“Roxelana, seorang budak Kristen cantik dari Spanyol telah mengambil hati Sang Sultan. Perlahan, dia mulai menapaki tangga kekuasaan. Di kemudian hari dia akan menjadi perempuan paling berpengaruh dalam sejarah Kesultanan Ottoman.”
–O–
Kisah romantis Suleiman dan Roxelana adalah kisah cinta yang telah menginspirasi banyak penyair, seniman, dan penggubah selama berabad-abad. Hanya sedikit yang diketahui tentang masa lalu Roxelana, kecuali bahwa dia adalah seorang budak Kristen.[1] Sumber referensi lain mengatakan bahwa Roxelana berasal dari Galicia (sekarang Spanyol).[2]
Ketergila-gilaan Sultan Suleiman terhadap Roxelana terekam dengan abadi di dalam sebuah puisi yang dibuat oleh Suleiman untuk Roxelana. Di dalam puisi tersebut, Suleiman menyebut dirinya dengan nama pena, Muhibbi. Berikut ini adalah puisinya:
“Takhta relungku yang sepi, kesejahteraanku, cintaku, cahaya bulanku.
Sahabatku yang paling tulus, orang kepercayaanku, keberadaanku, Sultanaku
Yang paling cantik di antara yang cantik ….
Musim semiku, wajah riang cintaku, hari cerahku, jantung hatiku, daun yang tertawa….
Tumbuhanku, manisku, mawarku, satu-satunya yang tidak membuat aku sedih di dunia ini …
Istanbulku, Caramanku, bumi Anatoliaku
Badakhshanku, Baghdad, dan Khorasanku
Wanitaku yang memiliki rambut indah, cintaku dengan alis yang tajam, cintaku dengan mata yang penuh dengan kenakalan ….
Aku akan selalu menyanyikan pujianmu
Aku, pencinta dengan hati yang tersiksa, Muhibbi dengan mata yang bercucuran air mata, aku bahagia.”[3]
Namun bukan persoalan romantisme antara Suleiman dan Roxelana yang akan diangkat di dalam artikel ini. Faktanya, sepanjang sejarah Kekaisaran Ottoman yang berlangsung lebih dari 600 tahun, Roxelana telah menjadi tokoh politik perempuan yang paling berpengaruh. Roxelana adalah Sultana (istri seorang Sultan) pertama di dalam Kekaisaran Ottoman yang dapat menasihati suaminya baik dalam urusan pemerintahan maupun politik.[4]
Sepak Terjang Roxelana
Pada Juni tahun 1523, seorang gadis yang mempesona dibawa pulang oleh pasukan Ottoman setelah menaklukkan Galicia. Bagi banyak orang, tidak terkecuali bagi Sultan, gadis tersebut dinilai memiliki senyum yang sangat menarik, sehingga dia diberi julukan “Khurrem” (Bahasa Persia), yang artinya adalah “dia yang tersenyum/ceria”. Di kemudian hari, oleh generasi penerus Ottoman dia lebih dikenal dengan nama Roxelana.[5]
Roxelana sebenarnya bukan perempuan tercantik, namun sosoknya yang ramping, anggun, lemah gemulai, keriangannya, pesonanya, dan tidak pernah mengecewakan telah membuatnya memperoleh kekuasaan sepenuhnya atas hati dan pikiran Sultan Suleiman, bahkan itu sudah terjadi jauh hari sebelum Roxelana menapaki kekuasaan.[6]
Roxelana adalah salah satu perempuan yang memasuki harem Sultan dan menjadi salah satu selir Sultan Suleiman yang diketahui publik di antara selir-selir lainnya yang tidak dikenal. Bagaimanapun, Roxelana telah menjadi perempuan yang paling disukai oleh Suleiman. Bahkan, darinya Suleiman diberikan banyak anak, termasuk, yang paling penting, adalah anak laki-laki.[7]
Haseki Sultan, yang berarti “istri utama Sultan” pada masa itu adalah “Gulbehar”, yang artinya adalah “Mawar Musim Semi”. Gulbehar merupakan seorang perempuan yang berasal dari Montenegro. Dari Gulbehar, Suleiman memiliki anak laki-laki yang bernama Mustapha. Namun pada tahun 1534 Suleiman mengasingkan Gulbehar ke Manissa (salah satu kota di Turki). Diduga, Sultan melakukannya atas pengaruh Roxelana. Setelah memastikan dia tidak memiliki pesaing, Roxelana meminta Sultan untuk menikahinya secara sah.[8]
Sultan Suleiman kemudian menikahi Roxelana secara sah, yang mana hal tersebut cukup mengejutkan, karena Sultan mendobrak tradisi lama Ottoman. Suleiman memberikan Roxelana kebebasan, statusnya sebagai budak Kristen telah dilepaskan, dan Roxelana akhirnya menjadi manusia yang merdeka. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Ottoman, seorang selir dapat menjadi istri sah Sultan. Selain itu, dia juga memperoleh kedudukan sebagai Haseki Sultan di antara istri-istri Sultan yang lainnya.[9]
Agar dinasti Ottoman dapat bertahan lama dan sejahtera, transisi kekuasaan dari satu sultan ke sultan berikutnya adalah sebuah keharusan. Transisi tersebut biasanya menyebabkan munculnya segala macam intrik istana, pertikaian, kebohongan, dan perebutan kekuasaan. Dalam sejarah kekaisaran Ottoman, seringkali pertikaian ini sampai berdarah-darah. Harem merupakan salah satu tempat terburuk di dalam proses transisi ini, karena perempuan-perempuan Sultan yang memiliki anak laki-laki akan melakukan segalanya agar anak mereka dapat mewarisi kesultanan yang diimpikan. Roxelana , tidak terkecuali, adalah salah satunya.[10] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Suleiman Agung (1): Sultan Terbesar Sepanjang Sejarah Ottoman
Catatan Kaki:
[1] Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), hlm 209.
[2] Roger Bigelow Merriman, Suleiman The Magnificent 1520-1566, (Harvard University Press: Massachusetts, 1944), hlm 183.
[3] Nermin Nazim, “Hurrem Sultan and Sultan Suleyman the Magnificent (In holy matrimony)”, dari laman https://allpoetry.com/poem/3768612-Hurrem-Sultan-and-Sultan-Suleyman-the-Magnificent—In-holy-matri-by-Nermin-Nazim, diakses 12 April 2018.
[4] Eamon Gearon, Ibid., hlm 210-211.
[5] Roger Bigelow Merriman, Loc. Cit.
[6] Ibid.
[7] Eamon Gearon, Ibid., hlm 209.
[8] Roger Bigelow Merriman, Loc. Cit.
[9] Eamon Gearon, Loc. Cit.
[10] Eamon Gearon, Ibid., hlm 210.