Selain menjarah para kafilah haji, yang paling mengejutkan dari kelancangan pasukan ini adalah, mereka mencoba memasuki Madinah dan merampok makam Nabi Muhammad SAW. Sultan Shalahuddin al-Ayyubi lah yang berupaya untuk memburu dan menghentikan mereka.
Setelah kita menyimak pemaparan dari Michael Wolfe yang memberikan komentar-komentar tentang perjalanan Ibnu Jubair, seorang penjelajah Muslim dari Spanyol pada abad ke-12, pada artikel kali ini dan selanjutnya kami akan menampilkan kutipan catatan perjalanan yang ditulis oleh Ibnu Jubair itu sendiri.
Untuk diketahui, tulisan yang dimiringkan dan berada di dalam kurung bukan tulisan dari Ibnu Jubair, melainkan catatan tambahan keterangan yang ditulis oleh penulis artikel ini. Demikian, selamat menyimak:
Mesir, April – Agustus 1183
Hal pertama yang kami lihat saat berlabuh di Alexandria adalah kerumunan besar orang-orang yang berkumpul di sepanjang jalan untuk menyaksikan kereta tawanan Eropa yang digiring melewati kota dengan menggunakan unta.
Para tawanan berada di belakang, menghadap ke ekor unta, dan seperangkat terompet dan simbal dibunyikan di sekitar mereka. Kami bertanya tentang apa yang terjadi dan diberi tahu mengenai kisah yang menyakitkan.
Awal tahun itu, sejumlah Tentara Salib Suriah telah membangun kapal layar di salah satu bagian negara itu yang dekat dengan Laut Merah. Dari sana mereka memuat bagian-bagian kapal dengan unta yang disewa dari orang-orang Arab setempat dan kemudian membawa kapal-kapal tersebut ke permukaan air.
(Sebagaimana pernah dibahas pada artikel sebelumnya, Tentara Salib yang dimaksud adalah pasukan dari Reynald de Chatillon, seorang tokoh legendaris Tentara Salib yang melakukan praktik khusus untuk menyerang para kafilah haji.
Reynald de Chatillon adalah seorang pangeran dari Antioch [sekarang bernama Antakya, berada di Turki], sebuah wilayah Muslim yang diduduki oleh orang-orang Kristen Eropa pada tahun 1098 pada Perang Salib pertama. Asal-usul keluarga Reynald de Chatillon adalah dari bangsawan Prancis.[1])
Di sana, mereka menyusun dan meluncurkannya ke laut, untuk menyerang para peziarah yang datang ke atau pergi dari Makkah. Di Laut Yaman mereka membakar enam belas kapal Muslim. Kemudian mereka berlayar ke Aydhab dan menyerang satu kapal peziarah yang datang dari Jeddah.
Di wilayah Mesir, mereka menjarah karavan haji besar yang sedang melakukan perjalanan dari Qus ke Aydhab dan membunuh semua orang yang berada di dalamnya. Selanjutnya mereka menjarah dua kapal yang membawa barang dagangan dari Yaman.
Kembali ke wilayah Arab, di sepanjang pantai, mereka membakar habis banyak pos yang menyediakan makanan untuk kota-kota agung Allah, Makkah dan Madinah. Ini adalah kekejaman yang tak tertandingi. Sebelumnya belum pernah ada orang Eropa yang begitu dekat dengan wilayah suci.
Namun, kelancangan terbesar yang paling mengejutkan, adalah target mereka untuk memasuki Madinah, Kota Sang Nabi, dan merampok makamnya. Mereka tidak merahasiakan rencana ini, menyiarkan kabar itu sejak jauh hari dan menyebarluaskannya untuk meneror masyarakat, tetapi Allah menggagalkan upaya mereka.
Kurang dari sehari perjalanan dari Madinah, mereka dicegat oleh kapal-kapal yang dikirim jauh-jauh dari Kairo dan Alexandria. Perwira istana, Husam al-Din Lulu, dan banyak pelaut yang berani mengejar musuh ke perbukitan dan menangkap semuanya.
Kami melihat ini sebagai sebuah tanda dari Allah, karena kapal-kapal dari Mesir jaraknya adalah satu setengah bulan dari sejak mereka berangkat, dan mereka tiba pada saat-saat terakhir yang memungkinkan.
Semua penjarah ini dibunuh di tempat atau ditangkap, dan kemudian dieksekusi di banyak wilayah yang berbeda sebagai bentuk peringatan. Beberapa dikirim ke Makkah dan Madinah. Allah menjaga Islam. Segala puji bagi Allah pemilik alam semesta…..
(Pada akhirnya, karena kejahatan Reynald de Chatillon dalam merampok karavan-karavan Muslim, pada tahun 1187, Sultan Saladin atau Shalahuddin al-Ayyubi, penguasa Mesir, menangkapnya. Reynald de Chatillon dibawa ke depan tenda Shalahuddin al-Ayyubi, dan Shalahuddin sendiri lah yang mengeksekusinya. Reynald de Chatillon dipenggal di tempat.[2]) (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Selengkapnya lihat Encyclopaedia Britannica, “Reginald of Châtillon:Prince of Antioch”, dari laman https://www.britannica.com/biography/Reginald-of-Chatillon, diakses 1 Januari 2020.
[2] Ibid.