Mozaik Peradaban Islam

Al-Khawarizmi (1): Penemu Algoritma

in Tokoh

Last updated on January 16th, 2019 01:29 pm

Tanpa Algoritma, hari ini kita tidak akan bisa menggunakan Facebook, Twitter, Instagram, atau WhatsApp. Istilah “Algoritma” diambil dari nama penemunya, dialah  Al-Khawarizmi, ilmuwan Muslim dari  Uzbekistan.

Dunia hari ini telah mengalami kemajuan yang pesat dan radikal.  Seluruh aspek kehidupan telah disusun secara kompleks dan rapih dalam sistem yang terkomputerisasi. Teknologi komputer yang canggih serta internet, telah masuk kedalam kehidupan kita bahkan ke sisi yang paling personal. Facebook, Twitter, Instagram, dan WhatsApp menjadi bagian yang tak telepas dari keseharian. Seluruh teknologi yang ada hari ini tidak terlepas dari ilmu matematika yang telah diajarkan dari zaman ke zaman sehingga bisa kita rasakan manfaatnya sampai sekarang, dan salah satu tokoh yang telah berjasa besar atas kemajuan ini adalah Al-Khawarizmi.

Al-Khawarizmi adalah salah satu ilmuwan termasyhur di Islam dan dunia pendidikan yang karya-karyanya memiliki pengaruh signifikan terhadap ilmu matematika dan ilmu astronomi. Dalam hubungan ini Aldo Milli berkata, “Jika merujuk kepada ilmu matematika dan ilmu astronomi, kita akan menemukan sarjana tingkat atas masa permulaan, seperti Abu Abdullah Mohammad Ibnu Musa al-Khawarizmi yang amat termasyhur”.[1]

Nama lengkap dari Al-Khawarizmi adalah Abu Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi. Di kalangan Ilmuwan Barat dan Eropa dia lebih dikenal dengan nama Algoritma. Dia dilahirkan di sebuah kota kecil sederhana di pinggiran sungai Oxus (Ammu Darya), yakni kota Khawarizm (Khanate of Khiva) yang terletak di bagian selatan Sungai Oxus, Uzbekistan,[2] pada tahun 770 M dan kemudian wafat pada tahun 840 M.[3] Tak ada data yang pasti tentang tanggal dan kapan tepat kelahiran wafatnya. Sedangkan Phillip K Hitti memperkirakan Al-Khawarizmi wafat pada tahun 850 M.[4]  Kedua orang tuanya yang berasal dari Khawarizm kemudian membawanya pindah ke sebuah tempat di selatan kota Baghdad (Irak) ketika dia masih kecil. Di kota Baghdad inilah Al-Khawarizmi dibesarkan dan di kota ini pulalah pengetahuan serta pengalamannya berkembang, sehingga kemudian menjadikan namanya populer dan dikenal sebagai ilmuwan muslim terkemuka.

Patung Al-Khawarizmi hari ini di Uzbekistan. Photo: Melvyn Longhurst/Corbis

Dilihat dari rentang waktu kehidupannya (antara rahun 780-847 M) maka bisa dipastikan jika Al-Khawarizmi telah menjalani hidupnya di masa pemerintahan enam orang Khalifah Bani Abbasiyah. Ketika dia masih kecil, jabatan khalifah di pegang oleh Al-Mahdi (775-785 M) dan Musa Al-Hadi (785-786 M), kemudian ketika dalam usia remaja dan beranjak dewasa, di mana Al-Khawarizmi sudah diangkat sebagai pegawai khalifah Abbasiyah, khalifah Bani Abbasiyah adalah Harun Al-Rasyid (786-809 M), pada masa kecemerlangan Al-Khawarizmi, jabatan khalifah dipegang oleh Al-Ma’mun (819-833 M), dan kemudian menjelang wafatnya, Bani Abbasiyah berada di bawah pemerintahan khalifah Al-Mu’tashim (833-842 M) dan Al-Watsiq (842-847 M).[5]

Tentang agama Al-Khawarizmi, Toomer pernah menulis “Sebutan lain untuk beliau (Al-Khawarizmi) diberikan oleh Al-Tabari, “al-Majusi”. Ini mengindikasikan dia adalah pengikut Zoroaster. Ini mungkin terjadi pada orang yang berasal dari Iran. Tetapi, kemudian buku Al-jabar beliau menunjukan beliau adalah seorang Muslim Ortodok, jadi sebutan Al-Tabari ditujukan pada saat dia muda, dia beragama Majusi”.

Penulis sejarah matematika kenamaan, George Sarton, mengungkapkan bahwa al-Khawarizmi termasuk salah satu ilmuwan Muslim terbesar dan terbaik pada masanya. Sarton menggolongkan periode antara abad ke 4-5 M sebagaimana zaman al-Khawarizmi, karena dia adalah ahli matematikawan terbesar pada masanya[6]. Kemudian Smith dan Karpinski menggambarkan pribadi al-Khawarizmi sebagai tokoh terbesar pada masa keemasan Baghdad, setelah seorang penulis Muslim menggabungkan ilmu matematika klasik Barat dan Timur, lalu mengklasifikasikan, hingga akhirnya membangkitkan kesadaran daratan Eropa.

Phillip K Hitti pun memuji jasa yang telah Al-Khawarizmi wariskan. Dia menyatakan bahwa karya Al-Khawarizmi Hisab Al-Jabr wal Muqabillah yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad ke-12 oleh Gerard dari Cremona menjadi buku penting dan referensi utama pelajaran matematika di berbagai perguruan tinggi di Eropa. Lebih dari itu karya-karya Al-Khawarizmi juga berjasa dalam memperkenalkan angka-angka Arab atau Algorisme ke dunia Barat.[7]

Dalam kitab Al-Fihrist, karya Ibnu al-Nadim, dapat kita temukan sejarah singkat Al-Khawarizmi, bersama dengan karya-karya tulisnya. Dia hampir menekuni seluruh pekerjaannya, antara 813-822 M. Setelah Islam masuk Persia, Baghdad menjadi pusat ilmu dan perdagangan, dan banyak pedagang dan ilmuwan dari Cina dan India berkelana ke kota ini, yang dilakukan juga oleh dirinya. Dia bekerja di Baghdad di Sekolah Kehormatan yang didirikan oleh Khalifah Al-Ma’mun, tempat dia belajar ilmu alam dan matematika, termasuk mempelajari terjemahan manuskrip Sansakerta dan Yunani. (SI)

Bersambung ke:

Al-Khawarizmi (2): Ilmuwan Terpercaya

Catatan Kaki:

[1] Lihat, Aldo Milli, Arabian Science an its Impact in Scientific Development in the Wold, dalam Halima El Ghirari, Pent. Muhammad Akhyar Adnan, Para Pelopor Peradaban Islam, Matan, Sleman, 2005, hlm 5

[2] Sungai Oxus adalah sungai yang mengalir panjang dan sekarang masuk dalam wilayah negara Uzbekistan. Uzbekistan sendiri, adalah sebuah wilayah yang subur dan makmur, dan sejak dulu berada dalam tatanan pemerintahan Islam dengan penduduk mayoritas Islam

[3] Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa al-Khawarizmi sebenarnya tidak dilahirkan pada ahun 780 M dan dibesarkan di kota Baghdad, setelah orangtuanya berpindah ke kota ini, sedangkan Khawariz (Uzbekistan) adalah daerah asal orang tua (nenek moyangnya. Ia wafat pada umur 67 tahun).

[4] Lihat, Philip K Hitty, The Arabs a Short History, N.V. Penerbitan W. Van Hoeve, Bandung, 1953, hlm 122

[5] Lihat, Tim Penyusun, Tarikh Islam, Dirjend Pembinaann Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Jakarta, 1986, hlm 81

[6] Lihat, M. Yusuf Abdurrahman, Cara Belajar Ilmuwan-Ilmuwan Muslim Pencetus Sains-Sains Canggih Modern, Diva Press, Yogyakarta, 2013, hlm 93

[7] Lihat, Op.Cit, Phillip K Hitti, hlm 152

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*