“Suleiman Agung merupakan Sultan yang paling ternama dibandingkan dengan sultan-sultan lainnya sepanjang sejarah Kekaisaran Ustmaniyah (Ottoman). Ada dua faktor yang menyebabkan dia memiliki reputasi besar, yaitu masa pemerintahannya yang lama, dan visi pemerintahannya yang dapat membuat Ottoman bertahan selama berabad-abad kemudian.”
–O–
Dalam sejarah panjang Kekaisaran Ustmaniyah (Ottoman) yang berlansung dari sejak tahun 1299 sampai dengan tahun 1924 terdapat 36 Sultan. Dari seluruhnya, Suleiman Agung adalah seorang Sultan yang memerintah paling lama, dan tidak diragukan lagi, dialah yang paling ternama di antara mereka semua. Dalam sejarah dunia, Suleiman Agung dianggap sebagai salah satu pemimpin terpenting. Bahkan hingga saat ini, hampir 500 tahun setelah dia berkuasa, visi kenegaraannya terus menjadi model utama dari sejarah panjang Kekaisaran Ottoman.[1]
Garis Besar Tentang Suleiman Agung
Suleiman adalah Sultan Ottoman yang ke-10 dari sejak dinasti ini didirikan pada tahun 1299. Dia mewarisi wilayah kekuasaan yang sangat luas berkat penaklukkan-penaklukkan yang dilakukan oleh ayahnya, Selim I, atau oleh orang-orang Barat dia dijuluki Selim the Grim (Selim si Bengis/Kejam).[2] Pada tahun 1520, Sultan Selim I meninggal dan Suleiman mengambil tahta kesultanan. Di dunia Barat, Suleiman dipanggil sebagai “The Magnificent” (yang Agung), sementara di Turki sendiri dia mendapat gelar dari rakyatnya sebagai “Penegak Hukum/Keadilan”.[3]
Suleiman memperluas wilayah kekuasaah ayahnya. Dia mengkonsolidasikan dan melegalkan pemerintahan atas Kesultanan Ottoman yang membentang sampai ketiga benua, yaitu Asia, Eropa, dan Afrika.[4] Sejak tahun 1536, di bawah kepemimpinan Sultan Suleiman, kekuatan angkatan laut Ottoman mulai diperhitungkan oleh Eropa, tidak seperti sepuluh tahun sebelumnya. Sejak itu, orang-orang Turki di bawah kepemimpinan Suleiman telah benar-benar dianggap secara diplomatik di Eropa Barat.[5]
Artikel Terkait:
Dalam konteks hubungan Internasional, Ottoman sejak saat itu telah diperhitungkan, dan ini belum pernah terjadi sebelumnya. Sementara, pada waktu itu masa kekuasaan Suleiman baru saja sekitar sepertiga dari seluruh waktu kekuasaannya. Imperium dunia lain pada waktu itu mengkhawatirkannya, mereka belum tahu akan sampai pada titik mana Suleiman akan berhenti.[6]
Dua kualitas, khususnya, yang memenuhi syarat pemerintahan Suleiman Agung yang layak dianggap sebagai titik balik dalam sejarah Timur Tengah: pertama, adalah masa pemerintahannya yang panjang. Setelah berkuasa di usia ke-25, ia memerintah selama 46 tahun, sampai kematiannya pada tahun 1566 pada usia 71 tahun. Kedua, adalah energi dan visi yang dibawanya. Ini akan menjamin daya tahan Kesultanan Ottoman selama berabad-abad, bahkan ketika di kemudian hari Ottoman diperintah oleh serangkaian Sultan yang kurang cakap dan Perdana Menteri mereka yang korup.[7]
Kehidupan Awal Suleiman
Suleiman adalah putra Selim satu-satunya. Dia lahir pada tahun 1494, di salah satu kota di sekitar Laut Hitam yang bernama Trabazon, sekarang berada di timur laut Turki. Pada usia tujuh tahun, dia dikirim ke ibukota Ottoman, Konstantinopel. Di sana, dia menerima pendidikan standar untuk pewaris kekaisaran, mempelajari sejarah dan taktik militer, sains, sastra, bahasa Arab, dan teologi Islam.[8]
Pada tahun 1512 Sultan Bayezid II (kakek Suleiman) meninggal dunia, kematiannya meninggalkan perselihan di antara kedua anaknya, yaitu Ahmed dan Selim, untuk meraih kekuasaan. Singkat cerita, akhirnya Selim berhasil mengalahkan Ahmed, dan dia mulai melakukan pembersihan terhadap para pendukung Ahmed.[9] Ketika Selim meninggal pada tahun 1520, Suleiman mewarisi kesultanan Ottoman dengan mulus tanpa adanya intrik politik berdarah-darah sebagaimana yang terjadi pada kakek dan ayahnya.[10]
Nama Suleiman berasal dari bahasa Turki dan Arab, mengacu kepada salah seorang Nabi di dalam Islam. Sementara itu, di dalam kitab Perjanjian Lama disebutkan juga ada seorang raja yang bernama Solomon, salah satu putra Raja David. Solomon digambarkan sebagai raja yang bijaksana dan memerintah dengan baik. Dengan demikian, nama Suleiman pada waktu itu diyakini dapat meningkatkan reputasi bagi pemiliknya, baik di dunia Barat maupun Islam.[11] (PH)
Bersambung ke:
Catatan Kaki:
[1] Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), hlm 208.
[2] Ibid.
[3] Kallie Szczepanski, “Admiral Hayreddin Barbarossa”, dari laman https://www.thoughtco.com/admiral-hayreddin-barbarossa-195756, diakses 5 Maret 2018.
[4] Eamon Gearon, Ibid.
[5] Roger Bigelow Merriman, Suleiman The Magnificent 1520-1566, (Harvard University Press: Massachusetts, 1944), hlm 211.
[6] Ibid.
[7] Eamon Gearon, Ibid.
[8] Ibid.
[9] John P. Rafferty, “From Pirate to Admiral: The Tale of Barbarossa”, dari laman https://www.britannica.com/story/from-pirate-to-admiral-the-tale-of-barbarossa, diakses 4 Maret 2018.
[10] Eamon Gearon, Ibid, hlm 209.
[11] Ibid.