Masjid Syeikh Karim al Makdum: Masjid Tertua di Filipina

in Arsitektur

Berdasarkan catatan yang tertera di salah satu foto klasik masjid tersebut, masjid ini didirikan pada tahun 1380 M, atau lebih tua dari sejumlah masjid kuno di Nusantara, seperti Masjid Wapauwe di Maluku yang didirikan pada tahun 1414; Masjid Ampel di Surabaya yang didirikan pada tahun 1421; dan Masjid Agung Demak yang didirikan pada tahun 1474.

—Ο—

 

 

Masjid Syeikh Karim Al Makdum yang dianggap sebagai masjid tertua di Filipina. Sumber gambar: beautifulmosque.com

 

Filipina merupakan negara kepulauan yang terletak di salah satu jalur pelayaran terpenting dunia, yaitu Laut Cina Selatan. Sebagaimana Nusantara, Filipina juga sudah akrab dilalui oleh para pelancong dari berbagai penjuru dunia. Bila merujuk pada hasil penelitian mutahir terkait jalur kayu manis (Cinnamon Route) dan jalur rempah-rempah (Spice Route) yang tulis oleh Charles E.M. Pearce & Frances M. Pearce, sangat mungkin Filipina sudah dikenal dunia sejak 3000 tahun yang lalu.[1] Karena wilayah kepulauan Filipina merupakan jalur lalulintas yang pasti dilalui oleh pedagang dari Maluku ke China yang melintasi Selat Sulawesi, dan dari Selat Malaka yang melintasi Laut Cina Selatan.

Pada masa masuknya Islam ke Asia Tenggara sekitar abad 13 M, Kepulauan Filipina juga tak luput dari pengaruh dakwah para mubalikh Muslim yang datang dari Arab. Konon, Islam sempat menyebar di Filipina – khususnya bagian selatan – akibat pengaruh dari kerajaan Brunei. Tapi sejak masuknya penjajahan Spanyol pada sekitar tahun 1575, lambat laut komunitas Muslim di Negara tersebut menyusut, dan masyarakat beralih memeluk agama Kristen. Saat ini, komunitas Muslim Filipina masih tersisa cukup besar di wilayah Filipina Selatan.[2]

Keberadaan umat Islam di wilayah selatan Filipina ini terbilang sudah sangat lama, bahkan bisa dikatakan setua masyarakat Muslim di kawasan Asia Tenggara lainnya. Salah satu jejak peninggalan Islam paling monumental dan bersejarah di negara bekas kekuasaan Raja Philip tersebut adalah Masjid Syeikh Karim al Makdum, yang terletak di Desa Barangay Tubig Indangan, Kabupaten Simunul, Propinsi Tawi-Tawi, Filipina Selatan.[3]

 

Propinsi Tawi-Tawi merupakan salah satu dari empat wilayah yang di masa pemerintahan Aquino ditetapkan sebagai Autonomous Region In Muslim Mindanao (ARMM), atau wilayah otonomi Muslim Mindano.[4] Sebagaimana status yang disandangnya, propinsi Tawi-Tawi dihuni oleh mayoritas masyarakat beragama Islam. Khusus masyarakat di Desa Barangay Tubig Indangan, Kabupaten Simunul, Propinsi Tawi-Tawi, Filipina Selatan, mereka meyakini bahwa di daerah inilah untuk pertama kalinya Islam masuk ke Filipina. Dan Masjid Syeikh Karim al Makdum adalah salah satu monumen yang melegitimasi klaim tersebut.

 

Prasasti yang mengisahkan sejarah pendirian masjid Syeik Karim al-Makdum pada 1380 M, dan sekaligus awal mula masuknya Islam di Filipina. Sumber gambar: beautifulmosque.com

Berdasarkan catatan yang tertera di salah satu foto klasik masjid tersebut, masjid ini didirikan pada tahun 1380 M, oleh pelancong dari tanah Arab, bernama Syeikh Karim al Makdum. Sebelum pindah ke Tawi-Tawi, beliau di perkirakan sempat ke Malaka, Johor, lalu terakhir ke Tawi-Tawi.[5]  Bila merujuk dari tahun dibangunnya, usia masjid ini ternyata lebih tua dari sejumlah masjid kuno di Nusantara, seperti Masjid Wapauwe di Maluku yang didirikan pada tahun 1414;[6] Masjid Ampel di Surabaya yang didirikan pada tahun 1421[7]; dan Masjid Agung Demak yang didirikan pada tahun 1474.[8]

Foto klasik Masjid Syeikh Karim al Makdum yang menempel di dinding masjid menerangkan bahwa masjid tersebut didirikan pada tahun 1380 M. Sumber gambar: edpuno.com

Menurut cerita masyarakat setempat, Syeikh Karim al Makdum adalah salah satu dari tujuh bersaudara yang datang ke Pulau Simunul di Tawi-Tawi dengan menggunakan sampan. Di antara tujuh bersaudara tersebut, Syeikh Karim al Makdum adalah yang pertama datang ke Filipina. Dia bertemu penduduk asli Tawi-Tawi, memperkenalkan Islam dan menjadikan agama tersebut diterima di sana. Masyarakat juga mengisahkan, “bahwa kedatangan Syeikh Karim al Makdum ke Filipina berbeda dari Magelhaens, utusan kerajaan Spanyol yang datang ke Filipina 150 tahun setelahnya. Syeikh datang dengan damai, tanpa baju besi. Dia datang hanya dengan membawa iman kepada Allah. Kemudian beliau membawa masyarakat yang sebelumnya memeluk agama pagan kepada cahaya; menjadikan mereka lebih damai dan bermoral.”[9]

Menara Masjid Syeikh Karim al Makdum yang menunjukkan design arsitektur klasik bergaya Timur tengah. Sumber gambar: beautifulmosque.com

Saat ini, Masjid Syeikh Karim al Makdum sudah mengalami beberapa kali renovasi. Tapi beberapa konstruksi asli masih bisa ditemukan di tempat tersebut. Salah satu yang paling mengesankan adalah 4 pilar yang dipercaya sebagai pilar pertama yang menopang rangka bangun masjid tersebut. Pilar ini memuat sejumlah ukiran yang sudah tidak terlalu jelas. Hasil penelitian dari Museum Nasional Filipina telah mengkonfirmasi bahwa pilar-pilar yang ditemukan di dalam masjid ini sebenarnya berasal dari abad ke-17. Meski begitu, masyarakat tetap mensakralkan 4 pilar tersebut dan percaya bahwa pilar ini sebagai peninggalan dari Syeikh Karim al Makdum ketika membangun masjid tersebut di tahun 1380 M.

Empat pilar yang dipercaya sebagai konstruksi awal masjid di tahun 1380 M. Sumber gambar: beautifulmosque.com

 

Ukiran di salah satu Pilar. Sumber gambar: beautifulmosque.com

Pada tahun 1965, mending Presiden Ferdinand Marcos pernah mengunjungi masjid ini dan menyatakan secara resmi bahwa masjid tersebut adalah yang tertua di Filipina. Pada tahun 2006, Masjid Syeikh Karim al Makdum resmi ditetapkan oleh senat Filipina sebagai kekayaan budaya nasional Filipina, dan sebagai National Historical Landmark oleh Komisi Sejarah Nasional.[10]

Syeikh Karim al Makdum wafat di tempat tersebut, dan dimakamkan di areal pemakaman yang terletak di belakang masjid yang didirikannya. Untuk mengenang jasa dan perjuangan beliau, pemerintah wilayah otonomi Muslim (ARMM) menjadikan tanggal 7 November sebagai hari libur bagi seluruh Negara bagian ARMM (Basilan, Sulu, Tawi-Tawi, Maguindanao, dan Lanao del Sur). Mereka menamai hari tersebut sebagai Karim’ul Makhdum Day. [11] (AL)

 

Areal Makam Syeikh Karim al Makdum. Sumber gambar: edpuno.com

 

Areal Makam Syeikh Karim al Makdum. Sumber gambar: edpuno.com

 

Catatan kaki:

[1] Lihat, Charles E.M. Pearce & Frances M. Pearce, Oceanic Migration: Paths, Sequence, Timing and Range of Prehistoric Migration in the Pacific and Indian Oceans. Springer: London-New York, 2010, Hal. 75-81

[2] Berdasarkan salah satu artikel di Republika, Islam pernah berjaya di Filipina selama beberap dekade, bahkan sempat menjadi agama mayoritas, hingga akhirnya, kini hanya tersisa sekira 5.1 juta Muslim berdasarkan sensus 2010, atau 11 persen dari total keseluruhan populasi negara tersebut.  Lihat, Inilah Masjid Tertua yang Dibangun di Filipina, https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/10/18/nwe63y320-inilah-masjid-tertua-yang-dibangun-di-filipina, diakses 25 September 2018

[3] Lihat, Tawi-tawi celebrates Karim’ul Makhdum Day, http://www.mindanews.com/peace-process/2016/11/tawi-tawi-celebrates-karimul-makhdum-day/, diakses 25 September 2018

[4] Autonomous Region in Muslim Mindanao (ARMM) solusi yang ditawarkan oleh pemerintahan Aquino untuk meredam upaya separatisme Moro National Liberation Front (MNLF/MILF). Wilayah otonomi tersebut terbentuk pada tahun 1989, berdasarkan The Organic Act for the Autonomous Region in Muslim Mindanao (RA 6734). Dalam Undang-Undang tersebut, hanya empat provinsi yang termasuk dalam kesepakatan, yaitu Maguindanao, Lanao del Sur, Sulu dan Tawi-Tawi. Saat ini, masuk juga Basilan (tidak termasuk Kota Isabela) sebagai salah satu wilayah ARMM. Lihat, ARMM history and organization, http://www.gmanetwork.com/news/news/content/112847/armm-history-and-organization/story/, diakses 25 September 2018

[5] Lihat, Tawi-tawi celebrates Karim’ul Makhdum Day, http://www.mindanews.com/peace-process/2016/11/tawi-tawi-celebrates-karimul-makhdum-day/, Op Cit

[6] Masjid tertua di Maluku ini dibuat dari gaba-gaba (pelepah sagu yang dikeringkan) dan beratapkan daun rumbia. Meski sudah sangat tua, Masjid Wapauwe masih digunakan untuk tempat beribadah. Masjid ini berbentuk bujur sangkar. Konstruksi bangunan induknya dirancang tanpa memakai paku atau pasak pada setiap sambungan kayu. Lihat, Kompas.com dengan judul “Inilah 4 Masjid Tertua di Indonesia”, https://travel.kompas.com/read/2017/05/31/040400427/inilah.4.masjid.tertua.di.indonesia, diakses 25 September 2018

[7] Masjid kuno ini terletak di Kelurahan Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Masjid ini didirikan pada 1421 oleh Sunan Ampel dengan luas 120×180 meter persegi. Masjid ini dikelilingi bangunan dengan arsitektur gabungan Tiongkok dan Arab. Di samping kiri halaman masjid, terdapat sebuah sumur yang diyakini bertuah. Lihat, Ibid

[8] Masjid Agung Demak dipercaya menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa, alias Wali Songo. Lihat, Ibid

[9] Lihat, Visit to the Oldest Mosque in the Philippines: Sheikh Karim-ul Makhdum Mosque in Tawi-Tawi, http://www.edpuno.com/2017/02/oldest-mosque-in-the-philippines-sheikh-karimul-makhdum-mosque-tawi-tawi.html, diakses 26 September 2018

[10] Lihat, Sulu, North Borneo Sultan Hails Senate Bill Declaring RP’s Oldest Mosque As National Shrine, https://zamboangajournal.wordpress.com/2006/11/28/sulu-north-borneo-sultan-hails-senate-bill-declaring-rps-oldest-mosque-as-national-shrine/, diakses 25 September 2018

[11] Lihat, Tawi-tawi celebrates Karim’ul Makhdum Day, http://www.mindanews.com/peace-process/2016/11/tawi-tawi-celebrates-karimul-makhdum-day/, Op Cit

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*