Masjid Tertua di China

in Arsitektur

Masjid Raya Guangzhou, atau dikenal juga dengan Masjid Huaisheng Mosque atau Masjid Guangta yang berarti Masjid Menara Cahaya, berdiri pada tahun 630 M, pada masa kekaisaran Dinasti Tang di China, atau semasa Kekhalifahan Usman bin Affan di dunia Islam. Melihat dari tahun pembangunannya, dapat dikatakan bahwa ini adalah masjid tertua di China dan Asia Timur, bahkan salah satu masjid tertua di dunia yang hingga hari ini masih berdiri.

Berdasarkan laporan dari Manuskrip tahun 1206, masjid ini dibangun oleh sahabat Nabi SAW yang bernama Sa’ad bin Abi Waqqas, yang berlayar ke China pada tahun 630 M dari Habasha (sekarang Ethiopia). Dikabarkan Sa’ad bin Abi Waqqas datang ke China bersama 3 sahabat lainnya, dengan memperkenalkan agama Islam kepada Kaisar, dan Kaisar menyambut baik kunjungan ini. Akhirnya kaisar memperkenankan delegasi Muslim tersebut untuk membangun Masjid ini, disamping sebagai monument penghormatan kepada Rasulullah SAW.

Masjid ini secara keseluruhan dibangun kembali pada tahun 1350 pada masa Dinasti Yuan oleh Kaisar Zhizheng (1341-1368). Pada akhir abad ke 15, Masjid ini sempat mengalami kebakaran yang cukup hebat, sehingga mengalami renovasi kembali pada tahun 1695 pada masa Dinasti Qing oleh Kaisar Kangzi. Masjid ini sangat identik dan terkenal dengan menaranya yang khas. Berbeda dengan kebanyakan menara di China umumnya yang berbentuk pagoda, menara ini memiliki sentuhan arsitektur Timur Tengah dengan kubah di atasnya.

Masjid Raya Guangzhou besarta Menara Cahaya yang menampilkan perpaduan arsitektur China dan Arabia. (Photo: archnet.org)

Masjid ini berdiri di areal komplek seluas 3000 meter persegi dan membentang di sepanjang  sumbu utara-selatan, dengan model khas China. Gerbang masuk masjid berada di Jalan Guangta di sebelah Utara, masuk menuju ke Selatan. Gerbang ini terbuat dari bata merah dengan atap berwarna hijau. Komplek Masjid terdiri dari koridor yang berbentuk “U”, di tengah-tengahnya terdapat halaman dengan menara besar di Utara, yang dibagian ujung tengahnya merupakan aula Sholat.

Areal masjid di lihat dari Menara Cahaya. (Photo: archnet.org)

Dari gerbang utama, pengunjung akan melalui sebuah halaman sempit yang ditutupi dinding yang terbuat dari batu bata merah yang menuju ke gerbang dalam. Gerbang monumental ini disebut “Menara Bangke”. Dibangun dengan struktur kayu di dalamnya, kemudian dilapisi oleh bata merah di bagian luarnya. Menara gerbang ini memiliki plakat inskripsi dalam bahasa China yang berbunyi: “Agama yang sangat menghargai ajaran yang dibawa dari Wilayah Barat.” Adapun koridor berbentuk “U” dimulai di kedua sisi pintu gerbang ini dan membungkus halaman dalam menghadap aula tempat sholat.

Bagian bawah Menara Bangke. (Photo: archnet.org)
Inkripsi yang terdapat di bagian atas Menara Bangke. (Photo: archnet.org)

Aula sholat dibangun kembali pada tahun 1935. Sebuah serambi terbuka mengelilingi sisi utara, timur dan selatan dari ruang sholat. Ketika bangunan itu direnovasi, pintu masuk utamanya dipindahkan dari timur ke selatan aula sehingga langsung menghadap ke halaman selatannya. Mihrab ditempatkan di ceruk semi-lingkaran yang dangkal yang menghadap ke arah tembok bagian barat.

Adapun Menara Cahaya yang merupakan identitas dari masjid ini berbentuk silinder dilengkapi dengan tangga dalam yang digunakan untuk naik. Tipe arsitektur menara ini merupakan salah satu contoh awal arsitektur Islam di China, yang berusaha mengintegrasikan gaya arsitektur Arab dengan gaya arsitektur lokal, tingginya mencapai 36 meter dengan pondasi sedalam 10 meter. Di bagian atas menara terdapat balkon yang kerap digunakan sebagai tempat adzan. Uniknya menara ini juga digunakan sebagai suar untuk menuntun kapal yang berlayar di Sungai Zhujiang pada malam hari. Pada masa lalu, suar yang terdapat di Menara Cahaya ini, dijadikan oleh para pelaut sebagai penanda bahwa mereka telah tiba di permulaan “jalan sutra maritim”. Sementara balkonnya sendiri beratapkan sebuah kubah berbentuk labu, yang menjadi identitas arsitektur Arabia.

Menara Cahaya tampak dari dekat, dengan jendela kecil yang menghiasi dindingnya tersusun secara spiral ke atas. (Photo: archnet.org)

Di dalam menara ini terdapat dua tangga yang berfungsi sebagai sarana pendakian menuju ke balkon. Struktur tangga seperti ini tidak dikenali di China sebelum Dinasti Song. Sedang dari luar, menara ini dihiasi oleh jendela-jendela yang tersusun membentuk spiral ke atas menara. Pada waktu rekonstruksi tahun 1350, di menara ini ditambahkan sebuah inkripsi yang menyatakan: “Di bawah awan putih dan di mana gunung berubah, terjadilah sebuah pagoda batu yang brilian dengan gaya Wilayah Barat. Diserahkan oleh Kaisar Gaozu dari Tang dinasti sampai sekarang, gayanya tidak dikenal di Wilayah Tengah,” menunjukkan tanggal penyelesaian antara tahun 650 sampai 700. Sampai saat ini, Menara Cahaya adalah struktur tertinggi di Guangzhou dan berfungsi sebagai landmark utama di kota ini. Selain itu, di areal kompleks masjid ini juga terdapat tempat tinggal bagi Imam, paviliun untuk menyimpan kitab-kitab, dan area wudhu, semuanya disusun dalam gaya pagoda yang terbuka dengan atap yang dipahat dan ubin tradisional yang selaras dengan konstruksi atap aula masjid dan gaya konstruksi Gerbang Dalam. (AL)

Catatan : Artikel ini diadaptasi dan diterjemahkan secara bebas dari artikel Huaisheng Mosque pada situs: https://archnet.org/sites/3970#, diakses 23 Oktober 2017

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*