“Bakhchisarai sendiri dalam bahasa Tatar Krimea, berarti “istana taman”. Ide awal pembuatannya berasal dari keinginan untuk menciptakan imitasi surga di muka bumi. Dan memang sebagaimana namanya, suasana di tempat ini begitu asri, banyaknya air mancur dan taman, sangat cocok sebagai tempat di mana orang dapat beristirahat dan menyejukkan diri.”
—Ο—
Istana Bakhchisarai berada 30 kilometer sebelah barat Simferopol, ibu kota Republik Krimea. Situs ini merupakan bagunan bersejarah peninggalan bangsa Muslim Tatar yang pernah berjaya di Krimea sekitar 200 tahun yang lalu. Saat ini, populasi Muslim di Krimea tinggal sekitar 240.000 hingga 300.000 jiwa, atau 12%-13% dari total penduduk Krimea.[1] Padahal dahulu, orang Tatar-lah penguasa di area tersebut. Tatar Krimea berperan dalam membuat semenanjung ini sebagai salah satu pusat Islam. Sejarah mereka dengan Rusia —dari hubungan dagang dan kerja sama, perkawinan dan persilangan budaya, dan kadangkala ketidakpercayaan— mengalami tarik-ulur selama berabad-abad.
Menurut Eric Lohr, pakar sejarah budaya Rusia dari American University, Washington-AS, Tatar Krimea sendiri adalah etnis kuno, yang keberadaannya sudah muncul di peta sejak tahun 1241 M. Saat itu Batu Khan, keturunan dari Jenghis Khan, menaklukkan wilayah tersebut dan menjadikannya bagian strategis dari Kekaisaran Mongol.[2] Sangat mungkin gelombang kedatangan bangsa Mongol ini adalah bagian dari armada Hulagu Khan ketika menyapu kawasan Asia dan Eropa pada pertengahan abad ke 13 M. Pada abad ke-15, wilayah ini jatuh ke genggaman Kekaisaran Ottoman.
Bakhchisarai sendiri dalam bahasa Tatar Krimea, berarti “istana taman”. Ide awal pembuatannya berasal dari keinginan untuk menciptakan imitasi surga di muka bumi. Dan memang sebagaimana namanya, suasana di tempat ini begitu asri, banyaknya air mancur dan taman, sangat cocok sebagai tempat di mana orang dapat beristirahat dan menyejukkan diri.[3]
Menurut Wakil Direktur Museum Peninggalan Bakhchisarai Krimea Anna Polkanova; “Dahulu, Istana ini bukan hanya tempat tinggal untuk para Khan – sebutan raja untuk beberapa negara Islam. Di kompleks istana ini ada juga lima tempat lain yang disebut istana-istana kecil. Namun tempat utama untuk raja Krimea adalah Istana Bakhchisarai yang dibangun atas perintah Sahib I Giray.” Selama lebih dari 200 tahun, Istana Bakhchisarai menjadi pusat kegiatan politik Kekhanan Krimea. Setiap pemimpin baru membangun bangunan baru, mengabadikan nama, dan membentuk gedung yang kita dapat lihat hari ini.[4]
Istana Bakhchisarai dibangun dengan gaya arsitektur khas Krimea saat itu. Selain markas pemerintahan, di kawasan istana ini terdapat juga apartemen pribadi Khan dan keluarganya, perpustakaan, masjid, dan bangunan lain. Struktur paling pertama di wilayah istana, yaitu bak mandi Sarah Guzel dan Masjid Big Khan, yang dibuat tahun 1530. Menariknya, masjid tersebut masih beroperasi saat ini.
Masjid Big Khan, atau dalam Bahasa Tatar Krimea “Büyük Han Cami”, terletak di sebelah timur gerbang utara kawasan Istana Bakhchisarai. Masjid yang dibangun pada tahun 1532 ini juga merupakan salah satu masjid terbesar di Krimea. Ciri utama masjid ini adalah dua menara persegi delapan yang menjulang tinggi melampui semua bangunan lain di kawasan ini. Pada tahun 1736 masjid tersebut dirusak oleh api dan kemudian dipulihkan pada masa pemerintahan Khan Selameta Giray. Masjid ini beratap genteng, sama seperti bangunan yang lain. Namun para ilmuwan berpendapat bahwa masjid tersebut semula beratap kubah dengan berbagai ukuran.[5]
Selain Masjid Big Khan, salah satu bangunan paling impresif di istana ini adalah Balai Divan. Konon, di tempat inilah isu-isu paling penting di Kekhanan dibahas. Khan akan duduk di singgasananya, yang diselimuti kain oranye dan dengan dekorasi sulaman emas. Orang-orang kepercayaan Khan diizinkan untuk duduk di sofa rendah, dan para penasihatnya duduk di kursi yang menempel dinding. Balai tersebut saat ini masih memiliki kaca berwarna dan atap berukiran khas abad ke-16. Arsitek ternama Tatar Krimea, Omer, juga dulu bekerja di istana ini. Hasil lukisannya masih bisa dilihat di Masjid Big Khan dan Gazebo Musim Panas. Di abad ke-18, Omer merekonstruksi gazebo tersebut, dengan menambah satu lantai lagi.[6]
Pada 1736, saat Perang Rusia-Turki, Istana Bakhchisarai direbut oleh tentara Rusia. Di bawah komando Marsekal Lapangan Minikh, tentara Rusia memasuki Krimea untuk pertama kalinya dan membakar istana. Ia kemudian mengirim surat resmi untuk Permaisuri Catherine II (yang Agung) mengenai ‘kemenangan penuhnya’. Setelah itu, istana kembali dibangun, namun bangunan yang Minikh minta bagian bawahannya tetap dijaga. Setelah dikuasai oleh Rusia, istana Bakhchisarai sering dikunjungi oleh orang-orang monarki Rusia. Catherine yang Agung menghabiskan tiga hari di sini. Sebagai tanda kunjungannya, sebuah rambu jalan diciptakan, disebut “Perjalanan Catherine”, menandakan perjalanan sang permaisuri dari Sankt Peterburg ke Krimea.
Salah satu monumen paling terkenal di wilayah istana adalah Air Mancur Tangisan. Menurut legenda, Qirim Giray Khan memerintahkan untuk membangun air mancur tersebut untuk mengenang kekasihnya Dilyara Bikech dan menempatkannya di makamnya. Tetesan air mancur menyimbolkan tangisan kesedihan dan mangkuknya mewakili kesedihan di hati.
Pada 1787, tidak lama sebelum kunjungan Catherine yang Agung, air mancur tersebut dipindahkan ke lapangan dengan bangunan serupa lainnya. Pada 1820, penyair Rusia Alexander Pushkin mengunjungi Bakhchisarai. Beberapa tahun kemudian ia menulis puisi berjudul The Bakhchisarai Fountain (Air Mancur Bakhchisarai): “Air mancur cinta, air mancur yang hidup!/Aku membawakanmu dua bunga sebagai hadiah…” Hingga saat ini, sesuai tradisi, setiap hari dua bunga diletakkan di air mancur tersebut.
Selanjutnya Alexander I, Alexander III, dan, pada 1912, Nicholas II datang mengunjungi istana. Monumen peringatan untuk para tsar Rusia masih berdiri hari ini. Pada 1913, saat peringatan 300 tahun Wangsa Romanov, penduduk Bakhchisarai membangun sebuah air mancur, yang menjadi awal dibentuknya monumen-monumen serupa untuk peringatan tersebut.
Seperti diketahui, Republik Krimea adalah negara Federasi Rusia yang mengklaim sebagian besar Semenanjung Krimea di Laut Hitam. Wilayah ini dulunya dikenal sebagai Republik Otonom Krimea sampai disatukan dengan kota Sevastopol. Kedua wilayah ini kemudian menyatakan kemerdekaannya dari Ukraina sebagai satu bangsa yang bersatu.
Bangsa ini kemudian meminta bergabung dengan Rusia dan diterima secara terpisah: satu untuk Republik Otonom Krimea dan satu lagi untuk Sevastopol. Subjek federal ini sebenarnya sama seperti bekas Republik Otonom Krimea, namun kali ini merupakan subjek federal Rusia alih-alih republik otonom Ukraina. Penggabungan ini diratifikasi oleh Presiden Vladimir Putin melalui pengesahan Perjanjian Adopsi pada tanggal 21 Maret 2014. (AL)
Catatan: Artikel ini merupakan adaptasi dari artikel di website Islamindonesia.com, berjudul “Mengintip Istana Peninggalan Budaya Islam di Republik Krimea”, diakses 22 Desember 2017.
Catatan kaki:
[1] Populasi masyarakat di Krimea berjumlah 2.2 juta jiwa pada tahun 2014, yang dihuni oleh beberapa etnis, diantaranya: Rusia (58.3%), Ukraina (24.3%), Tatar Krimea (12,1%) Belarussia (1.4%), Armenia, Bulgaria, Jerman, Yunani, dan Karaim. Lihat, http://unpo.org/members/7871, diakses 20 Januari 2018
[2] Lihat, http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/03/siapakah-orang-tatar, diakses 20 Januari 2018
[3] Lihat, https://id.rbth.com/discover_russia/2017/07/04/mengenal-istana-bakhchisarai-peninggalan-budaya-islam-tatar-krimea_qyx795672, diakses 21 Januari 2018
[4] Ibid
[5] Lihat, https://archnet.org/, diakses 21 Januari 2018
[6] Lihat, https://id.rbth.com/discover_russia/2017/07/04/mengenal-istana-bakhchisarai-peninggalan-budaya-islam-tatar-krimea_qyx795672, Op Cit