“Sumber pertumbuhan radikalisme dan ekstremisme dalam masyarakat Muslim di luar negeri adalah perilaku Amerika sendiri yang gemar mengeksploitasi negara-negara Islam.”
–O–
The Wall Street Journal pernah mendeskripsikan John Esposito sebagai “otoritas dan penafsir utama Islam di Amerika” (America’s foremost authority and interpreter of Islam). Dia juga pernah menjadi Presiden Asosiasi Studi Timur Tengah (Middle East Studies Association/MESA) di Amerika Serikat (AS). Saat ini dia mengajar di Universitas Georgetown, AS, dengan dua titel akademik, yaitu Professor di bidang Agama dan Urusan Internasional, dan Professor di bidang Studi Islam.[1] Di luar itu, dia juga menjadi pimpinan di sebuah lembaga yang bernama Center for Muslim-Christian Understanding, sebuah lembaga yang mempromosikan dialog antara orang-orang Muslim dan Kristen.[2]
Esposito mendapatkan gelar PhD-nya dari Universitas Temple pada tahun 1974 dengan bidang studi Studi Islam. Dia kemudian menjadi professor di College of the Holy Cross, sebuah sekolah Jesuit kecil di Massachusetts, di mana dia menghabiskan dua puluh tahun pertama karir akademis profesionalnya. Dari sana, dia pindah ke Universitas Georgetown. Dia telah menulis lebih dari dua lusin buku yang berfokus pada tema hubungan Islam dengan politik dan hak asasi manusia.[3]
Dia kemudian menjadi pemimpin redaksi Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, sebuah ensiklopedi tentang Islam yang membahas masyarakat Islam mulai dari wilayah Arab, Asia Selatan, Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika. Di dalam ensiklopedi yang memiliki empat jilid tersebut, terdapat lebih dari 750 artikel.[4] Sebagai warga negara AS, dia juga diangkat oleh Departemen Luar (Deplu) Negeri AS untuk menjadi konsultan dalam bidang Dunia Keislaman. Bukan hanya di Deplu, dia juga menjadi konsultan di berbagai universitas dan perusahaan di seluruh dunia.[5]
Esposito memiliki argumen ilmiah yang menolak stereotipe bahwa Islam identik dengan kekerasan, dia berpendapat bahwa dunia Muslim sebenarnya terus mengalami kemajuan menuju reformasi demokratis. “Demokrasi Islam mungkin dapat menciptakan sistem partisipasi populer yang efektif, tidak seperti model Westminster atau Sistem Amerika,” katanya. Menurut Esposito, model Westminster dan Sistem Amerika justru cenderung bersifat etnosentris. Pada tahun 1994 Esposito pernah membuat tulisan yang memperkirakan bahwa kebebasan dan demokrasi akan terus berkembang di dunia Islam, “demokratisasi di Dunia Muslim berlangsung melalui eksperimen dan tentu saja melibatkan sukses dan gagal. Transformasi monarki feodal ke negara-negara demokrasi di dunia Barat juga membutuhkan waktu—Hari ini kita menyaksikan transformasi historis dunia Muslim,” kata Esposito.[6]
Sebelum peristiwa serangan ke menara kembar WTC terjadi pada tahun 2001 (9/11), Esposito pernah memprediksikan bahwa kelompok Islam fundamentalis dan pemerintah di negara-negara Arab akan menolak kekerasan dan dengan demikian mereka tidak akan menjadi ancaman bagi Amerika Serikat. Istilah “fundamentalisme”, kata Esposito, “sarat dengan persepsi Kristen dan stereotipe Barat. Istilah yang lebih tepat adalah ‘kebangkitan Islam’ dan ‘aktivisme Islam’, yang mana lebih netral dan memiliki akar dalam tradisi reformasi politik dan aksi sosial.”[7]
Menurut Esposito, mereka yang menuduh bahwa gerakan Islam itu identik dengan radikalisme dan terorisme, melakukannya hanya untuk agenda kepentingan politik praktis, “(isu itu) menjadi dalih yang tepat untuk menghancurkan oposisi politik.” Gerakan Islam itu, dia menjelaskan, “tidak selalu anti-Barat, anti-Amerika, atau anti -demokrasi.” Selain itu, dia menolak fakta bahwa negara-negara yang telah mengadopsi hukum Islam, bahwa sebagian besarnya merupakan negara-negara totaliter yang gemar mengekspor terorisme dan sering melanggar hak asasi manusia warganya. “Bertolak belakang dengan apa yang telah disarankan beberapa orang,” tulisnya, “Amerika Serikat seharusnya tidak secara prinsip menolak penerapan hukum Islam atau keterlibatan aktivis Islam dalam pemerintahan.”[8]
Kemudian peristiwa 9/11 terjadi, Esposito mencoba menelesuri akar penyebabnya, dan dia berkesimpulan bahwa penyebabnya bukanlah ekstremisme Islam fanatik, melainkan berasal dari perilaku AS sendiri yang suka mengeksploitasi negara-negara Muslim. Dia memberikan saran kepada warga AS, “untuk melihat keluhan-keluhan terdekat, bukan untuk membenarkan apa yang dilakukan teroris, tetapi untuk dapat menilai, ketika seseorang (AS) dapat mendorong sebuah kondisi pertumbuhan radikalisme dan ekstremisme dalam masyarakat di luar negeri. Ada keluhan nyata; itu bukan seolah-olah kita berurusan dengan sekelompok orang gila…. Seseorang perlu bertanya mengapa…. apakah seseorang seperti Osama bin Laden mengadopsi suatu ajaran tertentu? Dia melakukannya karena beberapa hal yang dia anggap adalah masalah nyata yang ada di dunia Muslim dan sumber nyata dari anti-Amerikanisme juga.”
Namun beberapa kalangan menilai bahwa pembelaan Esposito terhadap yang mereka anggap sebagai radikalisme dalam Islam hanya karena Esposito memiliki kedekatan dengan kalangan keluarga kerajaan Arab Saudi dan mendapat sejumlah dana dari mereka. “Di sini metode Esposito diletakkan terbuka: berkat sponsornya, uang Saudi mensubsidi produk akademis AS yang dimaksudkan untuk memperbaiki citra Wahhabisme, interpretasi fundamentalis paling ekstrem terhadap Islam di zaman modern, dan inspirator dari apa yang disebut radikal “Salafi”, dari Ikhwanul Muslimin melalui gerakan jihadis Asia Selatan yang didirikan oleh Abul Ala Mawdudi kepada al-Qaeda,” kata Stephen Schwartz, direktur eksekutif lembaga Center for Islamic Pluralism, sebuah lembaga think tank di AS yang mencoba mendorong dan merangkul Muslim AS moderat agar dapat lebih beradaptasi di AS.[9] Wallahu a’lam. (PH)
Bersambung ke:
Catatan Kaki:
[1] “John Esposito”, dari laman http://www.discoverthenetworks.org/individualProfile.asp?indid=2197, diakses 30 April 2018.
[2] John L Esposito, “The Center for Muslim-Christian Understanding: History and International Affairs”, jurnal terbitan The Center for Muslim-Christian Understanding, tanpa tanggal.
[3] “John Esposito”, Ibid.
[4] “Review: The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World: 4-Vol. Set”, dari laman https://www.goodreads.com/book/show/1277158.The_Oxford_Encyclopedia_of_the_Modern_Islamic_World, diakses 30 April 2018.
[5] “John Esposito”, Ibid.
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Stephen Schwartz, “John L. Esposito: Apologist for Wahhabi Islam”, dari laman https://www.meforum.org/articles/2011/john-l-esposito-apologist-for-wahhabi-islam, diakses 30 April 2018.