Al Idrisi, The Book of Roger, dan Mega-Proyek yang Mengubah Sejarah Dunia (2)

in Sejarah

Last updated on December 29th, 2017 08:45 am

 

Mega-proyek untuk membuat peta paling akurat di dunia itu pun dirancang. Al-Idrisi dan Roger II bersepakat proyek ini akan diselesaikan dalam tempo 15 tahun. Guna mewujudkan ambisinya, didirikanlah akademi geografer yang dipimpin Roger II dan Al-Idrisi.

—Ο—

 

Al Idrisi, sosok yang memang sudah ditunggu lama oleh Roger II. Ialah yang diproyeksikan bisa memberi jawaban yang muaskan bagi rasa ingin tau Roger II akan dunia yang kita huni sekarang. Selama ini, Roger II hanya mendengar sejumlah tempat dari banyak pelancong yang datang dan pergi di pelabuhan Sicilia. Namun ia tidak mampu membayangkan dengan pasti tempat-tempat yang dimaksud. Dan masalah yang paling mendasar mengapa Roger II – dan mungkin banyak lagi orang pada masa itu di Eropa – tidak bisa membayangkan konstalasi geografi, sebab mereka belum bisa memastikan, bentuk bumi atau dunia ini seperti apa? Keyakinan purba masih menyatakan bahwa dunia ini berbentuk datar. Sehingga tidak mengherankan bila banyak ahli geografi Roger II, yang sebelumnya ditugaskan untuk membuat peta dunia, menyisipkan unsur-unsur mitologi di tempat-tempat yang tidak diketahui itu.[1]

Al Idrisi adalah seorang keturunan Arab yang lahir di Ceuta[2] pada sekitar tahun 1100 masehi. Di tempat kelahirannya, keluarga Al Idrisi merupakan penguasa selama tiga abad. Nasabnya diperkirakan memiliki sambungan langsung ke Rasulullah SAW. Awalnya, keluarga Al Idrisi adalah bangsawan di Malaga, ketika kaum Muslimin masih memerintah Andalusia. Namun keluarga ini kemudian pindah ke Ceuta dan berkuasa di sana.

Al-Idrisi menyelesaikan sebagian besar pendidikannya di Cordoba, Andalusia. Cordoba memiliki sejarah yang kaya sebagai pusat studi ilmiah di dunia Islam setelah Abdurrahman II, mantan emir Cordoba, membentuk kembali masyarakat Cordoba dengan menanamkan semangat ilmu pengetahuan di abad ke-9 M. Sebagai salah satu pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan sains Islam pada masa itu, Universitas Cordoba menyimpan banyak sekali literatur dari berbagai tema keilmuan. Disinilah Al Idrisi bisa mengakses banyak dokumen tentang wilayah dan kondisi kebudayaan masyarakat di seluruh dunia yang ditulis oleh para pelancong Muslim sebelumnya.

Tapi salah satu kelebihan Al Idrisi, ia tidak hanya sebatas membaca dan mengetahui, tapi juga berjalan dan mengunjungi tempat-tempat menarik yang dibacanya. Konon, setelah menyelesaikan pendidikan formal di sekitar usia 16, Al-Idrisi memulai perjalanannya. Ia mengunjungi berbagai titik di Eropa (termasuk Inggris dan Prancis), Afrika Utara, dan Anatolia. Perjalanannya ke Eropa telah menjadikan pengalamannya khas bila dibandingkan dengan banyak ilmuwan Arab kontemporer lainnya. Melalui perjalanannya, rasa ingin taunya beralih menjadi antusiasme. Dari sebelumnya hanya sebatas pelancong, Al Idrisi menemukan kegairahan sejati untuk menjadikan geografi sebagai ambisi hidupnya.

Kisah tentang bagaimana akhirnya Al Idrisi sampai ke Istana Roger II juga masih simpang siur. Ada yang mengatakan, bahwa kedatangannya ke Sicilia adalah sebuah aksi pelarian dari upaya persekusi yang dilakukan oleh Dinasti Abbasiyah kepada para keturunan Rasulullah SAW, termasuk diantaranya Al Idrisi.[3] Namun yang pasti, pertemuan ini terjadi karena keduanya (Roger II dan Al Idrisi) memang memiliki minat dan ambisi yang sama tentang geografi. Al Idrisi menangkap peluang untuk memuaskan ambisi keilmuannya, ketika penguasa Sicilia menawarkannya kerjasama untuk membuat satu proyek ambisius, yaitu membuat peta dunia yang pertama paling akurat di muka bumi.

Proyek ini menjadi visible untuk dikerjakan mengingat, Roger II memiliki komitmen dan biaya, maupun sumber daya lainnya untuk mendukung pekerjaan ini. Dan salah satu yang tak kalah penting, informasi ataupun referensi tentang tempat-tempat ini juga banyak bertebaran di Sicilia, yang saat itu merupakan pusat bertemunya banyak peradaban besar di dunia, baik Islam, Kristen, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah. Secara khusus, ini adalah titik di mana budaya Arab dan Kristen bertemu dan menciptakan lanskap sosial yang unik.[4]

Dalam pertemuan yang bersejarah itu, Roger II meminta Al Idrisi untuk membuat peta yang tidak hanya secara akurat menandai lokasi semua tanah asing yang diketahui, namun juga memberikan deskripsi umum tentang sumber daya, susunan ekonomi, budaya, dan adat istiadat di semua tempat yang diinformasikan secara akurat. Tujuannya, agar hasil karya tersebut dapat menjadi standar acuan bagi siapapun yang ingin menjelajahi wilayah-wilayah tersebut.

Proyek besar itu pun dirancang. Al-Idris dan Roger II bersepakat proyek pembuatan peta dunia itu akan diselesaikan dalam tempo 15 tahun. Guna mewujudkan ambisinya, didirikanlah akademi geografer yang dipimpin Raja Roger II dan Al-Idrisi. (AL)

Bersambung…

Al Idrisi, The Book of Roger, dan Mega-Proyek yang Mengubah Sejarah Dunia (3)

Sebelumnya:

Al Idrisi, The Book of Roger, dan Mega-Proyek yang Mengubah Sejarah Dunia (1)

Catatan kaki:

[1] Lihat, Brady Hibbs, The Book of Roger, https://scholarlycommons.obu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1018&context=history, diakses 26 Desember 2017

[2] Ceuta adalah sebuah eksklave milik Spanyol yang terletak di Afrika Utara, ujung utara Maghreb (Maroko), di pesisir pantai Mediterania dekat Selat Gibraltar. Luas wilayahnya sekitar 28 km². Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Ceuta, diakses 26 Desember 2017

[3] Lihat, Brady Hibbs, The Book of Roger, Op Cit

[4] Menurut Brady Hibbs, “Karakter Roger agak memantulkan difusi budaya yang terjadi di Sisilia ini . Meskipun ia adalah seorang mantan prajurit Prancis Norman yang berkuasa di Sisilia melalui penaklukan, Roger menunjukkan gaya hidup yang lebih mengindikasikan sepeti penguasa timur. Dia bahkan kadang disebut sebagai “raja setengah dewa” dan “Sultan Sisilia yang dibaptis.” Ketika berita tentang negeri asing akhirnya menyebar dari Palermo dan kota-kota pelabuhan lainnya di seluruh Kerajaan Sisilia, ketertarikan Roger untuk belajar dan mencatat daerah baru dan potensi jalan untuk menemukan kekayaan baru mulai terusik”. Lihat, Ibid

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*