Afghanistan (3): Mengenal Suku-Suku Di Afghanistan

in Negara Islam

Last updated on October 29th, 2017 06:41 pm

Sensus resmi yang dilakukan oleh pemerintah Aghanistan adalah pada tahun 1979, pada saat itu tercatat terdapat 15.551.358 jiwa di Afghanistan. Di tahun 2008, penduduk Afghanistan diperkirakan terdapat sebanyak 32.738.376 jiwa, dan di tahun 2017 mencapai 35.714.999 jiiwa berdasarkan perkiraan yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).[1] Walaupun demikian hal tersebut tidak dapat dipastikan dengan tepat, mengingat Afghanistan pernah mengalami perang selama 2 dekade, yang biasanya membawa gelombang pengungsian ke negara sekitarnya.

Etnis terbesar di Afghanistan adalah suku Pashtun, jumlah mereka mencapai dua per lima dari seluruh penduduk Afghanistan. Teritorial tradisional Pashtun membentang di Selatan wilayah Hindukush. Walaupun Pashtun hari ini berada di berbagai wilayah di Afghanistan, namun basis populasi massa mereka berada di Selatan Afghanistan, terutama di wilayah Kandahār. Suku Pashtun juga banyak yang tinggal di area sekitar perbatasan Barat Daya Pakistan. Para lelaki Pashtun disebut dengan Pashtunwali, sebuah istilah yang diturunkan secara turun temurun dari zaman nenek moyang mereka, yang artinya keberanian, kehormatan pribadi, ketetapan hati, kepercayaan diri, dan keramahan. Bahasa ibu Pashtun adalah bahasa Indo-Iran yang disebut bahasa Pashto.

Anak-anak suku Pashtun. (Source: www.sharnoffsglobalviews.com)

Suku terbesar kedua adalah Tajik, jumlah mereka sekitar satu per empat dari populasi Afghanistan. Tajik awalnya berasal dari Iran, secara etnisitas mereka sangat dekat dengan negara Tajikistan. Suku Tajik tinggal di lembah bagian utara Kabul dan Timur Laut provinsi Badakhshān. Bahasa Ibu Tajik adalah “Dari” atau biasa disebut bahasa Afghan-Persia. Walaupun Tajik bukan suku terbesar, tapi bahasa Dari secara luas lebih banyak digunakan sebagai bahasa sehari-hari Afghanistan. Dari digunakan sebagai bahasa umum di tengah perbedaan bahasa diantara etnis yang berbeda-beda di Afghanistan.

Bentangan pegunungan di wilayah tengah adalah tempat tinggal tradisional suku Hazara. Wilayah ini dikenal dengan nama Hazarajat. Hazara menderita penganiayaan berat di bawah Taliban, sebagian karena mereka merupakan mayoritas minoritas Muslim Syiah. Penduduk Hazarajat banyak yang melarikan diri ke Iran, yang telah lama memberikan dukungan politik dan militer untuk kelompok Syiah di Afghanistan. Meskipun nenek moyang mereka mungkin berasal dari barat laut China atau Mongolia, namun suku Hazara berbicara dengan bahasa kuno bahasa Persia.

Hazaras di masa perang Anglo-Afghan ke-dua, tahun 1880. (Photo karya John Burke)

Kemudian di sebelah utara Hindu Kush, di padang rumput di dekat Amu Darya, tinggal beberapa suku yang berbicara bahasa Turki. Suku Uzbek adalah kelompok terbesar, setelahnya ada suku Turkmen, dan di Koridor Wakhan timur laut, tinggal orang-orang Kyrgyz. Sebagian besar suku Kyrgyz terusir oleh invasi Uni Soviet, kebanyakan beremigrasi ke Turki.

Di luar suku-suku besar di Afghanistan yang disebutkan di atas masih banyak lagi suku-suku lainnya, yang jumlahnya jauh lebih kecil, mereka tersebar di berbagai penjuru Afghanistan. Terdapat lebih dari 70 bahasa daerah dengan dialek yang sangat variatif.

Di barat laut Afghanistan, hidup orang-orang semi nomadis yang dikenal sebagai Chahar Aimak. Chahar Aimak terbentuk beberapa abad yang lalu dari berbagai etnis, termasuk Hazara ada di dalamnya. Berbeda dengan Hazara yang ada sekarang, Chahar Aimak sebagian besar adalah Muslim Sunni dan berbicara dengan dialek yang mirip dengan Dari. Chahar Aimak artinya adalah “empat suku barat”, istilah tersebut sebenarnya tidak menunjukkan kelompok etnis dalam arti yang sebenarnya, istilah tersebut secara praktis digunakan hanya untuk membedakan mereka dengan suku Hazara.

Selanjutnya ada suku pengembara Afghanistan yang dikenal sebagai suku Kuchi. Mereka memiliki rute migrasi yang telah dilaksanakan turun temurun semenjak zaman nenek moyang mereka. Suku Kuchi bergerak menyesuaikan dengan musim, dengan tujuan menyediakan lahan penggembalaan bagi kawanan domba dan kambing mereka. Sebelum invasi Uni Soviet tahun 1979, terdapat sekitar 2 juta pengembara di Afghanistan. Gaya hidup mereka, yang didasarkan pada tradisi dan budaya yang telah dilaksanakan selama ribuan tahun, hampir hancur akibat perang yang terus menerus. Rute tradisional mereka sangat terganggu karena bahaya yang ditimbulkan oleh perang. Bahkan setelah perang berakhir, rute mereka masih tetap terganggu akibat bahaya ranjau darat yang ditinggalkan semasa perang. (PH)

Suku Kuchi. (Photo: Courtesy of Afghanistan Embassy in Japan)

Selesai.

Sebelumnya:

Afganistan (2): Sejarah Masuknya Islam

Catatan:

Artikel ini diterjemahkan secara bebas dan diceritakan ulang dari artikel: Shroder, John Ford. “Afghanistan.” Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.
Adapun sumber-sumber lain yang diambil dari selain artikel ini dicantumkan dalam catatan kaki.

Catatan kaki:

[1]http://www.worldometers.info/world-population/afghanistan-population/, diakses pada 21 September 2017

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*