“Antara tahun 1504 dan 1510, Aruj menggunakan armada kapal untuk membantu mengangkut pengungsi Muslim Moor dari Spanyol ke Afrika Utara. Para pengungsi menyebut dia sebagai Baba Aruj, namun di telinga orang-orang Kristen nama itu terdengar seperti “Barbarossa”, yang dalam bahasa Italia berarti “Janggut Merah”. Secara kebetulan, Aruj dan Khair memang sama-sama memiliki janggut merah, sehingga pas lah sudah julukan “Barbarossa” melekat pada kedua bersaudara tersebut.”
–O–
Pada masa kekaisaran Ottoman Turki (Ustmani) berkuasa, terdapatlah salah satu laksamananya yang terkenal akan keberaniannya dan tidak pernah terkalahkan dalam perang laut di mana pun. Salah satu julukan di antara berbagai julukan lain yang pernah melekat pada dirinya adalah “Raja Laut”. Laksamana tersebut mempunyai nama Khair-ed-Din Barbarossa (di Barat dikenal dengan nama Hayreddin Barbarossa). Namun, jauh hari sebelum menjadi Laksamana Ottoman, Barbarossa ternyata adalah seorang perompak atau bajak laut.[1]
Khair-ed-Din lahir sekitar tahun 1470-an atau awal 1480-an di desa Palaiokipos, di pulau Midilli Yunani yang dikuasai Kekaisaran Ottoman. Ibunya bernama Katerina, kemungkinan adalah seorang Kristen Yunani, sementara ayahnya, Yakup, tidak diketahui dengan pasti berasal dari etnis mana—sumber lain mengatakan bahwa dia orang Turki, Yunani, atau Albania. Bagaimanapun, Khair adalah anak ketiga dari keempat putra mereka.[2]
Yakup adalah seorang pembuat tembikar, dia membeli sebuah kapal untuk membantunya menjual barang-barangnya di sekitar pulau. Anak-anaknya semua belajar berlayar untuk menunjang bisnis keluarga. Dua anak tertua Yakup, Ilyas dan Aruj, mengoperasikan kapal ayah mereka, sementara Khair membeli sebuah kapal sendiri; mereka semua mulai beroperasi sebagai pelaut di Laut Mediterania.[3]
Pertengahan abad ke-13 sampai dengan 300 tahun ke depannya adalah sebuah periode di mana terjadi persaingan dagang yang sengit di antara pelabuhan-pelabuhan di Laut Mediterania, baik itu orang-orang Kristen maupun orang-orang Muslim.[4] Pada tahun 1492, Spanyol menuntaskan penaklukannya di Granada, mereka menghabisi sisa-sisa pemerintahan Islam terakhir di daerah Semenanjung Iberia. Untuk menghindari orang-orang Spanyol, Penduduk Muslim dari wilayah tersebut kemudian mengungsi ke wilayah Afrika Utara.[5]
Pada tahun 1505 orang-orang Spanyol dan Portugis mencari keuntungan teritorial di sekitar Afrika Utara, dan mereka mulai menyerang kota-kota pesisir. Marah dengan serangan terhadap sesama Muslim, Khair dan Aruj memutuskan untuk bergabung dengan Korkud (salah satu putra Sultan Ottoman Bayezid II) untuk menjadi prajurit angkatan laut. Mereka bertugas untuk mengganggu pengiriman logistik Spanyol dan Portugis di Mediterania barat. [6]
Antara tahun 1504 dan 1510, Aruj menggunakan armada kapal untuk membantu mengangkut pengungsi Muslim Moor dari Spanyol ke Afrika Utara. Para pengungsi menyebut dia sebagai Baba Aruj, namun di telinga orang-orang Kristen nama itu terdengar seperti “Barbarossa”, yang dalam bahasa Italia berarti “Janggut Merah”. Secara kebetulan, Aruj dan Khair memang sama-sama memiliki janggut merah, sehingga pas lah sudah julukan “Barbarossa” melekat pada kedua bersaudara tersebut.[7]
Kemudian pada tahun 1512 Sultan Bayezid II meninggal dunia, kematiannya meninggalkan perselihan di antara kedua anaknya, yaitu Ahmed dan Selim, untuk meraih kekuasaan. Singkat cerita, akhirnya Selim berhasil mengalahkan Ahmed, dan dia mulai melakukan pembersihan terhadap para pendukung Ahmed. Selim juga tidak mempercayai Korkud, dan dia mengeksekusinya. Sebagai tanggapan atas kejadian tersebut, Khair dan Aruj melarikan diri ke Afrika Utara untuk memisahkan diri dari sebuah pemerintahan yang mungkin akan memusuhi mereka, dan mereka bergabung dengan berbagai kerajaan di berbagai wilayah tersebut dalam rangka perjuangan melawan Spanyol.[8]
Selama tiga tahun berikutnya, Barbarossa bersaudara tampil menonjol di antara masyarakat Afrika Utara. Pada masa itu mereka tidak bergabung dengan kerajaan manapun, mereka lebih memilih untuk membangun kekuatan armada laut sendiri. Barbarossa bersaudara dengan pasukannya sukses “menjarah” berbagai pengiriman logistik Spanyol dan Portugis di Laut Mediterania.[9]
Apa yang dilakukan oleh Barbarossa bersaudara, dalam sudut pandang mereka, itu merupakan sebuah bentuk perlawanan terhadap penindasan terhadap orang-orang Muslim. Namun dalam sudut pandang Spanyol dan Portugis, mereka tidak lebih hanya sebagai perompak yang menjarah logistik mereka. Sehingga mereka medapat julukan sebagai Bajak Laut/Perompak Barbar.[10]
Pada tahun 1516, atas permintaan Amir setempat, Salim al-Tumi, Barbarossa bersaudara memimpin invasi darat dan laut ke Aljazair. Salim al-Tumi meminta Barbarossa bersaudara untuk membebaskan Aljazair dari dominasi Spanyol. Mereka berhasil mengalahkan orang-orang Spanyol dan mengusir mereka dari Aljazair. Perkembangan selanjutnya adalah, Aruj malah mengambil alih kekuasaan Amir setempat. Walaupun tidak memiliki gelar apapun dan tidak terikat ke kerajaan mana pun, namun secara de facto, Barbarossa bersaudara telah menjadi penguasa Aljazair.[11] (PH)
Bersambung ke:
Barbarossa, Sang Perompak yang Menjadi Laksamana Ottoman (2): Ancaman Bagi Eropa
Catatan Kaki:
[1] John P. Rafferty, “From Pirate to Admiral: The Tale of Barbarossa”, dari laman https://www.britannica.com/story/from-pirate-to-admiral-the-tale-of-barbarossa, diakses 4 Maret 2018.
[2] Kallie Szczepanski, “Admiral Hayreddin Barbarossa”, dari laman https://www.thoughtco.com/admiral-hayreddin-barbarossa-195756, diakses 4 Maret 2018.
[3] Ibid.
[4] “Algeria”, Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.
[5] John P. Rafferty, Ibid.
[6] Ibid.
[7] Kallie Szczepanski, Ibid.
[8] John P. Rafferty, Ibid.
[9] Ibid.
[10] “Barbary Pirate”, dari laman https://www.britannica.com/topic/Barbary-pirate, diakses 4 Maret 2018.
[11] Kallie Szczepanski, Ibid.