Dinasti Mughal berkuasa di India pada tahun 1526-1857. Dalam kurun waktu 300 tahun lebih, dinasti ini telah menorehkan sejarah arsitektur yang diakui dunia karena kejeniusan dan kompleksitasnya.
Berikut ini adalah beberapa bangunan dan struktur yang dianggap penting di dalam Benteng Merah Agra:
Jahangir Hauz. Ini adalah tangki monolitik, dibangun oleh Kaisar Jahangir. Tangki itu awalnya digunakan untuk mandi. Sekarang menjadi bagian dari Bengali Mahal Akbar.[1] Benda ini memiliki tangga di bagian luar dan dalamnya, yang menunjukkan bahwa tangki ini tidak ditanam pada suatu tempat dan dapat dipindah-pindahkan. Tangki ini dapat diangkut dan digunakan di kamp, atau di Istana Harem untuk mandi.[2]
Shahjahani Mahal. Shahjahani Mahal mungkin merupakan salah satu upaya paling awal Kaisar Shah Jahan untuk mengubah bahan pembuatan istana yang terbuat dari batu bata pasir merah ke marmer putih.[3] Istana ini memiliki aula besar, ruangan samping, dan menara segi delapan yang posisinya berada di sisi sungai. Konstruksinya yang terbuat dari batu bata pasir merah semuanya diubah menjadi berwarna putih karena diplester dengan tebal dan kemudian dicat warna-warni dengan motif bunga. Seluruh istana ini dulunya berkilau putih. Sementara itu bagian mukanya terbuat dari marmer putih, yang disebut Dalan, yang luas. Bagian ini terdiri dari lima lengkungan yang ditopang oleh pilar ganda, yang bagian luarnya dilindungi oleh chhajja.[4]
Babur Baoli (Sumur Bertangga). Kaisar Babur membangun sumur bertangga batu untuk memenuhi kebutuhan air di benteng kuno Agra. Ini mungkin salah satu modifikasi paling awal yang dilakukan oleh Dinasti Mughal terhadap benteng ini.[5] Babur mencatat dalam memoarnya bahwa dialah yang telah membangun sumur bertangga ini. Sumur ini terdiri dari tiga lantai, untuk mengangkut airnya ke atas mereka menggunakan lembu jantan sebagai tenaga penggerak untuk roda air (rehant). Sumur ini selesai dibangun setelah Pertempuran Khanwa pada tahun 1527. Babur mendirikan sebuah prasasti di dalamnya. Sebuah sumur lainnya didirikan di tingkat yang lebih tinggi, dan airnya diambil dari sumur terbawah menggunakan rehant. Sumur bagian atas ini digunakan untuk mengairi taman-taman istana, sebagaimana yang dituliskan oleh Babur.[6]
Masjid Nagina. Masjid ini dibangun oleh Shah Jahan. Masjid ini dibangun hanya menggunakan marmer putih dan digunakan sebagai tempat ibadah pribadinya.[7] Meski demikian, masjid ini tetap menyediakan area untuk wanita di tiga sisinya. Masjid ini terbuka dan lapang. Di bagian atapnya terdapat tiga kubah yang dimahkotai oleh hiasan bermotif kelopak bunga teratai dan kalash. Pada bagian dinding timur masjid ini disediakan tangki kecil untuk berwudhu.[8]
Diwan-I-Am (Aula Audiensi Publik). Aula ini dibangun oleh Shah Jahan. Menariknya, aula ini pertama kali dibangun menggunakan batu bata pasir merah tetapi kemudian diplester, sehingga memberikan tampilan seolah-olah terbuat dari marmer putih.[9] Di dalam aula ini terdapat ruang charokha (singgasana) kekaisaran yang terletak di tengah dinding timur. Ruangan ini terbuat dari marmer putih dengan ornamen tatahan. Sejarawan mencatat, bahwa ketika kaisar datang, para bangsawan akan berbaris rapi di balik pagar yang terbuat dari perak. Dalam proses itu mereka akan menunduk dengan hormat sampai kaisar telah melewati mereka.[10]
Gerbang Ghaznin. Gerbang ini sebenarnya tadinya berada di makam Sultan Mahmud Ghaznawi, dia adalah pendiri Dinasti Ghaznawiyah.[11] Di masa kekuasaannya, Sultan Mahmud Ghaznawi adalah penguasa dari sebuah wilayah kekuasaan yang sangat luas, yang mana mencakup Iran, Turkmenistan, Uzbekistan, Kyrgyzstan, Afghanistan, Pakistan, dan India utara pada hari ini.[12] Gerbang ini dipindahkan ke Benteng Agra oleh Inggris karena alasan politik.[13]
Bengali Mahal. Istana ini dibangun oleh Kaisar Akbar dan kemudian dimodifikasi oleh Shah Jahan. Aspek yang menarik dari istana ini adalah dikatakan bahwa di bawahnya, terdapat ruangan-ruangan rahasia.[14]
Akbar Mahal. Tempat ini adalah istana Kaisar Akbar, namun kini yang tersisa tinggal reruntuhannya. Akbar menghembuskan nafas terakhirnya di istana ini. Seluruh istana dibangun menggunakan batu bata pasir merah.[15] Harem Akbar ditempatkan di istana ini. Sejarawan Abul-Fazl mencatat bahwa Akbar membuat tempat yang tertutup, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat masuk ke dalamnya, di sanalah biasanya Akbar menghabiskan waktunya untuk beristirahat. Konon, di sana terdapat lebih dari 5.000 perempuan, dan mereka masing-masing mendapatkan ruangan. Persoalan harem adalah sesuatu yang sensitif, dan membutuhkan pengelolaan yang rapi dan efisien. Hanya para wanita dan petugas yang benar-benar dapat dipercaya yang diberi tugas untuk melayani Harem. Tempat ini dijaga dengan sangat ketat. Para perempuan harem digaji sebesar 1028 hingga 1610 Rupee. Sementara itu para pembantu dan pelayan yang ditugaskan untuk kebersihan, penerangan, dan tugas-tugas rumah tangga lainnya digaji sebesar 2 hingga 51 Rupee.[16]
Di luar seluruh bangunan lain yang telah diulas di atas sebenarnya masih banyak bangunan-bangunan dan struktur-struktur lain di dalam Benteng Merah Agra, misalnya makam para Kaisar dan penghuni istana lainnya, taman-taman, masjid, dan istana-istana lainnya. (PH)
Seri Benteng Merah Agra selesai.
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Cultural India, “Agra Fort”, dari laman https://www.culturalindia.net/indian-forts/agra-fort.html, diakses 27 Januari 2019.
[2] vishnu.kumar7, “Agra Fort: Home of Mughals”, dari laman http://www.thinkingparticle.com/articles/agra-fort-history-pictures-information, diakses 3 Februari 2019.
[3] Cultural India, Ibid.
[4] vishnu.kumar7, Ibid.
[5] Cultural India, Ibid.
[6] vishnu.kumar7, Ibid.
[7] Cultural India, Ibid.
[8] vishnu.kumar7, Ibid.
[9] Cultural India, Ibid.
[10] vishnu.kumar7, Ibid.
[11] Cultural India, Ibid.
[12] Kallie Szczepanski, “Mahmud of Ghazni”, dari laman https://www.thoughtco.com/mahmud-of-ghazni-195105, diakses 28 Agustus 2018.
[13] vishnu.kumar7, Ibid.
[14] Cultural India, Ibid.
[15] Ibid.
[16] vishnu.kumar7, Ibid.