“Doktrin sejarah Amerika mengatakan, bahwa Columbus-lah atau bangsa Eropa-lah yang dengan sengenap kisah heroik perlayarannya, berhasil menemukan orang-orang asli Amerika yang terkatung-katung sendirian di tengah benua raksasa bernama Amerika, dan membuka masa isolasi puluhan milenia suku asli Amerika dengan dunia luar.”
—Ο—
Tentang kapan tepatnya kaum Muslimin menginjakkan kakinya pertama kali di Benua Amerika, hingga kini masih menjadi perdebatan. Meski berbagai bukti dokumentasi maupun arkeologi sudah dipaparkan, namun belum ada satupun pendapat yang disetujui secara aklamasi. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa bisa saja terkuaknya masalah ini, akan berdampak jauh pada struktur narasi sejarah Amerika Serikat khususnya, dan benua Amerika umumnya.
Namun demikian, bantahan para arkeolog terkait hasil penemuan Barry Fell yang kemudian di populerkan oleh Dr. Youssef Mroueh dianggap masih belum ajeg. Hasil penelitian Fell dianggap sebagai “halusinasi” dan semi akademis, salah satunya, karena lebih bertumpu pada analisis Epigrafi.[1] Meskinpun Epigrafi[2] tersebut diambil dari sumber arkelogis yang otentik.
Dalam publikasinya tentang equinox-project, Barry Fell juga mengatakan bahwa Epigrafi memang bukan sains sebagaimana antropologi dan arkeologi. Hal ini disebabkan terjemahan atas tulisan kuno yang menempel dibatu-batu purba itu memang tidak dapat diukur ataupun ditimbang. Lebih dari itu, teks zaman kuno sering kali diselimuti metafora. Kata-kata sederhana saja, bisa memiliki beberapa makna yang sering rumit. Sehingga tidak jarang, terjemahan literal terdengar mirip dengan omong kosong.[3]
Namun demikian, Bell menambahkan, “Epigrafi lebih berkaitan dengan kemampuan membaca dan memahami pesan dan gambar yang diciptakan pada zaman dahulu. Kebanyakan arkeolog menemukan bahan epigrafi pada satu waktu atau lain dalam pekerjaan lapangan namun tetap bingung dengan gagasan bahwa budaya dan masyarakat kuno yang sejarahnya tidak dikenal dapat berkomunikasi dengan pesan tertulis. Dalam kasus petroglyphs Inyo County di California, beberapa pengetahuan yang diperlukan tentang metafora yang tepat diketahui dan diterapkan dengan benar. Hasilnya sangat mendalam.”[4]
Sebagai contoh, berikut ini adalah salah satu petroglyph yang ditemukan di Inyo County, California. Dari hasil gambar ini, kemudian Barry Fell mengkonsultasikan sketsa tersebut dengan Roderick L. Schmidt agar dianalisis dari perspektif Epigrafi. Dan hasilnya cukup pengejutkan. Tapi yang terpenting, hasil ini dapat secara gamblang dipahami oleh orang awam seperti kita, tanpa perlu memperdebatkannya lebih jauh secara ilmiah.
Ketika pada tahun 2014 Erdogan memberikan pernyataan kontroversial tentang keberadaan kaum Muslimin di Benua Amerika sebelum Colombus, banyak artikel di media massa Amerika Serikat mengecamnya. Secara umum mereka menilai bahwa pernyataan Erdogan lebih sebagai sebuah taktik seorang politisi untuk meraih pamor di dunia Muslim, ketimbang ungkapan seorang ilmuwan yang bisa dipertanggungjawabkan. Umumnya mereka meminta bukti arkelologis tentang klaim yang dilontarkan oleh Erdogan, dan menegasikan klaim dokumentasi dari dunia Muslim seperti yang telah dikemukakan oleh Dr. Youssef Mroueh. Tapi ketika muncul bukti arkeologis dari Barry Fell, yang mereka digugat dari temuan Fell adalah metodologi saintifik yang mereka ragukan keabsahannya.[5]
Pada prinsipnya, sebenarnya tidak ada masalah bila fakta menyebutkan umat Islam sudah datang ke benua Amerika sejak abad 16 sebelum Colombus. Tapi ketika muncul fakta lain yang menyebutkan bahwa umat Islam sudah bolak-balik ke benua Amerika sejak abad ke 8 masehi, ini menjadi masalah. Bangsa Amerika adalah bangsa yang besar. Narasi tentang kehebatan mereka sudah dibangun secara apik dan diajarkan pada anak-anak sekolah bahkan ke seluruh dunia. Salah satu kebanggaan yang diajarkan itu adalah Colombus yang membuka masa isolasi puluhan milenia suku asli Amerika dengan dunia luar. Colombus-lah atau bangsa Eropa-lah yang dengan sengenap kisah heroik perlayarannya, berhasil menemukan orang-orang asli Amerika yang terkatung-katung sendirian di tengah benua raksasa bernama Amerika.[6]
Klaim historis ini, dengan sangat luar biasa memikat dan melahirkan rasa kepemilikan dalam diri mereka akan benua yang mereka temukan ini. Dan yang paling mencolok adalah munculnya perasaan superioritas kaum pendatang ini di atas penduduk yang sudah menetap lama sebelumnya. Warna kebangsaan jenis ini sangat kental terlihat pada masa pemilihan presiden Amerika terakhir. Dimana Donald Trump dengan tanpa malu memamerkan sikap chauvistik dan rasis nya di antara kelompok lain, tapi ternyata berhasil memenangi Pilpres Amerika. Kontroversipun kian menyeruak ketika Trump di awal-awal kepemimpinannya langsung mengeluarkan kebijakan melarang beberapa negara Muslim memasuki Amerika. Seketika gugatan atas klaim historis inipun muncul kembali.
Ameen Izadeen dalam sebuah artikelnya menyatakan bahwa kebijakan ini jelas tidak berprikemanusiaan. Ia juga mengingatkan bahwa umat Islam di Amerika sudah mengalami diskriminasi di Amerika sejak lama sekali, terlebih sejak peristiwa peledakan gedung WTC pada September tahun 2001. Islamophobia menyebar luas di Amerika. Aksi kriminalitas dan kekerasan kepada umat Muslim terjadi sebanyak 257 kali selama tahun 2015 saja. Padahal fakta menunjukkan bahwa umat Islam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah panjang Amerika. Dalam artikelnya, klaim-klaim historis yang pernah dikemukakan oleh Dr. Youssef Mroueh dan Prof. Barry Fell mengemuka kembali.[7]
Bila diperhatikan, kontroversi seputar masuknya Islam ke Amerika hanya terjadi pada waktu isu ini berjalin kelindan dengan isu politik. Seperti ketika Erdogan mengungkapkan ini pada tahun 2014 di Kuba, atau ketika Donald Trump memberlakukan pelarangan masuk kepada beberapa Negara Muslim. Bagi yang sependapat dengan argumentasi Dr. Youssef Mroueh dan Prof. Barry Fell, ini soal eksistensi. Tapi bagi yang menolaknya ini soal supremasi.
Bila kita menilik sejarah, selama ratusan tahun Eropa menjajah Asia dan Afrika, namun tak satupun dari wilayah tersebut yang pada akhirnya menjadi “Eropa”. Tapi lain halnya di Amerika. Benua raksasa ini menjadi hadiah tak terbantahkan dari upaya keras strategi imperialism dan kolonialisme yang berlangsung selama berabad-abad. Dengan alasan “menemukan”, di tempat ini, bangsa Eropa memusnahkan identitas sebuah peradaban, dan membangun kembali sebuah identitas baru dari awal. Narasi tentang Columbus telah menjadi satu legitimasi tak terbantahkan atas klaim mereka terhadap benua raksasa ini. Sedang suku-suku yang lebih awal menghuni tanah tersebut, hanya disisakan ruang di sudut sepi sejarah untuk menjadi ornament pelengkap eksotisme kebudayaan Amerika. Maka tidak mengherankan bila munculnya gugatan atas klaim historis ini mendapat kecaman yang begitu keras, bahkan sejak dari dunia akademis. (AL)
Selesai…
Sebelumnya:
Catatan kaki:
[1] Epigrafi (dari bahasa Yunani: ἐπιγραφή epi-graphē, berarti “tulisan”, “prasasti”) adalah suatu cabang arkeologi yang berusaha meneliti benda-benda bertulis yang berasal dari masa lampau. Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Epigrafi, diakses 14 Januari 2018
[2] Lihat, historynewsnetwork.org/article/23662 , diakses 14 Februari 2018
[3] Lihat, http://www.equinox-project.com/epigraphy.htm, diakses 30 Januari 2018
[4] Ibid
[5] Salah satu keberatan dari para ahli tersebut berbunyi seperti ini: “Fell’s claims though have been ridiculed by professional archaeologists. They were enraged by his claims, deriding not only his findings, but his inflexible and rigid presentation of them, without the usual caution that characterizes academic pronouncements. Fell’s methods came into question, as detractors noted: “His claims for scientific rigour might hold for marine biology, but when it comes to archaeological interpretation, he ignored the usual rules of evidence.” (Keith Fitzpatrick-Matthews, Cult and Fringe). Lihat, historynewsnetwork.org/article/23662 , diakses 14 Februari 2018
[6] Lihat, Rebecca Fachner, “Did Muslims Visit America Before Columbus?”, http://historynewsnetwork.org/article/23662, diakses 14 Februari 2018
[7] Lihat, Ameen Izadeen, “Muslim Came to America Before Columbus”, http://www.dailymirror.lk/article/Muslims-came-to-America-before-Columbus-123208.html, diakses 14 Februari 2018