Fir’aun di Zaman Nabi Musa As (5)

in Studi Islam

Bagaimanapun, studi mengenai Fir’aun masih belum menemukan satu kesimpulan yang cukup memuaskan semua pihak. Terlebih bila kesimpulan tersebut ternyata berbenturan dengan dalil beberapa agama samawi.

—Ο—

 

Dari beberapa gambar prasati yang tersaji pada edisi sebelumnya, kita menemukan setidaknya Ramesses II memiliki berapa identitas/julukan. Tuan dari dua Tanah (Usermaatre-setpenre), Ramesses-meryamun, yang merupakan namanya sendiri, dan ‘Tuhan’. Salah satu bukti arkeologis yang cukup gamblang menjelaskan hubungan beberapa identitas ini, adalah relief yang terdapat di kuil Abu Simel, yang merupakan kuil peninggalan Ramesses II.[1]

Di relief tersebut terdapat gambar yang menunjukkan Tuan dari dua Tanah ‘Usermare-setpenre‘” (= Ramesses II) menawarkan sesuatu kepada “Ramesses-meryamun” (= Ramesses II). Pada gambar tersebut, secara jelas terlihat bahwa dua sosok tersebut sangat identik atau bisa dikatakan orang yang sama. Hanya yang satu terlihat lebih agung dan berwibawa dengan piringan matahari di sekitar telinganya.[2]

Relief yang terdapat di Kuil Abu Simel. Sumber gambar: islamic-awareness.org

Agak sulit bagi siapapun memahami bahwa pada masa puncak kejayaan Mesir Kuno, atau ketika Ramesses II berkuasa, ada penguasa yang lebih tinggi dari dirinya di Mesir. Maka bisa ditafsirkan bahwa relief ini menceritakan bagaimana Ramses II sedang memuja dirinya sendiri. Secara sistematis dan sadar, ia mendefinisikan dirinya sebagai Tuhan lengkap dengan atribut menyembahannya. Tidak hanya pengikut dan rakyatnya, bahkan dirinya sekalipun menyembah dirinya yang “ilahi” tersebut.[3]

Maka sangat wajar ketika Nabi Musa As mendatanginya memperkenalkan ajaran Tauhid kepadanya dan pengikutnya, mereka semua menolak. Dalam Surat Al Qashash ayat 38-42 Allah SWT berfirman:

Dan berkata Fir’aun, “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat. Kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang yang pendusta, ” dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah).

Para ilmuwan umumnya menyepakati, bahwa era kekuasaan Ramesses II adalah puncak kejayaan Mesir Kuno. Ia dianggap sebagai raja terbesar sepanjang sejarah Mesir. Dan yang terpenting, di era inilah Fir’aun mengaku demikian berkuasa, hingga berani memproklamirkan dirinya sebagai Tuhan. Konon pada masa inilah ekspansi kerajaan Mesir Kuno berlangsung secara massif ke wilayah sekitarnya. satu persatu wilayah berhasil ditaklukkan. Mereka membangun bangunan-bangunan raksasa, yang sampai hari ini masih tetap memukau manusia modern.

Dalam Al Quran, Surat Al Fajr, ayat 10, Allah SWT berfirman: “dan (terhadap kaum) Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar).”  Terkait hal ini, ilmuwan modern menemukan sebuah kuil Ramesses II yang dikenal sekarang dengan Kuil Abu Simel. Kuil ini dipahat ditebing batu, layaknya patung-patung presiden Amerika di Gunung Rushmore (Mount Rushmore National Memorial) di Keystone, sebelah selatan negara bagian Dakota. Kuil Abu Simel berhasil diselamatkan oleh UNESCO antara 1960 dan 1980, dan menjadikannya salah satu warisan dunia.

Kuil Abu Simel. Sumber gambar: islamic-awareness.org

Tapi Kuil Abu Simel hanyanya seujung kuku. Penemuan mutahir memperkirakan terdapat sebuah kota seluas 30 kilometer persegi, yang diduga dibangun selama masa pemerintahan Ramesses II. Kota ini disebut oleh ilmuwan modern sebagai “Pr-Ramesses”. Salah seorang peneliti bernama E. P. Uphill, menyebutkan, ”Pr-Ramesses mungkin adalah kediaman kerajaan paling luas dan paling mahal yang pernah didirikan oleh tangan manusia. Seperti sekarang dapat dilihat istana dan pusat resmi yang terkenal meliputi area seluas setidaknya empat mil persegi, dan kuil-kuilnya berada dalam satu skala dengan ini, bentuk kolosal dari rangkaian bangunan-bangunan ini mungkin merupakan kumpulan kapel terbesar yang dibangun di dunia pra-klasik oleh satu penguasa sekaligus.”[4]

Polemik Soal Mummy

Bila kita menyimak diskursus soal siapa Fir’aun pada zaman Nabi Musa As, polemik yang umumnya muncul lebih disebabkan oleh hasil analisis tentang mumi Fir’aun. Persoalan paling mendasarnya, masyarakat modern tidak secara langsung mengambil jenazah Fir’aun dari Laut Merah. Jenazah Ramesses II baru ditemukan pada tahun 1881, dan baru buka oleh Gaston Maspero di Bulaq pada tanggal 03 Juni 1886.[5]

Lebih dari satu abad kemudian mummy tersebut  diteliti pada tahun 1974 oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Perancis bernama Dr. Maurice Bucaille.[6] Hal ini dilakukan mengingat pada tahun itu diketahui bahwa mayat Ramesses II membusuk lebih cepat dari mummi lainnya, disebabkan oleh jamur dan serangga. Maka sebelum rusak, diterbangkanlah mummy ini ke Perancis untuk di teliti.

Di Perancis, kedatangan Mummy Ramesses II disambut dengan upacara militer layaknya seorang raja dari suatu negeri.  Dari laporan penelitian Dr. Maurice Bucaille tentang jenazah Ramesses II, ditemukan fakta bahwa ia meninggal ketika berumur 92 tahun, dan memang di dalam Mummy tersebut terkandung kristal garam. Hasil temuan ini menguatkan asumsi kemungkinan besar Mummy tersebut terendam di dasar laut. Hanya saja, hasil penelitian itu juga menyebutkan bahwa Ramesses II menderita ankylosing spondylitis[7] atau dikenal juga sebagai rematik sistemik yang merupakan sebuah penyakit inflamasi dari tulang belakang. Berdasarkan hal ini, Bucaille menyimpulkan bahwa Ramesses II tidak bisa memainkan peran apa pun dalam Eksodus, dikarena menurutnya, kemungkinan besar ketika peristiwa itu Ramesses II mengalami kelumpuhan. [8]

Dari hasil penelitian inilah kemudian, asumsi tentang adanya Fir’aun lain yang bertemu Nabi Musa muncul. Dugaan kuat mengarah para putra Ramesses II yang bernama Merneptah. Maka pada tahun 1975, Mummy Merneptah diteliti, dan hasilnya, mereka menemukan bahwa sebab kematian Merneptah karena tenggelam/asfiksia.[9]

Tapi berdasarkan penelitian yang dilakukan terakhir, hasil diagnosa Bucaille tersebut mulai dibantah. Melalui uji X-ray terbaru, anggapan bahwa Ramesses II menderita ankylosing spondylitis dibantah.[10] Tapi terkait hasil mengenai adanya kandungan garam dalam tubuhnya, masih dianggap valid hingga sekarang. Khaled Hagar, dalam tesis doktoralnya mengenai Fir’aun, menyebutkan bahwa Ramesses II adalah Fir’aun yang bertemu Nabi Musa, yang akhirnya tenggelam di Laut Merah.[11]

Jasad Ramesses II. Sumber gambar: travel.dream.co.id

Menurutnya, hasil X-ray menunjukkan bahwa tangan kiri Firaun diposisikan berbeda dari semua mumi kerajaan lainnya yang saat ini ditampilkan di museum Mesir. Ini menunjukkan bahwa ketika tenggelam di Laut Merah, Ramesses II mencoba mendorong air dengan lengan kirinya dan juga menunjukkan bahwa dia memegang kendali kuda di tangan kirinya sambil memegang mace di kanannya. Menurut Hagar, adegan Ramesses II yang sedang mengendalikan kereta kudanya, sangat cocok dengan lukisan yang ada dibeberapa dinding kuil Mesir Kuno.[12] Wallahualam bi sawab (AL)

 

Selesai

Sebelumnya:

Fir’aun di Zaman Nabi Musa As (4)

Catatan kaki:

[1] Lihat, http://www.islamic-awareness.org/Quran/Contrad/External/mosespharaoh.html, diakses 27 April 2018

[2] Ibid

[3] Ibid

[4] Ibid

[5] Lihat, Dr. Amtul Qudoos Farhat, Pharaoh Of Moses: A Quranic Prophecy Fulfilled, https://www.alislam.org/library/articles/Pharaoh-of-Moses-201005.pdf, diakses 2 April 2018

[6] Proyek ini dilakukan bersama Christiane Desroche-Noblecourt, kurator Antiquities Mesir di Musée du Louvre, dan Profesor Lionel Balout, Direktur Musée de l’Homme. Inilah salah satu proyek penelitian yang paling monumental. Hail penelitian ini masih menjadi pembicaraan para ilmuwan hingga hari ini.

[7] Lihat, https://pulauherbal.com/jurnal/2228-dapatkah-ankylosing-spondylitis-diobati.html, diakses 2 April 2018

[8] Lihat, Dr. Amtul Qudoos Farhat, Op Cit

[9] Ibid

[10] Lihat, http://www.islamic-awareness.org/Quran/Contrad/External/mosespharaoh.html, Op Cit

[11] Lihat, http://thecairopost.youm7.com/news/142273/culture/ramses-ii-pharaoh-of-exodus-researcher-says, diakses 2 April 2018

[12] Ibid

4 Comments

  1. Sebelum nabi Musa lahir, seluruh anggota keluarga nabi Ya’qub tinggal sebagai masyarakat pendatang di negeri Mesir. Selama masa kekuasaan nabi Yusuf, Bani Israel dilimpahi banyak kemudahan hidup. Akan tetapi keadaan mulai berubah sepeninggal nabi Yusuf, oleh sebab raja yang menggantikan Yusuf tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman hidup dengan bangsa Bani Israel. Bangsa ini diperbudak oleh Mesir lantaran raja Fir’aun pada zaman itu merupakan raja yang zalim serta memecah belah rakyatnya melalui tindakan menindas kalangan yang dipandang lemah.
    By the way! The best essay writing service – https://www.easyessay.pro/
    And Happy New Year!

  2. Sebelum nabi Musa lahir, seluruh anggota keluarga nabi Ya’qub tinggal sebagai masyarakat pendatang di negeri Mesir. Selama masa kekuasaan nabi Yusuf, Bani Israel dilimpahi banyak kemudahan hidup. Akan tetapi keadaan mulai berubah sepeninggal nabi Yusuf, oleh sebab raja yang menggantikan Yusuf tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman hidup dengan bangsa Bani Israel. Bangsa ini diperbudak oleh Mesir lantaran raja Fir’aun pada zaman itu merupakan raja yang zalim serta memecah belah rakyatnya melalui tindakan menindas kalangan yang dipandang lemah.
    By the way! The best essay writing service – https://www.easyessay.pro/
    And Happy New Year!

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*