Barbarossa, Sang Perompak yang Menjadi Laksamana Ottoman (3): Pertempuran Preveza

in Tokoh

Last updated on March 7th, 2018 02:44 pm

“Di antara berbagai pertempuran yang pernah dilakukan oleh Barbarossa, pertempuran kali ini adalah pertempuran yang paling bersejarah. Pertempuran terjadi di Preveza (Yunani) pada tanggal 28 September 1538. Secara kuantitas, armada Barbarossa kalah jauh dibandingkan dengan armada musuh. Armada Barbarossa hanya menggunakan galley (kapal laut bertenaga dayung) sebanyak 122 unit, sementara di pihak lawan, mereka menggunakan kapal layar sebanyak 300 unit. Namun hasil yang didapat adalah kemenangan telak bagi Barbarossa.”

–O–

Aktivitas penjarahan armada Barbarossa terus berlanjut dan menimbulkan banyak kerugian bagi orang-orang Eropa. Akibatnya, pada tahun 1530, Kaisar Suci Romawi, Charles V, memutuskan untuk meminta bantuan dari Andrea Doria, seorang Laksamana Genoa yang tangguh. Kontak fisik pertama Barbarossa dengan musuhnya ini terjadi pada tahun 1531, hasilnya adalah Barbarossa berhasil mengalahkan 40 kapal perang armada Spanyol-Genoa. Secara pribadi Sultan Suleiman mengucapkan terimakasih kepada Barbarossa.[1]

Pada tahun berikutnya, ketika Sultan Suleiman sedang dalam ekspedisi militer ke Habsburg, Austria, Doria mengambil kesempatan untuk menduduki beberapa kota di pesisir daratan Yunani. Meskipun Kekaisaran Ottoman berhasil merebut kembali kota-kota ini, pada saat itulah Sultan menyadari betapa pentingnya untuk memiliki angkatan laut yang kuat demi melindungi kepentingan Ottoman di Laut Mediterania dari ancaman pelaut berpengalaman di Eropa (seperti orang Genoa dan Venesia).[2] Khair-ed-Din Barbarossa kemudian dipanggil ke Konstantinopel, dalam sebuah persidangan dia akhirnya diangkat menjadi Kapudan Pasha (Laksamana Agung) Kekaisaran Ottoman.[3]

 

Pertempuran Preveza

Pada tahun 1538, Paus Paulus III mengorganisir pasukan tempur yang terdiri dari orang-orang Spanyol, Malta, Genoa, Venesia, dan Negara-Negara Kepausan. Pasukan ini diberi nama “Liga Suci” dan dipimpin oleh Laksamana Andrea Doria. Mereka memiliki misi untuk mengalahkan Barbarossa dan armada Ottoman.[4]

Di antara berbagai pertempuran yang pernah dilakukan oleh Barbarossa, pertempuran kali ini adalah pertempuran yang paling bersejarah. Pertempuran terjadi di Preveza (Yunani) pada tanggal 28 September 1538. Secara kuantitas, armada Barbarossa kalah jauh dibandingkan dengan armada Doria. Armada Barbarossa hanya menggunakan galley (kapal laut berukuran kecil bertenaga dayung) sebanyak 122 unit, sementara di pihak Doria, mereka menggunakan kapal layar sebanyak 300 unit.[5]

Lukisan tentang Pertempuran Preveza karya Theodor Christou.

Meskipun dengan jumlah armada yang lebih kecil, armada Barbarossa mengambil sikap lebih ofensif. Kunci kemenangan Barbarossa ternyata ada pada penggunaan Galley ini. Dibandingkan dengan kapal layar, galley tidak bergantung terhadap angin, lebih lincah, dan dapat tetap bergerak dengan cepat meskipun berada di teluk atau sisi pulau yang anginnya sedikit.[6]

Dalam pertempuran Preveza, Barbarossa menang telak atas Doria. Armada Barbarossa menenggelamkan 10 kapal Liga Suci, merebut 36 lainnya, dan membakar tiga, tanpa kehilangan satu galley pun. Mereka juga menangkap sekitar 3.000 pelaut Kristen. Walaupun demikian, 400 orang pasukan Barbarossa juga tewas, dan 800 lainnya terluka. Keesokan harinya, meski mendapat desakan dari kapten lainnya untuk tetap bertempur, namun Doria memerintahkan orang-orang yang selamat di Armada Liga Suci untuk mundur.[7]

Lukisan Andrea Doria, musuh bebuyutan Khair-ed-Din Barbarossa, karya Sebastiano Del Piombo.

 

Dominasi di Laut Mediterania

Kemenangan Barbarossa di Preveza membuat Kekaisaran Ottoman mendominasi Laut Mediterania selama lebih dari tiga puluh tahun ke depan. Barbarossa mengambil keuntungan dari dominasi tersebut untuk membersihkan benteng-benteng orang Kristen di laut Aegea dan Ionia. Venesia meminta perdamaian pada bulan Oktober 1540, mengakui kekuasaan Ottoman atas tanah tersebut dan membayar ganti rugi perang.[8] Orang-orang Genoa, akhirnya menyerah untuk mengalahkan Barbarossa, dan lebih memilih untuk membayar upeti agar tidak diserang.[9]

Melihat kehebatan Barbarossa, Kaisar Suci Romawi, Charles V, pada tahun 1540 mencoba merekrut Barbarossa untuk berpindah sisi dan bergabung dengan Roma. Barbarossa ditawarkan untuk menjadi laksamana tertinggi armada Romawi. Namun, Barbarossa tidak tertarik dengan tawaran tersebut.[10] Setelah diangkat menjadi Laksamana Agung Kekaisaran Ottoman dari yang tadinya hanya sebatas perompak biasa, kali ini Khair-ed-Din Barbarossa menunjukkan kesetiaannya terhadap Ottoman.[11]

Pada musim gugur berikutnya, Charles V turun langsung memimpin dalam upaya penaklukkan Aljazair dan Armada Barbarossa. Namun, cuaca yang buruk, yakni badai, dan kehebatan pertahanan Armada Barbarossa menimbulkan malapetaka bagi Armada Romawi. Mereka terpaksa berlayar pulang ke Roma dengan kekalahan dan tangan hampa. Akibat dari serangan ini, Barbarossa menjadi mengambil postur yang lebih agresif di kawasan. Dia melakukan penyerangan ke seluruh area Laut Mediterania Barat. Di kemudian hari, beberapa negara di Eropa lebih memilih untuk membangun aliansi atau membayar upeti, ketimbang mesti berhadapan dengan Armada Militer Barbarossa yang sangat kuat.[12] (PH)

Bersambung ke:

Barbarossa, Sang Perompak yang Menjadi Laksamana Ottoman (4): Cakrawala Laut Yang Mengaum

Sebelumnya:

Barbarossa, Sang Perompak yang Menjadi Laksamana Ottoman (2): Ancaman Bagi Eropa

Catatan Kaki:

[1] Ḏḥwty, “Hayreddin Barbarossa: Causing a Ruckus as the Notorious Pirate Redbeard”, dari laman http://www.ancient-origins.net/history-famous-people/hayreddin-barbarossa-causing-ruckus-notorious-pirate-redbeard-005191?nopaging=1, diakses 6 Maret 2018.

[2] Ibid.

[3] John P. Rafferty, “From Pirate to Admiral: The Tale of Barbarossa”, dari laman https://www.britannica.com/story/from-pirate-to-admiral-the-tale-of-barbarossa, diakses 6 Maret 2018.

[4] Kallie Szczepanski, “Admiral Hayreddin Barbarossa”, dari laman https://www.thoughtco.com/admiral-hayreddin-barbarossa-195756, diakses 6 Maret 2018.

[5] John P. Rafferty, Ibid.

[6] Ibid.

[7] Kallie Szczepanski, Ibid.

[8] Ibid.

[9] Ḏḥwty, Ibid.

[10] Kallie Szczepanski, Ibid.

[11] Ḏḥwty, Ibid.

[12] Kallie Szczepanski, Ibid.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*