Di Museum Enköping, Swedia, tersimpan kain dan pakaian dari hasil pembongkaran makam bangsa Viking dari abad ke-10 dan ke-11. Benda-benda tersebut berasal dari komplek pemakaman Viking di daerah Birka dan Gamla Uppsala, Swedia. Benda tersebut disimpan di Museum selama 100 tahun. Semua peneliti beranggapan bahwa kain dan pakaian tersebut sama saja dengan peninggalan bersejarah bangsa Viking dari daerah lainnya.[1]
Kemudian, salah seorang peneliti yang bernama Annika Larsson menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dari peninggalan bersejarah tersebut, materialnya berbeda dengan peninggalan Viking lainnya. Setelah melalui proses investigasi, ditemukanlah bahwa material tersebut berasal dari Asia Tengah, Persia, dan China. Selain itu desain dalam kain tersebut lebih kecil dibanding desain Viking pada umumnya, ketinggian corak desainnya tidak lebih dari 1,5 cm. Hal ini tidak pernah ditemukan pada peninggalan bangsa Viking Skandinavia mana pun sebelumnya. “Bagi saya temuan ini tidak masuk akal, kemudian saya teringat pernah melihat desain seperti ini sebelumnya—di Spanyol, tekstil orang-orang Moor,” ujar Larrson.[2] Moor adalah salah satu suku di Spanyol yang beragama Islam.[3]
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Larsson adalah mempelari teks Arab kuno yang disebut kufic. Ternyata cocok, pola dalam peninggalan Viking tersebut adalah pola kufic. Ada dua kata yang muncul secara konsisten terus-menerus. Salah satu katanya lebih mudah untuk diidentifikasi, yaitu kata “Ali”, sementara kata yang lainnya lebih sulit untuk diidentifikasi.[4]
Untuk mengungkap rahasia dari teks yang belum teridentifikasi tersebut Larsson menggunakan metode duplikasi coraknya supaya dapat dilakukan perbesaran dan melihatnya dari berbagai sisi, termasuk dari sisi belakangnya. Tersentak. “Saya langsung melihat bahwa itu adalah kata ‘Allah’ yang ditulis terbalik seperti cermin,” ungkap Larsson.[5]
Komentar dari publik bermacam-macam, dari pihak yang menyangkal menyatakan itu bukan kufic, Annika Larsson dianggap melakukan kesalahan penafsiran. Penemuan ini dianggap mengganggu sebagian kalangan di Skandinavia. Menghubung-hubungkan nenek moyang Viking mereka dengan Islam dianggap suatu penghinaan. “Reaksi negatif berasal dari xenophobia (terhadap Islam), tanpa ada pengecualian,” ujar Larsson.[6]
Penyangkalan datang dari sebuah kelompok yang bernama Nordiska Motståndsrörelsen atau secara internasional lebih dikenal dengan Nordic Resistance Movement (NRM). NRM adalah sekelompok Neo-Nazi versi Eropa Utara. Mereka sangat mengagung-agungkan “ras” Eropa Utara, bangsa Nordic. Target utama mereka adalah membuat negara-negara Skandinavia berada dalam satu pemerintahan yang bernama Nordic Nasional Sosialis. Mereka gencar melakukan aksi anti imigran. Pada November 2016, NRM sempat melakukan aksi pemboman di kamp pengungsi.[7]
Larsson mengatakan, hal yang mengganggu mereka adalah fakta bahwa temuannya ternyata memiliki koneksi dengan Islam. Pasalnya, dalam pergerakannya NRM seringkali menggunakan artefak-artefak dan gambaran tentang Viking sebagai symbol identitas dan kebanggaan mereka untuk menolak imigran.[8]
Padahal, teknik menulis kaligrafi bukanlah sesuatu yang asal-asalan, ada alasan tertentu dibalik setiap teknik, ada geometri yang akurat, ada kaidah-kaidah ketat di dalamnya, ada kesepakatan tidak tertulis diantara para seniman kaligrafi: seindah, sevariatif, serumit apapun kaligrafi, jangan sampai mengubah makna dan teks asli Alquran. Bahkan di awal perkembangan pencatatan Alquran ke dalam media tulis, kaligrafi difungsikan sebagai alat bantu untuk membaca Al-quran agar tidak salah ucap yang bisa mengakibatkan perubahan makna. Diantara sumbangan kaligrafi untuk pencatatan Alquran adalah munculnya tanda baca dan pewarnaan tertentu supaya orang tidak salah dalam membaca Alquran. Kaligrafi untuk tujuan pencatatan Al-Quran pertama kali dibuat di masa kepemimpinan Abdul Malik bin Marwan (685-705).[9] Jadi kemungkinan bahwa teks temuan Larsson itu bukan kufic sangat kecil.
Bukan pertama kalinya
Penemuan kufic pada benda bersejarah bangsa Viking sebetulnya bukan pertama kalinya, pada tahun 2015, seorang peneliti menemukan cincin perak pada makam perempuan Viking di Birka. Pada batu yang tertempel pada cicin tersebut diukir sebuah Kufic yang bertuliskan ‘untuk Allah’ atau ‘kepada Allah’. Usia cincin tersebut lebih dari 1000 tahun.[10]
Namun, yang menarik dari temuan Larsson adalah temuan kata ‘Ali’, hal ini pertama kalinya ditemukan dalam sejarah Skandinavia. Sejauh ini Larsson telah mengungkap 10 dari hampir 100 skrip yang sedang dikerjakan. Dari yang telah terungkap, kata “Allah” dan “Ali” selalu muncul berdampingan.[11]
Dari penemuan tersebut muncullah pertanyaan baru, apakah jenazah para Viking dari Birka dan Gamla Uppsala tersebut sewaktu masih hidupnya merupakan orang-orang Islam? Larrson mengatakan ada kemungkinan seperti itu, namun untuk saat ini belum bisa dipastikan. Menurut hasil test DNA dari para jenazah tersebut, memang beberapa ditemukan di antara mereka ada yang berasal dari Persia.[12]
Larsson mengatakan bahwa tulisan ‘Ali’ yang disandingkan dengan ‘Allah’ merupakan tradisi Muslim Syiah yang menganggap Ali bin Abi Thalib sebagai pewaris sah agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Namun perihal bahwa para Viking tersebut merupakan Muslim Syiah belum bisa diketahui. Amir De Martino, ketua jurusan Studi Islam di Islamic College di London mengatakan bahwa kata ‘Ali’ biasanya memang menunjukkan koneksi dengan Syiah. “Tapi tanpa ungkapan ‘Wali Allah’ yang menyertai nama (Ali), ini kemungkinan bukan berasal dari budaya mainstream Syiah, atau bisa saja (ini) kesalahan penyalinan dari yang semestinya,” ungkap Amir.[13]
Bagi Larsson, penemuan ini baru permulaan, ke depannya penelitian mengenai hubungan antara Islam dan bangsa Viking akan terus dilanjutkan. “Sekarang saya melihat (pola) Viking dengan cara berbeda, saya yakin akan menemukan lebih banyak prasasti Islam dalam fragmen-fragmen yang tersisa dari penggalian ini, dan (juga) tekstil era Viking lainnya. Siapa yang tahu? Mungkin mereka (kufic) akan muncul pada artefak lain selain tekstil,” ujar Larsson.[14] (PH)
Bersambung ke:
Kaligrafi ‘Allah’ dalam Peninggalan Bangsa Viking (3): Bantahan para Ahli
Sebelumnya:
Catatan kaki:
[1] Tim Collins, “Were Vikings influenced by ISLAM? Arabic embroidery bearing the name ‘Allah’ is uncovered on 10th Century Norse burial clothes”, dari laman: http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-4972808/Arabic-text-Allah-uncovered-Viking-burial-clothing.html#ixzz4vUCZ5JgS, diakses 14 Oktober 2017.
[2] Tharik Hussain, “Why did Vikings have ‘Allah’ embroidered into funeral clothes?”, dari laman http://www.bbc.com/news/world-europe-41567391, harian BBC, diakses 14 Oktober 17.
[3] Lebih dalam mengenai suku moor, kunjungi laman ini: https://www.spanish-fiestas.com/history/moorish-spain/
[4] Tharik Hussain, Loc. Cit.
[5] Ibid.
[6] Tim Collins, Loc. Cit.
[7] Nordic Resistance Movement, dari laman https://en.wikipedia.org/wiki/Nordic_Resistance_Movement, diakses 15 Oktober 2017.
[8] Tim Collins, Loc. Cit
[9] Annemarie Schimmel, Calligraphy and Islamic Culture, (London: I.B Tauris & Co Ltd, 1990), hlm 4.
[10] Ibid.
[11] Tharik Hussain, Loc. Cit
[12] Ibid.
[13] Ibid.
[14] Ibid.