Al Idrisi, The Book of Roger, dan Mega-Proyek yang Mengubah Sejarah Dunia (3)

in Sejarah

Dibanding dengan banyak karya lain pada zamannya, karya Al Idrisi memang benar-benar seperti cahaya terang benderang yang menyinari seantero dunia. Keping demi keping lembaran peta yang disusunnya seperti mentari dalam pikiran siapapun pada zamannya. Tiba-tiba bumi ini terhampar begitu meyakinkan, karena didukung oleh data dan informasi yang tersusun secara ilmiah.”

—Ο—

 

Mega-proyek pembuatan peta dunia itu melibatkan 12 sarjana, sebanyak 10 orang di antaranya adalah ilmuwan Muslim. Hal ini sangat wajar, mengingat hasil-hasil laporan para pelancong Muslim memang lebih akurat dan relevan untuk digunakan daripada data dan informasi dari para pelaut barat yang umumnya bercampur dengan mitologi dan fiksi. Tapi dalam tim ini juga dilibatkan beberapa sarjana barat untuk melengkapi, ataupun memverifiksi data wilayah yang oleh ilmuwan Muslim belum disinggahi.[1]

Hanya bagaimanapun, data dan informasi yang didapat dari kedua belas sarjana ini masih jauh dari cukup untuk memenuhi target yang diharapkan Roger II dan Al Idrisi. Sebagai upaya untuk melengkapinya, Al Idrisi kemudian melakukan wawancara langsung ke kota-kota Palermo, Catania, Messina, dan Syracuse untuk menanyai para pelancong yang sedang berlabuh di pelabuhan. Mereka diwawancarai tentang banyak aspek dari daerah-daerah yang mereka singgahi. Diantaranya, sifat tanah yang mereka kunjungi, termasuk orang-orang yang mendiami wilayah, budaya mereka, sumber daya yang ditemukan di wilayah ini, perdagangan apapun yang terjadi di wilayah tersebut, dan infrastruktur kota-kota tersebut.[2]

Tidak sampai disana. Roger II juga sempat mengerahkan petugas kerajaannya untuk membantu para sarjana ini mengumpulkan lebih banyak informasi. Tak jarang, Al Idrisi dihadapkan pada informasi-informasi yang saling bertentangan satu sama lain. Untuk inilah Al Idirisi kerap melakukan cross-check terkait infomasi yang diterimanya. Selama bertahun-tahun, Al-Idrisi menyaring fakta-fakta yang berhasil dikumpulkannya. Ia hanya memilih keterangan dan penjelasan yang paling jelas sebagai acuan membuat peta. Penjelasan dari seorang navigator akan dikonfrontir kepada navigator lainnya. Bahkan tak jarang Al-Idrisi juga mengkonfirmasi informasi-informsi tersebut dengan karya-karya para sarjana klasik, seperti Ptolemy, Ibn Hawqal, Ibn Khurdadhbih, dan al-Jayhani.[3]

Bertahun-tahun Al Idrisi dan Tim melakukan upaya ini. Tidak mengherankan bila Brady Hibbs menilai, apa yang dilakukan oleh Al Idrisi dan Tim, adalah survei abad pertengahan yang paling megah di dunia.[4]

Alhasil, mega-proyek ini baru selesai pada tahun 1154 M, setelah menghabiskan waktu selama hampir 15 tahun. Semua hasil temuan dan kajian selama bertahun-tahun itu di verifikasi kembali, setelah itu barulah akhirnya dirumuskan. Mereka mulai memasukkan satu persatu kepingan infomasi wilayah ke objek visual berupa gambar bersambung. Satu persatu wilayah disusun berdasarkan koordinatnya, hingga akhirnya peta dunia tersebut selesai secara utuh. Roger II sangat puas dengan hasil pekerjaan ini, dan meminta mereka agar peta tersebut diukir di atas sebuah cakram perak yang besar. Setelah selesai, bola bumi yang diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.[5]

Dalam peta itu, Al-Idrisi menggambarkan enam benua dengan dilengkapi jalur perdagangan, danau, sungai, kota-kota utama, daratan serta gunung-gunung. Tak cuma itu, peta yang dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak, panjang dan tinggi secara tepat. Roger merasa bahwa peta itu persis seperti yang dia harapkan, dan karena kepuasannya dengan karya al-Idrisi, dia menugaskan al-Idrisi untuk membuat karya lain untuknya, yaitu sebuah catatan yang berisi tentang data geografis tentang peta yang dibuatnya, serta ringkasan dari semua temuan mereka selama lima belas tahun penelitian. Catatan inilah yang kemudian dinamakan Nuzhat al-Mushtaq fi Ikhtiraq alAfaq (Kegembiraan dari Seseorang yang Ingin Melintasi Wilayah Dunia), atau hanya disebut sebagai al-Kitab al-Rujari. Dalam bahasa Inggris disebut “The Book of Roger”, atau dalam bahasa Latin dinamain “Tabula Rogeriana”.

Peta hasil karya Al Idrisi. Sumber gambar: wikimedia.org

 

Peta hasil karya Al Idrisi dalam versi bulat. Sumber gambar: 1001inventions.com

 

The Book of Roger kemudian menjadi acuan utama para pencong dunia pada abad-abad selanjutnya. Ini adalah ensiklopedia geografi yang berisi peta serta informasi mengenai negara-negara di Eropa, Afrika dan Asia secara rinci. Pada kata pengantar The Book of Roger, Al Idrisi mendeskripsikan dunia terbagi dalam tujuh iklim. Setiap iklim dibagi lagi menjadi 10 bagian. Sehingga total terdapat 70 deskripsi wilayah.[6] Deskripsi ini termasuk juga penjelasan tentang kondisi fisik wilayah, budaya, politik, serta sosio-ekonomi di setiap wilayah, dan masing-masing dari tujuh puluh bagian teks memiliki peta potongan yang sesuai.[7]

Peta hasil karya Al Idrisi dengan orientasi terbalik. Sumber gambar: 1001inventions.com

 

Adapun peta yang dibuat oleh Al Idrisi, memuat hampir seluruh wilayah di dunia. Seluruh peta mencakup daratan dari Spanyol di timur sampai China di barat, dan Skandinavia di utara, turun ke Afrika di selatan. Hanya menariknya, peta tersebut memiliki orientasi terbalik, dengan Afrika digambarkan di bagian atas peta dan Skandinavia dan Inggris berada di bagian bawah. Dan yang tak kalah menarik, dalam peta ini, Mekkah yang terletak di Semenanjung Arabia, ditempatkan di tengah, seakan menjadi titik Nol kilometer di bumi.

Peta Al Idrisi yang sudah di Ilustrsikan. Posisi Mekkah berada tepat di tengah. Sumber; Pinters.com

Hal lain yang membuat karya Al Idrisi begitu istimewa adalah tingkat akurasinya yang demikian tinggi. Sebagai contoh, The Book of Roger secara deskriptif mampu merinci asal-usul Sungai Nil, jauh sebelum ekspedisi Eropa menemukannya pada tahun 1800-an. Peta tersebut juga menunjukkan beberapa kota di bagian dalam Sudan. Negara-negara Baltik juga jauh lebih akurat digambarkan daripada yang dilakukan oleh Ptolemy. Dan mungkin yang paling mengesankan dari semua studi al-Idrisi adalah proyeksinya tentang lingkar bumi, yaitu di 22.422 mil. Angka tersebut nyaris akurat, hanya meleset 3,6% dari ukuran ilmuan kontemporer.

Dibanding dengan banyak karya lain pada zamannya, karya Al Idrisi memang benar-benar seperti cahaya terang benderang yang menyinari seantero dunia. Keping demi keping lembaran peta yang disusunnya seperti mentari dalam pikiran siapapun pada zamannya. Tiba-tiba bumi ini terhampar begitu meyakinkan, karena didukung oleh data dan informasi yang tersusun secara ilmiah. Aktifitas penjelajahan dunia pun menjadi marak setelah karya Al Idrisi ditemukan. Peta inilah yang kemudian menjadi pandu para pencong dan penjelajah seperti Marcopolo dan Ibn Batutta.  Ini juga salah satu acuan Ibn Khaldun dalam membangun karya monumentalnya. Bahkan tidak sedikit yang menyatakan bahwa Colombus, tidak mungkin berhasil menemukan benua Amerika tanpa peta Al Idrisi.

Pada tahun 1154 M, Roger II meninggal dunia. Namun Al Idrisi sudah berhasil mempersembahkan The Book Of Roger beberapa minggu sebelum kematiannya. Tapi malang, hanya berselang enam tahun, pemberontakan terjadi di dalam istana Roger. William I, pewaris tahta Roger, tidak sanggup menghadapi turbulensi tersebut, dan akhirnya lari menghilang. Cakram perak yang begitu berharga tersebut pun hancur, termasuk The Book of Roger pun hilang dalam kekacauan tersebut. Namun Al Idrisi masih menyimpan versi Bahasa Arab nya, dan dia membawa pergi beberapa hasil kerjanya ke Afrika Utara. Di tempat inilah peta tersebut kembali ditulis ulang dan dibaca oleh para ilmuan lainnya. Al Idrisi menjalani sisa hidupnya di Afrika Utara (kemungkinan Maroko), dan meninggal pada tahun 1166 M.[8]

Sampai sekarang, satu-satunya peta dunia Al-Idrisi yang masih tersisa dan berasal dari tahun 1192 kondisinya sudah tidak lengkap. Salinan karya Al Idrisi masih tersimpan di beberapa perpustakaan di kota-kota seperti Paris, Oxford dan Kairo. Sepuluh salinan karya Al Idrisi hingga saat ini masih tersimpan. Dua di antaranya berada di Bibliothèque nationale de France, termasuk yang paling tua yang berasal dari sekitar tahun 1300. Salinan lain yang dibuat di Kairo tahun 1456, kini berada di Perpustakaan Bodleian[9] di Oxford.  Ada juga naskah yang tertanggal 1553, disalin di Kairo dan dibeli oleh Perpustakaan Bodleian, Oxford, pada tahun 1692 dari janda Edward Pococke. Pococke adalah orang Arab terkemuka pada masanya, namun tidak diketahui di mana atau bagaimana Pococke mengakuisisi manuskrip ini.[10] (AL)

Selesai

 

Sebelumnya

Al Idrisi, The Book of Roger, dan Mega-Proyek yang Mengubah Sejarah Dunia (2)

Catatan kaki:

[1] Lihat, Brady Hibbs, The Book of Roger, https://scholarlycommons.obu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1018&context=history, diakses 26 Desember 2017

[2] Ibid

[3] Lihat, http://www.republika.co.id/berita/shortlink/38561, diakses 26 Desember 2017

[4] Lihat, Brady Hibbs, The Book of Roger, Op Cit

[5] Ibid

[6] Dari ketujuh wilayah pembagian tersebut, yang pertama membentang dari ekuator hingga 23 derajat latitute, dan yang ketujuh dari 54 hingga 63 derajat diikuti wilayah yang tidak dapat dihuni karena dingin dan salju. Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Tabula_Rogeriana#cite_note-Scott-1, diakses 26 Desember 2017

[7] Lihat, S. Maqbul Ahmd, Cartography of aI-SharIf aI-IdrIsI, http://www.press.uchicago.edu/books/HOC/HOC_V2_B1/HOC_VOLUME2_Book1_chapter7.pdf, diakses 26 Desember 2017

[8] Lihat, Brady Hibbs, The Book of Roger, Op Cit

[9] Bodleian Library (Perpustakaan Bodleian) adalah perpustakaan riset utama Universitas Oxford, salah satu perpustakaan tertua di Eropa, dan di Britania Raya merupakan yang terbesar kedua dalam kapasitasnya setelah British Library dengan koleksi lebih dari 11 juta barang. Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Bodleian_Library, diakses 26 Desember 2017

[10] http://www.bbc.co.uk/ahistoryoftheworld/objects/-es5mO0-QDKczuQypeWReg

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*