Sekilas mengenal “Alhabib ‘Ali bin Muhammad bin Husain al Habasyi”

in Tokoh

 

…Siapa berhijrah menuju Allah dan RasulNya, niscaya ia dapatkan Allah dan RasulNya

(alhadits)

Begitulah Rasulullah shollollohu’alaihi wa alihi wasallam bersabda.

1259 tahun kemudian, tepatnya Jum’at 24 Syawwal, seorang laki-laki dilahirkan disebuah desa bernama Qasam di Hadramaut,Yaman. Sepertinya ia mendengar ucapan kakeknya yang dicintainya itu, dan jadilah seluruh perjalanan hidupnya, sejak usia belia sampai wafatnya di usia 74 tahun merupakan hijrah menuju Allah dan RasulNya.

Sebagaimana layaknya para pewaris Nabi, hidup dan kehidupannya, adalah sebuah perjalanan suci, sumber inspirasi bagi mereka yang merindu pada pencerahan spiritual. Getaran jiwanya, gejolak hati dan pikirannya, ketulusan kerinduannya, kemurnian cintanya, kesetiaannya dalam “derita penantian”, pertemuan dengan Allah dan RasulNya, menyatu menghiasi  perjalanan hidupnnya.

Semua itu terekam jelas dalam ungkapan kata-kata indah, pantun, syair, qoshidah, puisi dan prosa yang diucapkannya begitu saja.

Kematian yang mengerikan bagi banyak orang, baginya adalah awal kehidupan yang nyata. Kalau banyak orang melihat kematian sebagai sebuah perpisahan yang memilukan, baginya justru saat yang didamba dimana para kekasih yang telah lama memendam rindu, bertemu, bercinta dan memadu kasih. Betapa indahnya kehidupan dan kematian yang cinta ada didalamnya.

Coba kita renungkan petikan qoshidahnya ini :

 

“bila saja mereka tahu betapa berat derita kerinduan yang ku alami, ketahuilah!

Hanya pertemuan dengan kekasihku, itulah penawarnya”

“wahai mereka yang mendahuluiku menemui kekasihku, sampaikanlah pesanku

yang kukemas dalam huruf-huruf indah penuh kerinduan”

 

Kecintaannya pada Allah dan RasulNya melimpah memenuhi jiwa raganya bersama setiap tarikan nafasnya. Tercermin dalam kecintaannya pada ummatnya. Ketika beliau menyaksikan bagaimana ummat berseteru dalam kejahilan, beliau memperingatkannya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Kekesalannyapun dituangkan dalam keindahan ungkapannya

 

“hanya kepadaMu ya Robbiy aku adukan semua ini

kemudian lanjutnya

“wahai para pembawa kitabulloh, ada dimanakah kalian !?”

 

Begitulah alhabib ‘Ali bin Muhammad bin Husain al Habasyi, guru yang mengajarkan cinta, pewaris sejati Rasulullah shollollohu-’alaihi wa-alihi wa-sallam yang diutus untuk menyempurnakan akhlaq, sebagai rahmat bagi alam semesta.

Enam tahun menjelang akhir perjalanannya, “derita cinta”, “beban penantian dan kerinduan” pada kekasihnya agaknya tak tertahankan lagi. Seperti biasanya, beliau selalu dikelilingi sahabat-sahabatnya. Saat itu, bulan Rabi’ul Awwal 1327 Hijriyyah, bulan dimana kekasihnya yang juga kakeknya, Rasulullah SAW dilahirkan, ungkapnya :

 

“Setiap kali aku mencoba menyembunyikan cinta dan kerinduan ini,

cinta dan rindu itupun semakin deras melanda memenuhi hati dan pikiranku”

“Sama sajalah bagiku,

menyembunyikannya atau melampiaskannya secara terbuka”

 

Dalam tiga kali majlisnya yang mulia, Al-Habib begitu saja berkata-kata, berceritera, berprosa, berpantun, bersyair, berqoshidah, bermunajat, berdo’a, berziarah, bertawasul, “mengumbar” cinta dan rindunya yang lama dipendamnya.

Sejarah kemudian mencatat, ungkapan-ungkapannya menjadi sebuah orasi legendaris yang dikenal dengan nama “Simtud-Duror” / “Untaian Mutiara” yang berkisah tentang Rasulullah SAW dengan bahasa dan cara yang unik.

Di Indonesia, sering disebut dengan “Maulid Habsyi”. Karya besar itu dibaca bahkan dihafal jutaan orang di seluruh dunia Islam.

Pada 20 Rabi’ut-Tsani 1333 Hijriyyah, beliau melanjutkan perjalanannya sendirian, meninggalkan semua cinta-cintanya yang lain. Keluarga, sahabat, ummatnya dan kita semua, menuju puncak tujuan hijrahnya, melepaskan “derita” cinta dan kerinduan yang lama telah membebaninya.

Semoga kita mampu meneladaninya…

 

(Dari catatan Haydar Yahya)

 

4 Comments

    • Salam
      Terimakasih banyak atas masukannya. Nanti kami carikan penulis yang cocok untuk mengulas tokoh besar yang dimaksud. InsyaAllah akan kami terbitkan sesuai permintaan antum. Sekali lagi terima kasih banyak..

      Salam..

    • Salam
      Terimakasih banyak atas masukannya. Nanti kami carikan penulis yang cocok untuk mengulas tokoh besar yang dimaksud. InsyaAllah akan kami terbitkan sesuai permintaan antum. Sekali lagi terima kasih banyak..

      Salam..

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*