Abdul Muthalib (7); Wafatnya Benteng Utama Sang Nabi

in Tokoh

Sejak lahir hingga meningga dunia, sosok Abdul Muthalib sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari urutan narasi agung kenabian Muhammad SAW. Seringkas apapun sejarah Nabi Muhammad SAW dituliskan, nyaris tidak mungkin melewatkan nama Abdul Muthalib di dalamnya.

—Ο—

 

Setelah beberapa waktu, tak jua ada keluarga yang menawarkan diri untuk menyusui cucu Abdul Muthalib. Padahal bayi itu sekarang sudah kelaparan. Kondisi ini meresahkan Abdul Muthalib dan Aminah.

Hingga satu ketika, datanglah Halimah binti Abi Duaib. Setelah berdiskusi dengan suaminya, akhirnya mereka bersedia mengambilnya. Halimah mengenang, bahwa ia langsung mencintai bayi ini sejak pertama kali melihatnya. Ia lalu meyakinkan suaminya untuk mengambil Muhammad. Dan benar saja, semua hal dalam hidup mereka berubah total sejak Muhammad ada di tengah-tengah mereka. Ladang-ladang mereka tumbuh subur, dan ternak mereka berkembang biak. Suasana di rumah itupun menjadi begitu cerah sejak kedatangan cucu Abdul Muthalib ini.[1]

Namun sebaliknya, semua hal juga berubah bagi Aminah dan Abdul Muthalib setelah Muhammad diboyong oleh Halimah. Aminah memendam rindu yang teramat besar pada putra semata wayangnya ini, satu-satunya peninggalan paling berharga dari suaminya. Abdul Muthalib sangat memahami perasaan menantunya, dan mulai mengkhawatirkan kondisi Aminah. Namun demikian, Halimah setiap tahun akan membawa Muhammad ke Mekkah dan menemui ibu dan kakeknya. Momen-momen inilah yang selalu di tunggu Aminah dan Abdul Muthalib.

Setelah usia 5 tahun, barulah Muhammad bin Abdullah kembali ke pangkuan ibunya secara utuh. Rasulullah SAW memiliki kenangan yang sangat baik dengan kampung Halimah, tempat ia dibesarkan. Diriwayatkan bahwa beliau pemah mengingat masa kecilnya di Bani Sa’ad dan beliau membanggakannya. Beliau menyebutkan pengorbanan mereka dan sikap mereka yang baik. Beliau berkata: “Aku termasuk dari Bani Sa’ad, tanpa bermaksud menyombongkan diri. Jika mereka berhadapan atau menyaksikan salah seorang mereka lapar, maka mereka akan membagi makanan di antara mereka.”[2]

Setelah Muhammad kembali, Aminah langsung menunaikan keinginannya, yaitu berangkat ke Madinah berziarah ke makam suaminya. Selain ke makam Abdullah, Aminah juga mengajak putranya ke handaitaulannya yang tinggal di Mandiah. Setelah kurang lebih satu bulan di Madinah, akhirnya Aminah berajak pulang ke Mekkah. Namun tiba-tiba di tengah perjalanan, kondisi Aminah menurun, dan tak lama setelah itu, iapun meninggal dunia di tempat yang bernama Abwa. Dan pulanglah Muhammad dari Madinah dalam keadaan yatim piatu. Ketika itu usia beliau masih 6 tahun.[3]

Melihat cucunya kembali dalam keadaan seperti ini, hancur hati Abdul Muthalib. Secara tegas ia menyatakan bahwa ialah yang akan menjaga sendiri cucu kinasihnya ini. Dan benar saja, Abdul Muthalib begitu menyayangi serta memuliakan Muhammad. Dialah benteng bagi cucunya yang yatim piatu ini. Di tengah alam ganas dan suku-suku yang keras, sosok Abdul Muthalib yang lembut namun sangat berwibawa, seperti oase yang segar bagi cucunya.

Tapi ternyata kebersamaannya dengan cucu kesayangannya tidak berlangsung lama. Hanya berselang dua tahun kemudian ruh agung Abdul Muthalib dalam keadaan tenang berpulang ke rahmatullah. Umumnya pada sejarawan berpendapat bahwa ketika meninggal usia Abdul Muthalib sekitar 80 tahun atau lebih.

Sejak lahir hingga meningga dunia, sosok Abdul Muthalib sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari urutan narasi agung kenabian Muhammad SAW. Seringkas apapun sejarah Nabi Muhammad SAW dituliskan, nyaris tidak mungkin melewatkan nama Abdul Muthalib di dalamnya.

Ketika Abdul Muthalib wafat, Rasulullah SAW baru berusia 8 tahun. Air mata mengalir deras di wajah beliau yang suci. Beliau menangisi Abdul Muthalib hingga ke pemakamannya. Seorang anak yatim sejak lahir, yang menjadi piatu pada usia 6 tahun, dan sekarang harus kehilangan sosok yang paling kokoh menjaganya di kota itu. Sosok yang selalu memikirkan keadaannya siang dan malam, dan selalu memperhatikan perkembangannya sejak kelahirannya. Sosok yang memberikan dan mendeklarasikan namanya yang agung di hadapan dunia. Memang sulit dibayangkan bagaimana berat perasaan sang Nabi ketika harus mendapati kenyataan berpisah dari sosok agung seperti Abdul Muthalib.

Namun Abdul Muthalib begitu besar kecintaannya pada cucunya. Sebelum kematiaannya, ia sudah menitipkan hak asuh Rasulullah pada sosok Abu Thalib. Menurut “sejarawan”, dari sekian banyak putranya, Abdul Muthalib memilih Abu Thalib untuk menjaga orang yang paling dicintainya. Memang Abu Thalib memiliki kebijaksanaan yang sangat tinggi, keberanian dan kemuliaan yang tiada tanding di kota itu. Namun salah satu alasan utamanya, karena diantara semua putranya, Abu Thalib adalah yang paling mirip dengan Abdullah. Hal ini sangat wajar, karena Abu Thalib dan Abdullah memang berasal dari ayah dan ibu yang sama.[4]

Dan sejarah juga mencatat, bahwa keputusan Abdul Muthalib memang tidak meleset sedikitpun. Sejak meninggalnya Abdul Muthalib, Rasulullah SAW diasuh dan dibesarkan di rumah Abu Thalib. Beliau bukan hanya dianggap seperti anaknya, bahkan kasih sayang Abu Thalib dan Istrinya Fathimah binti Assad melebihi kasih sayang mereka pada anak-anak mereka sendiri. Sejak hari pertama Rasulullah SAW memasuki rumah Abu Thalib, keluarga ini seperti sudah ditakdirkan berkhidmat pada mahluk paling mulai di alam ciptaan ini. Bahkan ketika Abu Thalib dan Fatimah binti Assad tiada, putra-putranya adalah pembela syiar agama Sang Nabi yang paling setia. (AL)

Selesai

Sebelumnya:

Abdul Muthalib (6); Lahirnya Cahaya yang Dinantikan

Catatan kaki:

[1] Lihat, The History of al-Tabari, Vol. 5., Translated by C. E. Bosworth, State University of New York Press, 1999, hal. 272-274

[2] Lihat, http://jaipk.perak.gov.my/index.php, diakses 30 Januari 2018

[3] Lihat, The History of al-Tabari, Vol. 5., Op Cit, hal 284

[4] Lihat, Akbar Shah Najeebabadi, The History Of Islam; Volume One, Riyadh, Darussalam, 2000, hal. 92

2 Comments

  1. saya senang sekali ka4na saya menyukai tema ini dan saya bisa mendapatkan nilai plus di kampus unhas terimah kasi banyak yang sudanh menulis ini karna saya mendapatkan pringkat 1 dengan nilai 999.567647.65
    wassalam

  2. Ive been following your website for 4 days now plus I should tell you I get tons benefits from your piece of writing. with now how I can get news update from your website?

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*