Orientalisme; Sebuah Pengantar (3)

in Orientalis

Last updated on October 20th, 2017 04:07 pm

Apa yang ungkapkan oleh Preston senada dengan hasil analisis Said. Menurut Edward W. Said ada dua unsur pokok dalam hubungan Timur dan Barat. Unsur pertama, adalah pengetahuan sistematis yang terus tumbuh di Eropa mengenai dunia Timur, satu pengetahuan yang keberadaannya diperkuat dengan munculnya invasi-invasi kolonial, perhatian yang besar terhadap hal-hal yang asing dan tidak biasa, yang kemudian dieksploitif oleh sains-sains etnologi, anatomi perbandingan, filologi, dan sejarah, yang tengah berkembang; bahkan, pengetahuan sistematis ini ditambah lagi dengan sejumlah besar literatur yang dihasilkan oleh para novelis, penyair, penerjemah, dan penjelajah-pejelajah berbakat.[1]

Unsur kedua yang muncul dalam relasi antara dunia Timur dan Eropa adalah bahwa Eropa selalu berada dalam “kedudukan yang kuat” (untuk tidak menyatakan mendominasi). Tak ada kata-kata yang lebih halus untuk mengungkapkan hal ini. Memang benar bahwa hubungan antara “yang kuat” dan “yang lemah” bisa saja diselubungi atau bahkan dilunakkan sedemikian rupa, seperti ketika Balfour mengakui “kebesaran” peradaban-peradaban Timur. Akan tetapi, hubungan esensial yang menyangkut segi politik, budaya dan bahkan keagamaan di Barat, tetap dipandang sebagai hubungan antara “sekutu yang kuat” dan “sekutu yang lemah”.[2]

Dalam kerangka ini, studi-studi post-kolonialisme memang memberi counter balance terhadap pandangan-pandangan kapitalisme modern yang tetap memeram ide orientalismenya dalam rangka melestarikan dominasinya. Namun itu hanya berhenti sebatas wacana, belum mampu menggerakkan apalagi mengubah realitas yang sudah disusun selama berabad-abad secara sistematis. Pasca Perang Dunia II, yang menandai tumbangnya dominasi bangsa Eropa atau dunia Timur, nalar superioritas itu tidak ikut mati. Ia berkembang dalam wajah baru namun dengan semangat dominasi yang tak reda, tumbuh menjadi nalar pikir yang lebih maju dengan ruang lingkup dominasi yang lebih luas di Amerika Serikat. Di tangan Amerika, orientalisme naik beberapa tingkat menjadi institusi global yang mengurusi ekonomi, politik, hukum internasional, dan bahkan Hak Asas Manusia (HAM). Amerika menjelma menjadi surganya para orientalisme, dimana melalui institusi-institusi internasional yang baru ini, mereka merebut otoritas global atas nilai “moral” (baik-buruk) dan “intelektual” (benar-salah)”.

Atas nama nilai moral dan intelektual inilah mereka mencampuri urusan dalam negeri setiap Negara, mendiktenya, mengendalikannya, dan bahkan menginvasinya. Mereka datang beribu-ribu kilometer dari tanah kelahirannya dengan membawa mesin-mesin perang terbaru ke Veitnam dan Asia Tenggara, ke Timur Tengah, dan Afrika. Atas nama keamanan global, mereka ratakan dengan tanah Afganistan, atas nama demokrasi mereka musnahkan peradaban bangsa Irak hingga ke dasar tanah. Sulit dipungkiri bahwa perasaan superioritas ini lahir dan berkembang menjadi nalar peradaban bangsa Amerika sebagai hasil dari penjumlahan argumentasi dan diskursus yang sudah berkembang selama ratusan tahun sebelumnya, yang oleh Edward W. Said disebut sebagai orientalisme.

Edward W.Said tutup usia di New York pada 25 September 2003. Di akhir hayatnya, ia masih menyaksikan panji-panji orientalisme berkibar semarak di seluruh dunia. Ia masih sempat menyaksikan bagaimana pejabat-pejabat di Gedung Putih Amerika Serikat menyusun strategi invasi ke Irak, dan kawasan Timur Tengah lainnya. Dari sekitar 25 buku yang lahir dari tangannya, Orientalisme adalah magnum opus yang tulisnya sejak tahun 1987 sudah diterjemahkan ke dalam 36 bahasa di dunia. Melalui buku ini, ia berharap dapat menemukan kembali titik equilibrium peradaban modern, dimana harmoni sosial, kebebasan umat manusia, dan humanisme dapat tumbuh subur di bumi manusia ini.

Dalam prolog Orientalisme edisi ulang tahun ke-25 buku tersebut, yang ditulis pada tahun terakhir kehidupannya, Said berkata : “Dulunya saya benar-benar berharap agar pemahaman kita tentang Timur Tengah, Arab dan Islam di Amerika Serikat dapat meningkat, tetapi sayangnya impian itu nyaris tak bisa diharapkan lagi (meskipun di Eropa, kita mulai melihat kemajuan yang jauh lebih baik). Di Amerika, muncul sikap-sikap yang ekstrim, generalisasi-generalisasi dan klise-klise yang tidak berdasar, dan dominasi kekuasaan yang kejam, ditambah dengan penghinaan yang simplistik terhadap mereka yang dianggap pembangkang dan “the Others” telah memunculkan akibat-akibat dramatis lain yang benar-benar tak terduga: penghancuran dan penjarahan perpustaan dan museum Irak”.[3]

Sepertinya pemimpin-pemimpin kita dan para “pelayan intelektual” mereka masih belum mampu memahami bahwa sejarah tidak dapat disapu bersih sebagaimana layaknya papan tulis, sehingga “kita” bisa menulis masa depan kita di sana dan memaksakan kehidupan kita agar diikuti oleh orang-orang lemah yang tinggal di dalamnya. Kita tentu sering mendengar bagaimana pejabat tinggi di Washington dan di tempat-tempat lain berbicara tentang usaha mereka untuk mengubah peta Timur Tengah, seolah-olah masyarakat kuno dan ribuan orang yang menetap di sana dapat diguncang begitu saja layaknya kacang-kacang yang ada di dalam toples…[4]

Tapi sebagaimana yang katakan Said diakhir Prolog-nya, “hasrat manusiawi dan hasrat humanistik demi pencerahan dan emansipasi tentu saja tidak mudah dilakukan, karena kekuatan oposisi terhadapnya telah mewujud dalam diri orang-orang seperti Rumsfeld, Bin Laden, Sharon, dan Bush. Meski demikian, di tengah kondisi yang tak menentu ini, saya masih menaruh harap pada Orientalisme agar buku ini bisa menjadi petunjuk bagi siapa pun yang hendak melewati jalan yang terjal nan jauh menuju apa yang disebut sebagai “kebebasan umat manusia”.[5] (AL)

Selesai.

Sebelumnya:

Orientalisme; Sebuah Pengantar (2)

Catatan kaki:

[1] Edward W. Said, “Orientalisme; Menggugat Hegemoni Barat dan Mendudukan Timur Sebagai Subjek”, Jakarta, Pustaka Pelajar, 2010, Hal. 58

[2] Ibid

[3] Ibid, Hal. xvii

[4] Ibid, Hal. xviii

[5] Ibid, Hal. xxx

1 Comment

Leave a Reply to wahyu sulchan Cancel reply

Your email address will not be published.

*