Memahami Zionisme (4): Siapa “Kanaan” di dalam Alkitab?

in Studi Islam

Last updated on December 27th, 2017 09:12 am

“Istilah ‘Kanaan’ mengacu kepada seluruh tempat di Palestina Barat, maka yang disebut dengan ‘orang-orang Kanaan’ sebenarnya tidak mengacu kepada etnis tertentu, melainkan kepada banyak etnis yang ada sebelum masa Israel Kuno.”

–O–

Pada artikel bagian kedua, kita sempat membahas dasar-dasar biblikal Zionisme untuk mengambil alih tanah Palestina. Secara khusus kali ini kita akan menggali lebih dalam lagi Kitab Genesis 17:7-8 yang isinya:

“I will establish my covenant between me and you, and your offspring after you …. for an everlasting covenant, to be God to you and to your offspring after you. And I will give …. the land where you are now an alien, all the land of Canaan, for a perpetual holding.”

(Kejadian 17: 7-8 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu…. akan Kuberikan negeri ini yang kau diami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya.”)

Dari ayat di atas, ada sebuah kalimat, “….seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya.” Pertanyaannya adalah, di mana sebenarnya tanah Kanaan itu? Atau, apakah Kanaan itu? Pertanyaan tersebut akan dijawab menggunakan referensi dari Alkitab itu sendiri dan kecocokannya dengan temuan-temuan Arkeologis.

Pertama mari kita lihat dalam Kitab Kejadian Pasal 10 ayat 15-19 yang isinya, “Kanaan memperanakkan Sidon, anak sulungnya, dan Het, serta orang Yebusi, orang Amori dan orang Girgasi; orang Hewi, orang Arki, orang Sini, orang Arwadi, orang Semari dan orang Hamati; kemudian berseraklah kaum-kaum orang Kanaan itu. Daerah orang Kanaan adalah dari Sidon ke arah Gerar sampai ke Gaza, ke arah Sodom, Gomora, Adma dan Zeboim sampai ke Lasa.”[1]

Menurut Ensiklopedia Alkitab karya Walter A. Elwell and Barry J. Beitzel, ayat tersebut menerangkan bahwa Cucu Nuh yang bernama Kanaan adalah nenek moyang dari 11 kelompok yang tinggal di wilayah Syria dan Palestina. Enam kelompok pertama menduduki wilayah selatan Sidon, sedangkan yang lainnya tinggal lebih jauh ke utara. Orang-orang di Utara kebanyakan tinggal di tepi dataran pesisir, sementara orang-orang Selatan pemukimannya menyebar ke timur sampai ke daerah dataran tinggi. Sementara Kitab Perjanjian Lama secara lebih spesifik menempatkan orang-orang Kanaan di wilayah barat Palestina dan wilayah pesisir; daerah dataran tinggi diduduki oleh orang Amori dan kelompok-kelompok lainnya (Bilangan 13:29; Yosua 5: 1; 7: 9; dan Hakim-hakim 1: 27-36).[2]

Secara Arkeologis, salah satu referensi paling awal yang diketahui tentang orang Kanaan terdapat di dalam batu tulis dari Mari (abad ke-15 SM), yang mana isinya menjelaskan bahwa seorang perwira militer melaporkan kesaksiannya mengenai “pencuri dan orang Kanaan.” Selain itu orang-orang Kanaan juga tercatat sebagai entitas dalam Memphis Stele (batu tulis) dari masa Firaun Mesir Amenophis II (sekitar 1440 SM). Referensi lainnya, tanah Kanaan disebutkan dalam prasasti Idrimi abad ke-15, dikisahkan Raja Aleppo (Ugarit Barat) melarikan diri ke pelabuhan Amoriya, Kanaan, dan kemudian menjadi penguasa Alalakh (Ugarit Utara). Menurut batu tulis Amarna Mesir, selama zaman Amarna (abad ke-15-14 SM), Palestina didominasi secara politis oleh Mesir.[3]

 

Batu Tulis dari Mari, koleksi milik Museum Louvre, Prancis. Photo: Motty/Wikimedia

Istilah “Kanaan” mengacu kepada seluruh tempat di Palestina Barat, maka yang disebut dengan “orang-orang Kanaan” sebenarnya tidak mengacu kepada etnis tertentu, melainkan kepada banyak etnis yang ada sebelum masa Israel Kuno. Di antara orang-orang yang tinggal di Palestina, orang Amori lah yang pertama kali muncul pada milenium kedua SM sebagai imigran dari Mesopotamia.[4]

Beberapa referensi di dalam Perjanjian Lama tampaknya menyamakan wilayah Amori dan tanah Kanaan (Kejadian 12: 5-6; 15: 18-21; 48:22), dan secara arkeologis di dalam batu tulis Alalakh dari abad ke-18 SM, “Amurru” digambarkan sebagai bagian dari Suriah-Palestina. Batu tulis dari Mari dari sekitar periode yang sama bercerita tentang seorang penguasa Amorit Hazor di utara Palestina. Teks Tell el-Amarna (abad ke-14-13 SM) menunjukkan bahwa kerajaan Amurru di wilayah Lebanon memonopoli perdagangan di sekitar wilayah pantai. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila terdapat referensi yang mengatakan bahwa orang Amori dan orang Kanaan hidup di masa yang sama dengan Musa dan sepanjang akhir Abad Perunggu (sekitar 1550-1200 SM).[5]

Salah satu contoh batu tulis Alalakh, koleksi British Museum.

Pada akhir periode tersebut, “Orang-orang Laut” (sebagian besarnya orang Filistin) menghancurkan Kekaisaran Het, dan pada masa Ramses III (sekitar 1180 SM) mereka menduduki Palestina bagian barat. Penaklukkan Palestina oleh orang-orang Israel Kuno menghancurkan banyak kota yang menjadi basis kekuatan orang-orang Amori dan Kanaan, sementara bangkitnya konfederasi orang Filistin di pantai Palestina Selatan membatasi jangkauan wilayah kekuasaan Kanaan secara khusus. Sejak awal Zaman Besi, pewaris kebudayaan Kanaan adalah orang Fenisia (Phoenicians), yang berpusat di negara-kota Tirus dan Sidon, yang mana mereka sendiri menyebut diri mereka sebagai orang Kanaan (lihat Matius 15: 21-22; Markus 7:24 -26).[6]

Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang dimaksud dengan wilayah Palestina sebagai tanah yang dijanjikan adalah wilayah barat sungai Yordan yang ditaklukkan oleh orang Israel Kuno di masa kepemimpinan Yosua. Bagian selatan Suriah juga sering dianggap sebagai bagian dari wilayah Kanaan, sementara perbatasan utara tidak pernah bisa didefinisikan dengan jelas. Orang-orang sebelum Israel Kuno di Palestina barat, tidak termasuk Suriah Utara dan tempat-tempat seperti Ugarit (Ras Shamra) di pantai Mediterania Syria, secara luas disebut orang Kanaan.[7]

Sementara itu, Peter C. Craigie dari Universitas Calgary, Alberta, mendefinisikan Kanaan sebagai wilayah geografis yang ditempati dari waktu ke waktu oleh berbagai suku bangsa. Kanaan terletak di pantai tenggara Laut Mediterania. Jadi secara historis, Kanaan tidak pernah mengacu kepada hanya satu suku bangsa.[8] (PH)

Bersambung ke:

Memahami Zionisme (5): Dialog Muhammad Asad dengan Intelektual Zionis

Sebelumnya:

Memahami Zionisme (3): Deklarasi Balfour, Pintu Masuk ke Palestina

Catatan Kaki:

[1] Walter A. Elwell and Barry J. Beitzel, Baker Encyclopedia of the Bible (Grand Rapids, MI: Baker Book House, 1988), hlm 406.

[2] Ibid.

[3] Ibid.

[4] Ibid.

[5] Ibid.

[6] Ibid.

[7] Ibid.

[8] R. de Vaux, ‘Le pays de Canaan,’ JAOS 88 (1968) hlm, 23-30, dalam Peter C. Craigie, Ugarit, Canaan, and Israel, (The Tyndale Biblical Archaeology Lecture, 1982), Tyndale Bulletin 34 (1983), hlm 145.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*