Zaha Hadid wafat mendadak oleh serangan jantung pada tahun 2016. Sebagai arsitek, dia dikenal sebagai sosok yang berhasil membawa imajinasi desain dunia ke arah baru yang lebih progresif, dan menjadi pioneer yang berkontribusi dalam membentuk kembali lanskap arsitektur dunia.
Setelah berhasil naik ke papan atas arsitek dunia, sejumlah pesanan pun berdatangan ke kantor Zaha Hadid. Pesanan tersebut menantang imajinasi wanita keturunan Irak ini, untuk mendobrak kemapanan desain arsitektur modern. Dan satu persatu, tantangan tersebut berhasik di jawab oleh Hadid.
Pada tahun 2010, desain Hadid yang imaninatif terwujud dalam bentuk bangunan museum seni kontemporer MAXXI di Roma. Bangunan ini nobatkan sebagai bangunan terbaik oleh konsorsium arsitek Inggris, yang sekaligus membawa Hadid meraih penghargaan bergengsi Royal Institute of British Architects (RIBA) Stirling Prize.
Setelah itu, penghargaan demi penghargaan berkelas dunia hampir setiap tahun diterima Hadid. Pada tahun 2011, Zaha Hadid kembali meraih penghargaan RIBA Stirling Prize melalui karyanya Evelyn Grace Academy, berupa desain bangunan ramping untuk sekolah menengah di London.
Kemudian di tahun 2012, Hadid kembali mengejutkan dunia dengan menghadirkan struktur bangunan bergelombang bernama Heydar Aliyev Centre, sebuah pusat kebudayaan yang dibuka apda 2012 di Baku Azerbaijan. Desain ini memenangkan penghargaan dari London Design Museum’s sebagai desain terbaik tahun 2014. [1]
Menariknya, Zaha Hadid menjadi perempuan pertama yang mendapat penghargaan ini, dan desain yang dibuatnya adalah yang pertama dari kategori arsitektur. Desain tersebut menjadi demikian menonjol dalam penilaian karena berhasil menggabungkan keseimbangan dalam hal arsitektur, furniture, mode, grafik, produk, dan transportasi (sirkulasi dan aksesabilitas).[2]
Masih di tahun 2012, salah satu karya Hadid mendapat perhatian dunia, melalui rancangannya terhadap London Aquatics Centre yang dibangun untuk Olimpiade 2012 di London. Namun karyanya yang ini, sempat mengundang kontroversi, sebab dinilai terlalu mahal, yaitu tiga kali lipat dari dana awal sebesar Rp1,5 triliun.[3]
Sejak tersebarnya berita mengenai harga konstruksi Zaha Hadid yang cukup fantastis, preseden buruk pun mulai berdatangan. Salah satunya, pemerintah Jepang yang sebelumnya ingin mengunakan jasa Hadid untuk membangun stadion olimpiade 2020, tapi akhirnya membatalkan dengan alasan biayanya terlalu mahal.[4]
Kontroversi tidak berhenti sampai di sana. Menurut sebuah laporan tahun 2014, terungkap bahwa bahwa sekitar 1.000 pekerja asing telah meninggal karena kondisi kerja yang buruk di seluruh lokasi konstruksi di Qatar. Di negara tersebut, Hadid dipercaya membuat Stadion Al Wakrah untuk penyenggaraan Piala Dunia 2022. Terkait hal ini, Hadid menolak bertanggungjawab. Sebab dia hanya mendesain. Sedang proses pembangunan, dilakukan oleh kontraktor tersendiri yang terpisah darinya. Tapi publik menilai sikap Hadid tersebut sebagai tidak sensitif.[5]
Di tengah kritik yang menyasar dirinya, Zaha Hadid tetap tegar dengan pendirianya, bahwa dia tidak bersalah. Alih-alih, dia malah menyewa penasehat hukum untuk menuntut balik para pihak yang menyerang dirinya dengan tuduhan pencemaran nama baik. Alhasil, Hadid memenangkan perkaranya, dan menerima permintaan maaf dari mereka. Namun setelah itu, Hadid menggelontorkan sejumlah dana untuk perjuangan hak-hak buruh.[6]
Meski demikian, tidak ada yang mempermasalahkan keunggulan desain arsitektur yang dibuat Hadid. Karya-karya Hadid terus bermunculan di berbagai kota di dunia, dan mendapat sambutan luas di masyarakat. Bahkan, beberapa karyanya berhasil membawa Hadid meraih sejumlah penghargaan bergengsi dunia. Salah satu yang paling monumental adalah penghargaan medali emas dari RIBA Stirling Prize untuk dirinya pribadi. Penghargaan ini diraihnya pada tahun 2016, dan di tahun itu pula dunia mendapat kabar duka tentang wafatnya Zaha Hadid.
Hadid meninggal karena serangan jatung di sebuah rumah sakit di Miami pada 31 Maret 2016. Saat kematian menjemputnya, dia sedang menjalani perawatan untuk penyakit bronkitis. Menghembuskan napas terakhirnya, dia meninggalkan kekayaan senilai 215 juta dollar AS termasuk properti, investasi saham, transaksi di bidang kosmetik, restoran, tim sepak bola, Vodka, parfum, dan fesyen.[7]
Hadid meninggalkan 36 proyek yang belum selesai, termasuk stadion Piala Dunia 2022, Antwerp Port House (2016), dan Pusat Penelitian dan Penelitian Minyak Raja Abdullah (2017; KAPSARC ) di Riyadh, Arab Saudi. Mitra bisnisnya, Patrik Schumacher, mengambil alih kepemimpinan perusahaannya, memastikan penyelesaian komisi yang ada dan pengadaan yang baru.[8]
Selain sebagai arsitek, Zaha Hadid mengajar arsitektur di banyak tempat, termasuk Asosiasi Arsitektur, Universitas Harvard, Universitas Chicago, dan Universitas Yale. Dia juga bekerja sebagai perancang furnitur, perancang ruang interior seperti restoran, dan perancang busana, terutama untuk produksi Los Angeles Philharmonic 2014 dari tutte penggemar Mozart Così.[9]
Dalam bidang arsitektur, salah satu konsep dasar imajinasi Zaha Hadid sempat dijelaskannya dalam satu wawancaranya: “Saya mulai mencoba membuat bangunan yang akan berkilau seperti permata yang terisolasi; sekarang saya ingin mereka terhubung, untuk membentuk jenis lanskap baru, mengalir bersama dengan kota-kota kontemporer dan kehidupan masyarakat mereka.”
Tapi agaknya, Hadid sudah melangkah lebih jauh dari itu. Sebagai arsitek, dia dikenal sebagai sosok yang berhasil membawa imajinasi desain dunia ke arah baru yang lebih progresif. Sosoknya menjulang menjadi pioneer yang berkontribusi dalam membentuk kembali lanskap arsitektur dunia.
Berikut adalah beberapa karya Zaha Hadid yang tersebar di sejumlah negara di dunia:
Selesai
Sebelumnya…
Catatan kaki:
[1] Lihat, Zaha Hadid, https://www.britannica.com/biography/Zaha-Hadid#ref342060, diakses 12 Desember 2019
[2] Lihat, Zaha Hadid, https://www.britannica.com/biography/Zaha-Hadid#ref342060, diakses 12 Desember 2019
[3] Lihat, Zaha Hadid, Arsitek Perempuan yang Disebut Ratu Kurva Dengan Rancangan Kontroversial, https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-40106903, diakses 12 Desember 2019
[4] Lihat, Dame Zaha Hadid awarded Riba Gold Medal for architecture, https://www.bbc.com/news/entertainment-arts-34337929, diakses 19 Desember 2019
[5] Lihat, Zaha Hadid, https://www.britannica.com/biography/Zaha-Hadid, diakses 19 Desember 2019
[6] Ibid
[7] Lihat, Biografi Tokoh Dunia: Zaha Hadid, Ratu Arsitektur Modern”, https://internasional.kompas.com/read/2018/08/23/15540421/biografi-tokoh-dunia-zaha-hadid-ratu-arsitektur-modern?page=all, diakses 19 Desember 2019
[8] Lihat, Zaha Hadid, Op Cit
[9] Ibid