Yerusalem (1)

in Sejarah

Last updated on December 15th, 2017 04:42 am

“Umat Islam mengenalnya dengan nama Al Quds (kota suci). Inilah Bunga Segala Kota. Inilah kota suci tiga agama samawi. Inilah kota yang selalu diperebutkan dari masa ke masa, tapi sekaligus disebut pula sebagai “kota perdamaian”, dalam bahasa Ibrani artinya, “Yerusalem”.”

 —Ο—

 

Al Quds (kota Suci), atau masyarakat internasional lebih mengenalnya dengan sebutan Yerusalem, adalah kota suci tiga agama samawi, Islam, Kristen, dan Yahudi. Populasi pemeluk ketiga agama ini sekarang, mungkin lebih dari 50% jumlah total penduduk dunia. Setiap agama mengalami momen monumental di kota ini, yang hal itu berhubungan secara prinsipil dengan aspek spiritualitas masing-masing agama tersebut. Mungkin tidak ada kota di dunia yang dibicarakan, diteliti, dan ditulis sedemikian banyak di sepanjang sejarah, seperti Yerusalem.

Sejarah mencatat, usia kota ini sudah mencapai lebih dari 5000 tahun. Pada tahun 3500 SM, pemukiman pertama terbentuk, menyusul 2500 SM kemudian sebuah perkampungaan pertama juga terbentuk. Pada tahun 1.800 SM, atau di akhir zaman perunggu tengah (2.220-1.550 SM), sebuah tembok kota pertama mulai didirikan. Nama Yerusalem sendiri baru muncul pada 1400 SM, yang diambil dari kata Urusalim. Kata ini ditemukan dalam “korespondensi Amarna” atau “Tablet Amarna”. Sebuah artefak berupa tablet yang terbuat dari tanah liat peninggalan Mesir kuno. Tablet ini berisi informasi tentang masalah diplomatik antara pemerintah Mesir dan wakil-wakilnya di Kanaan dan Amurru.[1]

Berkas Amarna Akkadian. Sumber: wikipedia.org

Pada tahun 1000 SM, Nabi Daud AS menaklukan wilayah ini, dan membentuk apa yang dikenal dengan Kerajaan Israel Bersatu. Sebelumnya, bangsa Israel terpecah-pecah ke dalam 12 suku dalam sebuah sistem konfederasi. Namun setelah Nabi Daud AS berhasil menaklukkan wilayah itu dan menundukkan suku-suku yang ada di sana, beliau di daulat menjadi raja bangsa Israel, dan mendirikan kerajaan pertama di sana.[2] Setelah Nabi Daud AS wafat, singgasana diwariskan kepada putranya yang bernama Sulaiman AS pada 960 SM. Nabi Sulaiman AS mendirikan tempat ibadah yang oleh umat Yahudi dianggap sebagai sebagai rumah suci pertama atau kenizah (Baitullah) di tanah Yerusalem.[3]

Istana Nabi Daud di Yerusalem. Sumber: commons.wikimedia.org

Sejarah mencatat, kenizah ini sudah mengalami penghancuran sebanyak dua kali, sejak dibangun oleh Nabi Sulaiman. Penghancuran pertama, dilakukan oleh raja Babilonia Nabukatnezar pada tahun 856 SM. Tidak hanya kenizah, tapi juga seluruh Yerusalem dihancurkan oleh Nabukatnezar, dan masyarakat Yahudi diusir dari tanah ini. Mereka baru kembali ke Yerusalem setelah Babilonia jatuh pada tahun 539 SM oleh bangsa Persia. Bangsa Persia dibawah Cyrus Agung menguasai Yerusalem dan mengembalikan bangsa Yahudi ke tempat itu. Mereka kemudian membangun kembali kenizah yang sudah hancur tersebut, yang dikenal sengan Bait Suci Kedua, dan baru selesai di renovasi pada tahun 515 SM.[4]

Tapi lagi-lagi, pada tahun 70 M, Kaisar Titus dari Romawi menghancurkan Yerusalem untuk kali kedua, berikut Kanizah atau Bait Suci Kedua umat Yahudi. Sama dengan yang dilakukan oleh Nabukatnezar, bangsa Romawi menumpas bangsa Yahudi serta mengusir mereka dari Yerusalem, dan menjadikan Yerusalem sebagai kota pagan dengan nama Aelia Capitolina. Sejak itu, ummat Yahudi tidak pernah lagi membangun Kanizah tersebut. Namun dalam teologi Yahudi, kisah tentang Yerusalem (kerajaaan Daud) dan pembangunan kembali Kenizah ini menjadi salah satu visi spiritual yang mereka impi-impikan.[5]

Hingga datang masa Islam menaklukan Yerusalem di bawah komando Khalifah Umar bin Khattab. Ketika pertama kali memasuki kota ini, hal yang pertama di cari oleh Umar adalah lokasi tepatnya Masjid Nabi Sulaiman, atau yang dalam kepercayaan Yahudi Bait Suci Kedua yang sebelumnya sudah hancur dan tidak dibangun lagi. Umar bin Khattab kemudian meminta bantuan kepada Kaab Al-Ahbar, seorang Tabi’in yang awalnya adalah seorang Rabi Yahudi. Ia kemudian menunjukkan lokasi kanizah Sulaiman di tempat yang sekarang disebut Al-Haram asy-Syaarif. Konon ketika Umar menemukan tempat ini, kondisinya sangat memprihatinkan dan begitu kotor. Beliau kemudian membersihkan daerah tersebut, dan mendirikan apa yang kita kenal sekarang dengan Masjid Al Aqsa.[6] (AL)

Bersambung…

Yerusalem (2)

Catatan kaki:

[1] Surat-surat Amarna (kadang “korespondensi Amarna” atau “tablet Amarna”) ditemukan di Mesir Hulu di Amarna, nama modern untuk ibukota Mesir Akhetaten yang didirikan oleh firaun Akhenaten (1350-an – 1330-an SM) selama dinasti kedelapan belas Mesir. Surat-surat Amarna tidak biasa dalam penemuan Mesirologi karena sebagian besarnya ditulis dalam bahasa Akkadia, sistem penulisan yang memakai cara Mesopotamia kuno, bukannya cara Mesir kuno. Tablet yang dikenal saat ini berjumlah 382. Dari bukti internal, tanggal yang paling tua dari surat-surat ini adalah dari dekade terakhir pemerintahan Amenhotep III, yang memerintah dari tahun 1388 sampai 1351 SM (atau 1391 sampai 1353 SM; kronologi konvensional). Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Amarna, diakses 8 Desember 2017

[2] Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Israel_(kerajaan_bersatu), diakses 8 Desember 2017

[3] Bait Allah (juga disebut Bait Suci atau Kenisah adalah sebutan untuk pusat peribadahan bangsa Israel dan orang Yahudi di Yerusalem pada zaman kuno, yang terletak di Bukit Bait Suci. Dalam bahasa Ibrani, tempat ini disebut Bait Suci (Beit HaMikdash בית המקדש). Bangunan ini digunakan untuk beribadah dan mempunyai fungsi utama untuk mempersembahkan kurban korbanot. Selama beberapa abad tempat ini menjadi pusat ibadah agama Yahudi. Menurut Kitab Suci Ibrani dan Perjanjian Lama, Bait Allah ini dibangun oleh Salomo untuk menggantikan Kemah Suci yang dibangun Musa. Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Bait_Allah_(Yerusalem), diakses

[4] Lihat, Trias Kuncahyono, Jerusalem; Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir, Jakarta, Kompas, 2008. Lihat juga,  https://id.wikipedia.org/wiki/Bait_Kedua, diakses 8 Desember 2017

[5] Sejak dihancurkannya Bait Allah ini pada tahun 70 M., orang Yahudi terus berdoa agar Allah mengizinkan mereka membangunnya kembali. Doa ini adalah bagian resmi dari doa-doa Yahudi tiga kali sehari. Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Bait_Allah_(Yerusalem), Op Cit

[6] Lihat, https://ganaislamika.com/masjid-al-aqsa-1/

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*