“Malam tersebut lebih baik daripada seribu bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan. Di malam itu pula para malaikat datang dengan segala perkara yang telah Allah tetapkan pada tahun tersebut. Sehingga kedamaian pada saat itu dapat terasa, dimana tidak ada cobaan serta syaitan yang mengganggu hingga terbitnya fajar.”
Ummat Islam dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan serta menghidupkan malamnya di 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Hal ini disebabkan banyaknya riwayat akan datangnya malam lailatul Qadr di 10 malam terakhir bulan Ramadhan, terutama di malam yang ganjil.
Kendati demikian, datangnya Malam Lailatul Qadr tidak dapat dipastikan tanggalnya, yaitu bergantian setiap tahunnya.[1] Dalam hadith disebutkan;
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم “ الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ – يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ – فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِي ” . (رواه مسلم)
Rasulullah Saw bersabda: “Carilah (Lailatul Qadar) di sepuluh malam terakhir (bulan Ramadhan). Jika salah seorang di antara kalian lemah dan tidak mampu, maka janganlah hal itu dibiarkan menimpanya di minggu terakhir.” (HR. Muslim)
Di dalam al -Quran juga disebutkan bahwa Lailatul Qadr adalah malam terbaik sepanjang zaman, namun pernahkah terbesit kenapa malam tersebut dinamakan Lailatul Qadr?
Menurut para Ulama, ada beberapa pendapat ulama akan makna dari Lailatul Qadr, diantaranya;
Pertama, Al-Qadr bermakna agung atau mulia, sehingga Lailatul Qadr berarti malam yang mulia.
Kedua, Al-Qadr bermakna sempit, yaitu malam dimana bumi menjadi sempit karena banyaknya malaikat yang datang pada malam tersebut
Ketiga, Al-Qadr bermakna hukum atau taqdir, sehingga malam Lailatul Qadr adalah malam penetapan taqdir.
Keempat, malam dimana kitab serta malaikat yang mulia turun ke bumi.
Singkatnya, Allah menurunkan al-Quran kepada Rasul-Nya di malam lailatul Qadr yang di dalamnya Allah telah menetapkan taqdir akan agama-Nya serta menentukan jalan untuk Rasul-Nya dalam berdakwah kepada manusia agar mengkuti petunjuk dan kebenaran.[2]
Selain itu, sesuai firmanNya dalam surat Al-Qadr ayat 3-5; Malam tersebut lebih baik daripada seribu bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan. Di malam itu pula para malaikat datang dengan segala perkara yang telah Allah tetapkan pada tahun tersebut. Sehingga kedamaian pada saat itu dapat terasa, dimana tidak ada cobaan serta syaitan yang mengganggu hingga terbitnya fajar.[3]
Lalu, bagaimana hukumnya jika seseorang melakukan kebaikan di malam hari demi mengejar Lailatul Qadr kemudian lengah di siang hari?
Pemaknaan Ibadah dalam Meraih Lailatul Qadr
Berdasarkan ayat al-Quran surat al-Qadr dijelaskan bahwa malam lailatul Qadr berlangsung hingga terbitnya fajar. Namun, bukan berarti pada siang hari diperbolehkan lengah selama menjalankan ibadah puasanya.
قال النووي: “يُستحبُّ أن يُزاد من العبادات في العشْر الأواخر من رمضان، وإحياء لياليه بالعبادات”.[4]
Artinya: Imam Nawawi pernah berkata bahwa di 10 hari terakhir Ramadhan dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan juga menghidupkan malam-malamnya.
Dalam riwayat lain, disebutkan juga bahwa Rasulullah Saw bertahajud sepanjang malam pada bulan Ramadan, membaca al-Quran dengan senantiasa memohon Rahmat-Nya di setiap ayat tentang kasih sayang, dan memohon ampunan-Nya di setiap ayat tentang adzab. Sehingga hal yang paling utama dilakukan pada malam-malam terakhir Ramadhan adalah shalat, membaca al-Quran, berdoa serta bertafakkur.
Kemudian Al-Sha’bi menyebytkan bahwa pada saat Lailatul Qadr, hendaknya malam harinya (ibadahnya) sama dengan siangnya, sebagaimana pula disebutkan oleh Imam al-Shafi’i yaitu dianjurkan untuk berijtihad (dalam beribadah) pada siang hari seperti ijtihadnya pada malam hari.[5]
Keutamaan Lailatul Qadr hanya dapat dilihat dan dirasakan oleh orang-orang yang Allah pilih. Dan Allah SWT sangat mencintai hamba yang konsisten atau istiqomah dalam beribadah. Sehingga jelas bahwa seorang Muslim yang baik hendaklah mengatur waktunya dengan bijak sehingga dapat menyeimbangkan serta memperbanyak ibadah pada siang dan malam harinya.
Mengapa Allah tetapkan terjadinya Lailatul Qadr di malam hari? Ada beberapa hikmah di baliknya, yaitu karena waktu malam penuh dengan ketenangan dan kejujuran. Maka mereka yang riya’ tidak mungkin beribadah di malam hari, sebab hanya orang mukmin khusyu’ yang akan memilih beribadah di malam hari.[6]
Ketika Allah menggunakan kata “tahukah kamu” sebagaimana dalam surat al-Qadr ayat 2, “Tahukah kamua apa yang dimaksud Lailatul Qadr?”, sesungguhnya Allah ingin menunjukkan kepada makhluk-Nya akan malam yang mulia itu, dimana tidak ada seorangpun yang dapat mengetahuinya dengan ilmu atau ijtihadnya melainkan Allah yang memperlihatkannya.[7] Hanya orang-orang yang telah Allah izinkanlah yang mendapat kemuliaan pada malam Lailatul Qadr.
Ada beberapa tanda akan datangnya Lailatul Qadr yang sering tidak disadari atau tidak tampak kecuali telah berlalu, diantaranya yaitu pada malam tersebut cuaca tidak panas dan juga tidak dingin serta pagi harinya, matahari terbit dan bersinar namun tidak terik.[8]
…. فَقَالَ أُبَىٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ – يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي – وَوَاللَّهِ إِنِّي لأَعْلَمُ أَىُّ لَيْلَةٍ هِيَ. هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا. (رواه مسلم)
…Ubay berkata: Demi Allah, tidak ada tuhan selain Dia, bahwa (Lailatul Qadar) itu ada di bulan Ramadhan (Dia bersumpah tanpa ragu-ragu:) Demi Allah, aku tahu malam itu, itu adalah malam di mana Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk shalat. Itu adalah malam yang mendahului pagi hari tanggal dua puluh tujuh dan indikasinya adalah matahari terbit dengan terang pada hari itu tanpa sinar. (HR. Muslim)
Serta tidak memungkiri akan datangnya hujan pada malam itu, sebagaimana diceritakan oleh Abu Sa’id al-Khudri tentang khutbah Rasulullah SAW,
إني رأيت ليلة القدر ثم أُنسيتها، فالتمسوها في العشر الأواخر في الوتر، وإني رأيت أني أسجد في ماء وطين (رواه البخاري)
Artinya: Aku diberitahu tentang (tanggal) Malam Qadar, tetapi aku lupa, maka carilah di malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. (Dalam mimpi itu) aku melihat diriku bersujud di dalam lumpur dan air (sebagai tanda). (HR. Bukhari)
Dapat disimpulkan bahwa malam Lailatul Qadr adalah malam yang mulia dimana ummat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadahnya di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Allah juga telah memberikan isyarat atau tanda-tanda akan datangnya Lailaltul Qadr, namun hanya orang-orang pilihan-Nya lah yang dapat merasakannya dan menyadarinya. Maka akan lebih baik jika fokus untuk memperbanyak ibadah dengan harapan mendapatkan keutamannya di salah satu malamnya karena tidak ada ibadah yang sia-sia di sisi Allah SWT. (NSS)
Catatan kaki:
[1] Abd Al-Bārī Muhammad Daud, Layla l-Qadr, Cairo: Dar Nahda Al-Sharq, 10-11.
[2] Ibid., 68.
[3] Ibid., 12.
[4] Al-Nawawi, Sharh Muslim, Vol. 8, 71.
[5] Ibn Rajab al-Hanbali, Laṭā’if al-Maʿārif, Riyaḍ: Dār Ibn Khuzayma, 464.
[6] Abd Al-Bārī Muhammad Daud, Layla l-Qadr, 27-28.
[7] Ibid.
[8] Ahmad Hutayba, Al-Jāmiʿ li Ahkām al-Shiyām wa Aʿmāl Shahr Ramaḍān, 354.