“Besar kemungkinan bahwa Fir’aun yang hidup dan bertemu dengan Nabi Musa As, adalah Ramesses II. Para ilmuwan sepakat bahwa inilah puncak era kejayaan Mesir Kuno. Terdapat beberapa bukti arkeologis yang menyatakan bahwa Ramesses memang menyatakan dirinya sebagai Tuhan.”
—Ο—
Bila kita merujuk pada Al Quran, akan terlihat bahwa jarak waktu antara kedatangan Nabi Musa ke Mesir, hingga akhirnya beliau memutuskan untuk membawa Bani Israel keluar dari Mesir, membutuhkan waktu yang cukup lama. Kronologi peristiwa ini terdapat dalam Surat Al A’raf ayat 130-136, Allah SWT berfirman:
“Dan sungguh, Kami telah menghukum Fir’aun dan kaumnya dengan (mendatangkan musim kemarau) bertahun-tahun dan kekurangan buah-buahan, agar mereka mengambil pelajaran. Kemudian apabila kebaikan (kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata, “Ini adalah karena (usaha) kami.” Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan pengikutnya. Ketahuilah, sesungguhnya nasib mereka di tangan Allah, namun kebanyakan mereka tidak mengetahui. Dan mereka berkata (kepada Musa), “Bukti apa pun yang engkau bawa kepada kami untuk menyihir kami, kami tidak akan beriman kepadamu.” Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak, dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) mereka pun berkata, “Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.” Tetapi setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji. Maka Kami hukum sebagian di antara mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka di laut karena mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan melalaikan ayat-ayat Kami.”
Dari rangkai kronologi yang sebutkan Al Quran di atas, kita bisa memperkirakan tahapan-tahapannya, yaitu pertama, Fira’un dan kaumnya didatangkan musim kemarau yang lamanya bertahun-tahun. Kemudian bencana tersebut hilang, dan berganti dengan kemakmuran. Kemudian karena kaum Fir’aun menyombongkan diri, maka Allah SWT menimpakan lagi kesusahan kepada mereka, yang kemudian mereka menyalahkan Nabi Musa As atas hal tersebut. kemudian ada tahapan dimana mereka meminta bukti kepada Nabi Musa, dan Allah SWT “kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak, dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.” (QS. Al A’raf: 133) Kemudian mereka meminta Nabi Musa menghilangkan azab tersebut dari mereka, dengan janji bahwa mereka akan melepaskan Nabi Musa dan Bani Israel. Namun lagi-lagi mereka ingkar, dan Allah SWT akhirnya menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya.
Dari kronologi tersebut, tampaknya kita sudah bisa memperkirakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya semua proses tersebut bisa jadi melebihi 10 tahun. Dengan demikian, Tuthmosis III yang berkuasa selama 54 tahun, tidak memungkinkan masuk dalam kategori ini. Sebagaimana sudah kita bahas sebelumnya, diperkirakan usia Nabi Musa ketika kembali dari Madyan adalah 50 tahun, ditambah dengan proses dakwah beliau di Mesir yang berlangsung lebih dari 10 tahun, yang artinya membutuhkan waktu lebih dari 60 tahun hingga akhirnya Fir’aun binasa.
Bila kita kembali merujuk pada periodesasi yang dibuat oleh para ilmuwan, maka satu-satunya Fir’aun yang memenuhi kriteria kronologis ini, hanya Ramesses II, yang memerintah selama 66 tahun (1279-1213 SM).
Menariknya, dari sekian banyak Fir’aun yang pernah memerintah Mesir Kuno, artefak peninggalan Ramesses II adalah yang paling banyak ditemukan. Mulai dari yang berukuran besar seperti kuil dan patung-patung raksasa, hingga yang terkecil seperti prasasti yang muat catatan petunjuk tentang dirinya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Fir’aun yang dihadapi oleh Nabi Musa berkali mendaku dirinya sebagai Tuhan. Dalam Surat An-Naziat ayat 23-24, Allah SWT berfirman: “Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi“. Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman,”Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagi kalian selain aku.” (QS. Al Qashash: 38)
Sebuah artikel di http://www.islamic-awareness.org, menunjukkan setidaknya tiga bukti arkeologis yang menunjukkan bahwa Ramesses II memang mengaku dirinya sebagai Tuhan. Pertama, adalah Stela no. 410 dari Museum Hildesheim. Sebuah prasasti yang menunjukkan dua orang, satu berdiri mengenakan mahkota ganda dengan uraeus, rok pendek, kalung dan memegang sesuatu seperti saputangan atau segel di satu tangan. Ia disebut: “Raja Mesir Hulu dan Hilir, Tuan Dua Tanah ‘Ramses-meryamun, Tuhan.“[1]
Kedua, adalah prasasti stela no. 1079 dari Museum Hildesheim. Di sana terlihat seorang pria digambarkan mengenakan pakaian panjang yang berikat pinggang, menawarkan dua bunga dengan tangan kanannya kepada dua orang yang tampaknya adalah pembesar Mesir kala itu. Di depan mereka ada meja yang sarat dengan berbagai jenis sesaji. Sedang di atasnya, ada sebuah catatan yang inkripsinya berbunyi, “Tuan dari dua Tanah (Usermaatre-setpenre’ Monthu-in-the-Two-Lands)” dan “Tuhan dari diadems ‘Ramses-meryamun’, Tuhan.” Serta ada satu lagi sebuah bukti peninggalan kecil yang inkripsinya begitu penting, berbunyi, “Ramesses-meryamun, Tuhan.”[2]
Bersambung…
Sebelumnya:
Catatan kaki:
[1] “King of Upper and Lower Egypt, the Lord of the Two Lands ‘Ramesses-meryamun, the God’“. Lihat, http://www.islamic-awareness.org/Quran/Contrad/External/mosespharaoh.html, diakses 27 April 2018
[2] Ibid