Fakhruddin Ar Razi

in Tokoh

Last updated on October 12th, 2017 07:38 pm

Abu Abdullah, Abu al Fadhl Muhammad ibnu Umar ar Razi, atau lebih popular dengan nama Imam ar Razi dan Fakhr ar Razi, merupakan salah seorang ensiklopedis Islam terbesar di sepanjang masa. Sebagian kalangan  bahkan menganggap beliau sebagai argumentator Islam (Hujjatul Islam),  setelah Imam Al Ghazali. Dengan multi-telenta yang dimilikinya, beliau mampu menguasai berbagai bidang ilmu, seperti Filsafat, sejarah, matematika, astronomi, kedokteran, teologi dan tafsir. Bahkan di setiap bidangnya, Al Razi mampu mengungguli pakar-pakar di zamannya. Karena kepakarannya, ia diperbolehkan menyadang gelar Syeik al-Islam. Karya-karya magnum-opus nya antara lain: At Tafsir al Kabir, Al Muhashashal, dan Lubab al Isyarat.

Imam Fakhruddin Ar Razi lahir pada tanggal 25 Ramadhan 544 H / 1149 M, di Jibal Rayy, kawasan Iran sekarang. Ayahnya seorang ulama yang cukup terkemuka di wilayahnya, bermahzab Syafi’i dalam Fiqh dan Al Asy’ari dalam teologi. Dari sang ayah lah Imam Ar Razi mempelajari ilmu-ilmu hadist, fiqih, dan ushul. Adapun untuk ilmu filsafat dan ilmu kalam, beliau berguru kepada Al-Majd al-Jili.[1]

Setelah menguasa beberapa ilmu ini, beliau berangkat meninggalkan Rayy dan mengembara hingga ke Bukhara, Khawarizm, dan Mawara an-Nahar (Transoksiana), Asia Tengah. Di tempat ini, beliau mulai mendalami kemampuannya melalui diskusi dan perdebatan dengan banyak pakar di bidang masing-masing. Kefasihan dan kecerdasan Al Razi, membuatnya mudah di ingat dan namanya menyebar dengan cepat. Akan tetapi, disebabkan daya kritisnya yang tinggi, dan pendapatnya yang tidak jarang kontroversial (tidak umum), membuatnya dianggap sebagai gangguan, sehingga harus diusir dari wilayah tersebut.

Dalam bidang filsafat, Ar Razi banyak terpengaruh pemikiran-pemikiran Ibn Sina, Al Farabi, Muhammad Ibnu Zakariya, dan Al Ghazali. Namun lagi-lagi, disebabkan nalar kritisnya yang begitu tinggi, membuatnya terlihat berbeda bahkan kerap berdebat dengan para pendukung Ibn Sina yang lain di masanya, seperti Syeih ar-Ra’is. Bahkan tidak tanggung-tanggung, Ar Razi sempat juga berpolemik dengan Nashiruddin ath-Thusi dan Mulla Shadruddin asy-Syirazi, atau lebih dikenal dengan Mulla Sadra. Terkait dengan polemiknya dengan Mullah Sadra, Al Razi menyerang pondasi leteratur Sang Mullah. Pekatnya warna aristotilian dalam pemikiran Mulla Sadra menuai kritik dari Ar Razi, tentang keabsahan buku Theology-nya Aristoteles. Ar Razi meragukan bahwa pernah ditulis oleh Aristoteles, yang dengan demikian menjadi bantahan atas seluruh argumentasi logis Mulla Sadra.[2]

Tidak hanya dengan para filosof pada zamannya, Ar Razi pun terlibat polemik dengan Ibnu Taimiyah. Ibnu Taimiyah bahkan menuduhnya telah mengajarkan pemujaan terhadap berhala dan binatang. Hal ini disampaikan sebagai respon atas karya Ar Razi yang berjudul as Sirr Al-Maktum fi as-Shir wa Mukhathabat an-Nujum. Terkait tudiangn Ibnu Taimiyah ini, sebenarnya kitab yang dimaksud berjudul as-Sirr al Maktum fi Asrar an-Nujum (Misteri Tersembunyi tentang Rahasia Bintang-Bintang).[3]

Terlepas dari semua pujian dan kontroversi yang dibuatnya, Fakhruddin Ar Razi merupakan tokoh yang sangat terkemuka di zamannya. Bahkan dapat dikatakan, ialah sosok pembicara paling handal dari kalangan Sunni, khususnya yang bermahzab Imam Syafi’i. Tidak hanya dengan sesama pemikir muslim, ar Razi juga membuka dialog dan perdebatan dengan kalangan dari Yahudi dan Nasrani.

Pada umur 63 tahun, beliau tutup usia di Haret pada tahun 606 H/1209 M. Seberapa riwayat menyatakan sebab kematiannya adalah dengan diracun yang dimasukkan lewat minuman oleh para pembencinya.

Dalam tulisannya tentang Fakhruddin Ar Razi, Dr. G. F. Haddad menyebut setidaknya terdapat 28 karya dalam berbagai bidang disiplin ilmu yang sudah dihasilkan oleh ar Razi, diantaranya : [4]

  1. Al-Tafsir al-Kabir, atau yang dikenal luas dengan Mafatih al-Ghayb. Meski ini adalah magnum opus-nya, tidak sedikit kritik yang tertuju pada karya ini. seperti yang dinyatakan oleh Abu Hayyan dan Ibnu Taimiyah yang menyatakan bahwa “karya ini memuat segala sesuatu, kecuali tafsir”
  2. `Isma al-Anbiya’.
  3. Bahr al-Ansab.
  4. Kitab al-Mantiq al-Kabir.
  5. Al-Mahsul wa al-Muntakhab,
  6. Al-Arba`in.
  7. Nihaya al-`Uqul
  8. Al-Bayan wa al-Burhan fi al-Radd `ala Ahl al-Zaygh wa al-Tughyan
  9. Al-Mabahith al-`Imadiyya fi al-Matalib al-Ma`adiyya
  10. Al-Mabahith al-Mashriqiyya.
  11. Ta’sis al-Taqdis fi Ta’wil al-Sifat. Ibn Taimiyah mengkritik keras buku ini melalui karyanya yang berjudul al-Asas Radd al-Ta’sis.
  12. Irshad al-Nuzzar ila Lata’if al-Asrar.
  13. Al-Zubda.
  14. Al-Ma`alim fi Usul al-Din, yang berisi komentar terhadap Abu al-Ma`ali al-Juwayni’s Luma` al-Adilla.
  15. Al-Ma`alim fi Usul al-Fiqh
  16. Sharh Asma’ Allah al-Husna
  17. Sharh Nisf al-Wajiz li al-Ghazzali
  18. Sharh al-Isharat.
  19. Al-Mulakhkhas fi al-Falsafa.
  20. Al-Matalib al-`Aliyya.
  21. Al-Milal wa al-Nihal.
  22. Sharh Kulliyyat al-Qanun fi al-Tibb.
  23. Manaqib al-Shafi`i.
  24. Sharh Siqt al-Zand li Abi al-`Ala’.
  25. Al-Tariqa al-Baha’iyya fi al-Khilaf.
  26. Sharh Mufassal al-Zamakhshari.
  27. `Uyun al-Hikma.
  28. dan kitab yang sempat cukup kontroversial, yaitu as-Sirr al Maktum fi Asrar an-Nujum.

Berikut ini adalah cuplikan pemikiran Imam Fahruddin Ar Razi dalam at Tafsir al-Kabir, Jilid IV, Hal. 134 : “Menurutku : ilmu-ilmu itu adakalanya bersifat spekulatif dan adakalanya bersifat praktis. Sedang yang paling mulai dan paling sempurna dari ilmu-ilmu spekulatif adalah pengetahuan tentang Esensi Allah, sifat-sifat, perbuatan-perbuatan, hukum-hukum, dan nama-nama Nya. Adapun untuk ilmu-ilmu praktis, apa yang diharapkan adakalanya perbuatan-perbuatan yang dibentuk oleh organ-organ tubuh atau yang berkaitan dengan kalbu, yang dengan kata lain, dinamakan penyucian tingkah laku dan jiwa. Sekarang, anda tidak akan menjumpai kedua ilmu ini, sebagaimana yang anda dapati dalam kitab Al-Quran pada pijakan yang sama. Lalu sunnah Allah yang Maha Tinggi berjalan sebagaimana mestinya didunia ini, dan sungguh orang yang mencari makna Al Quran dan berpegang kepadanya akan memperoleh kejayaan di dunia dan di akhirat”.

 

Sumber rujukan :

[1] http://www.cis-ca.org/voices/r/alRazi-Fakhr%20al-Din.htm, diakses 15 September 2017

[2] Lihat, Pengantar buku, Imam Ar-Razi, “Ruh dan Jiwa; Tinjauan Filosofis dalam Perspektif Islam”, Surabaya, Risalah Gusti, 2000, Hal. 6

[3] Lihat, Ibid, Hal. 14

[4] http://sunnah.org/history/Scholars/al_fakhr_al_razi.htm#NOTES, diakses 15 September 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*