-Khawarizmi memiliki peran dalam mengukur lingkaran bumi yang dilakukan pada masa khalifah Al-Ma’mun. Pengukuran ini dilakukan dengan cara menggunakan ilmu astronomi. Untuk tujuan itulah dibentuk dua tim yang terdiri dari ilmuwan, salah satuya mengarah ke utara dan satunya mengarah ke selatan pada garis lintang yang sama. Setelah itu, masing-masing tim menentukan garis bujur di tempat tibanya dengan cara mengukur ketinggian bintang kutub. Dari dua pengukuran itu, para ilmuwan muslim kemudian menghitung derajatnya yang pada gilirannya dipergunakan untuk menghitung lingkaran bumi dan separuh wilayahnya dengan ketelitian yang melebihi pengukuran yang dilakukan oleh ahli matematikawan Yunani Alexandria, Eratosthemes. Riset pengukuran ini dilakukan di Sanjar dan Palymra, hasilnya 56,75 Mil Arab sebagai panjang derajat meridian. Menurut CA Nallino, ukuran ini hanya selisih 2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya.[3]
Al-khawarizmi pun membuat diagram astronomi seperti yang dimuat dalam bukunya “as-Sind Hind” yang terkenal. Sebagaimana dia juga menulis beberapa buku penting dalam ilmu astronomi. Bahkan Al-Khawarizmi mencoba untuk membuat ramalan tentang masa hidup Nabi Muhammad SAW melalui ilmu astronomi. Dia hitung secara cermat waktu Nabi dilahirkan.
Dalam ilmu geografi dia menulis dua kitab yaitu kitab Shurah al-Ardh dan kitab Taqwim al-Buldan. Dalam kitab yang berjudul Shurah al-Ardh, al-Khawarizmi menulis yang isinya membenarkan pendapat Ptolomeus. Dan dalam kitab itu pula Al-Khawarizmi juga membuat peta yang lebih detail dari pada peta yang dibuat oleh Ptolemaeus. Kitab tersebut menjadi dasar bagi ilmu bumi Arab dan dijadikan model oleh ahli geografi Barat untuk menggambar peta dunia. Naskah itu, hingga kini masih tersimpan di Strassburg, Jerman. Kitab ini oleh Abdul Fida dikatakan sebagai buku peta yang sangat rinci menggambarkan bagian-bagian bumi yang dihuni manusia karena dihiasi secara lengkap dengan peta pada beberapa bagian dunia. [4]
Selain itu juga dia menulis buku yang berjudul Taqwim al-Buldan, yang menurut Carlo Nallino dan para orientalis dari Italia lainnya, bahwa buku-buku yang ditulis Al-Khawarizmi yang membahas tentang geografi sebagai sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Al-Khawarizmi membuat koreksi-koreksi mendasar pada pemikiran filsuf Yunani tentang geografi. Dalam sejarah tercatat tujuh puluh orang yang ahli dalam bidang geografi bekerja di bawah koordinasi Al-Khawarizmi. Kelompok ini kemudian melahirkan peta bumi yang kita kenal sebagai “globe” untuk pertama kali, dan telah kita dikenal dunia sejak tahun 830 M.[5]
Seperti dikatakan sebelumnya, Al-Khawarizmi memberikan dampak yang signifikan di bidang seni. Bahkan dikatakan bahwa pemikiran Al-Khawarizmi telah memberikan gagasan yang brilian terhadap lukisan Monalisa. Leonardo da Vinci tak saja terkenal sebagai salah satu pelukis terbesar di dunia, namun dia juga salah seorang pematung, arsitek, filsuf, ilmuwan dan ahli tehnik. Leonardo da Vinci selalu berupaya untuk menciptakan suatu piranti, kemudian mencoba menggambarkan tentang bagaimana benda sesungguhnya yang hendak dibuatnya. Dia pun kemudian memberikan penjelasan tentang bagaimana cara bekerja piranti yang digagasnya. [6]
Leonardo da Vinci juga dikenal mempelajari dengan seksama ilmu anatomi (susunan tubuh manusia), sehingga dia bisa menggambar serta melukiskan manusia sebagaimana “aslinya”. Semua kemampuannya itu paling tidak didapatnya setelah dia mempelajari secara seksama berbagai teori keseimbangan matematika yang telah dirumuskan oleh Al-Khawarizmi, yang dalam bahasa matematika dikena dengan “phi” atau “rasio emas”, yang kemudian dipopulerkan di Barat oleh Fibonacci yakni 1,1,2,3,5,8…. Sehingga dengan angka rasio emas tersebut maka para ilmuwan dapat mengukur dan menentukan suatu bangunan secara tepat dan seimbang. Begitu pula ketika seorang seniman menjadikan gambar manusia sebagai objek lukisannya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Leonardo da Vinci. Dalam bukunya Math and the Monalisa, Bulent Atalay menegaskan bahwa phi atau rasio emas adalah suatu nomor yang sering digunakan di dunia seni serta jagad raya ketika seniman atau ilmuwan menghasilkan sebuah karya yang luar biasa.[7]
Dalam salah satu buku matematikanya, dia menuliskan pula teori seni musik. Buku itu diterjemahkan oleh Adelard dari Bath pada abad ke 12 dengan judul Liber Ysagogarium Alchorism. Pengaruh buku ini kemudian sampai ke Eropa dan sejarawan Phillip K Hitti menyebutnya sebagai perkenalan pertama musik Arab ke dunia latin.[8](SI)
Selesai.
Catatan Kaki:
[1] Ptolomeus adalah seorang ahli geografi, astronom dan astrolog yang hidup pada zaman Helenistik di provinsi Romawi, Aegyptus. Dia mengarang beberapa risalah Ilmiah, tiga di antaranya kemudian memainkan peranan penting dalam keilmuwan Islam dan Eropa, yaitu risalah astronomi yang dikenal sebagai Almagest (Risalah Besar), yang kedua yaitu Geographia yang merupakan diskusi teliti mengenai pengetahuan geografi Helebistik, dan yang ketiga adalah risalah astrologi yang dikenal sebagai Tetrabiblos (empat buku) dimana dia berusaha mengadaptasi astrologi horoskop ke filosofi alam Aristotelian.
[2] Lihat, Zarkali, Eminent Figures dan Personalities, vol. 2, hlm 103, dalam Halima El Ghirari, Pent. Muhammad Akhyar Adnan, Para Pelopor Peradaban Islam, Matan, Sleman, 2005, hlm 53
[3] Lihat, Aldo Milli, Arabian Science an its Impact in Scientific Development in the Wold, dalam Halima El Ghirari, Pent. Muhammad Akhyar Adnan, Para Pelopor Peradaban Islam, Matan, Sleman, 2005, hlm 57
[4] Lihat, Ibid, hal 65
[5] Lihat, Muhammad Gharib Gaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sehjarah Islam, Pustaka Kautsar, Jakarta, 2012, hlm 84
[6] Lihat, tulisan Juhriansyah Dalle, Matematika Islam (Kajian Terhadap Pemikirkan Al-Khawarizmi) dalam Jurnal Pemikiran Islam dan Pendidikan Al-Talim vol XIII No. 24, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol, Padang, 2006, hlm 42
[7] Lihat, Ibid, hlm 42
[8] Lihat, Philip K. Hitti, History of The Arabs, Serambi, Jakarta, 2006,, hlm 153