Albania (3): Sejarah Masuknya Islam Ke Albania

in Negara Islam

Last updated on October 20th, 2017 03:02 pm

Pada tahun 1347, Serbia menginvasi Albania di bawah kepemimpinan Stefan Dušan, orang-orang Albania melakukan migrasi massal ke Yunani. Kekuasaan Serbia tidak berlangsung lama, pada tahun 1388 Ottoman/Utsmaniyah (sekarang Turki) menginvasi Albania. Pada 1430, Albania jatuh ke tangan orang-orang Utsmani, namun selama tahun 1440an, Gjergj Kastrioti mengorganisir penguasa feodal negara tersebut untuk melawan Ottoman. Kastrioti, yang dikenal sebagai Skenderbeg, berhasil melakukan perlawanan terhadap Ottoman selama 25 tahun dengan bantuan militer dari Roma, Naples, dan Venesia. Perlawanan Albania runtuh setelah kematian Skenderbeg, dan Ottoman menduduki kembali negara itu pada tahun 1506. Sekitar seperempat dari populasi negara tersebut melarikan diri ke Italia, Sisilia, dan pantai Dalmatian di Laut Adriatik. Nama Skenderbeg telah diabadikan dalam sejarah Albania untuk mengilhami persatuan dan kemerdekaan nasional. Hari ini dia dipuja sebagai pahlawan terbesar Albania.

Patung Pahlawan Nasional Albania, Skenderbeg, di Albania. (Source: https://alchetron.com/Skanderbeg-1055596-W#-)

Selama empat abad pemerintahan, Ottoman tidak sepenuhnya mengendalikan Albania. Di daerah dataran tinggi, kekuasaan Ottoman lemah, dan orang Albania menolak membayar pajak, serta menolak untuk bergabung dengan militer Ottoman. Orang-orang Albania melakukan beberapa pemberontakan, beberapa diantaranya dilakukan atas dasar keagamaan, yaitu untuk membela iman Kristen mereka. Pada akhir abad ke-16, Ottoman memulai sebuah kebijakan Islamisasi sebagai cara untuk asimilasi kebudayaan dan mencegah perlawanan di masa depan. Menjelang akhir abad ke-17, sekitar dua pertiga penduduk Albania telah masuk Islam, banyak yang memiliki alasan untuk menghindari pajak berat yang dikenakan pada orang-orang Kristen. Dinasti Utsmani juga memperluas kendali mereka melalui sistem militer feodal, di mana para pemimpin militer Albania yang setia kepada kerajaan diberi tanah perkebunan.

Ilustrasi Pemberontak Albania melawan Ottoman. (Source: Wikimedia)

Saat kekuasaan Ottoman melemah pada abad ke-18, beberapa penguasa militer lokal justru kekuatannya meningkat. Keluarga Bushati mendominasi sebagian besar wilayah utara Albania antara tahun 1750 sampai dengan 1831, sementara Ali Pasa Tepelene memerintah Albania selatan dan utara Yunani dari tahun 1788 sampai 1822. Para penguasa lokal ini menciptakan negara bagian yang terpisah sampai mereka digulingkan oleh sultan Ottoman Mahmud II. Di kemudian hari, sejumlah orang Albania juga dapat naik ke posisi tinggi di pemerintahan Ottoman. Pada abad ke-18 sampai ke-19, lebih dari dua empat orang Albania berhasil menjadi wali utama (perdana menteri).

 

Kemerdekaan Albania

Pada abad ke-19, trend negara-negara di wilayah Balkan yang dijajah adalah menginginkan kemerdekaan. Pada tahun 1878, para pemimpin Albania bertemu di kota Prizren, Kosovo, di mana mereka mendirikan Liga Prizren (Liga Albania) untuk mempromosikan Albania yang merdeka dan bersatu di semua wilayah berpenduduk Albania. Liga Albania juga berusaha mengembangkan bahasa, pendidikan, dan budaya Albania sendiri, dan pada tahun 1908, pemimpin Albania menyusun sebuah alfabet nasional berdasarkan aksara Latin.

Sultan Mahmud II dari Dinasti Ustmaniyah. (Source: http://turkish-ichistory.com/2015/03/the-ottoman-tanzimat-through-the-eyes-of-robert-walsh-part-2/)

Antara tahun 1910 dan 1912, nasionalis Albania melancarkan perlawanan bersenjata melawan Utsmaniyah, yang menolak memberikan otonomi untuk Albania (pemerintahan sendiri). Pada tahun 1912 Dinasti Utsmani diserang serentak dan dikalahkan oleh tentara Serbia, Yunani, dan Bulgaria, kejadian tersebut kemudian disebut Perang Balkan Pertama. Melalui kemenangan tersebut, Albania segera memproklamirkan kemerdekaannya dari Kekaisaran Ottoman. Inggris, Jerman, Rusia, Austria, Prancis, dan Italia (yang dikenal sebagai “Kekuatan Besar”) memberikan dukungan untuk kemerdekaan Albania. Namun karena tekanan kuat dari negara-negara tetangga, Kosovo, salah satu tempat yang menjadi tempat tinggal etnis Albania diserahkan ke negara Serbia. Begitu pula dengan sebagian besar wilayah Çamëria yang beretnis Albania, area tersebut diserahkan ke negara Yunani. Pada saat itu sekitar setengah dari populasi Albania ditinggalkan di luar perbatasan negara Albania yang kita kenal saat ini.

Muslim di Albania sedang melaksanakan Sholat Ied di tahun 2015. (Source: http://www.newsweek.com)

Negara-negara kekuatan besar menunjuk seorang pangeran Jerman, Wilhelm zu Wied, untuk menjadi penguasa Albania, namun dia berkuasa hanya enam bulan, karena setelah itu Perang Dunia I segera terjadi. Selama Perang Dunia I berlangsung, tentara Austria, Prancis, Italia, Yunani, Montenegro, dan Serbia menduduki Albania, selama itu pula Albania tidak memiliki pemimpin secara politik, Albania mengalami kekosongan kekuasaan. Pada Konferensi Perdamaian di Paris setelah perang berakhir, Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson memveto rencana Inggris, Prancis, dan Italia yang berkeinginan untuk membagi-bagi wilayah Albania ke negara di sekitarnya. Pada tahun 1920 Albania diterima di Liga Bangsa-Bangsa yang baru dibentuk, dan mendapatkan pengakuan internasional sebagai negara merdeka. Meskipun sudah merdeka dari Ottoman, sampai hari ini 70 persen penduduk Albania masih memeluk agama Islam. (PH)

Pernikahan keluarga kerajaan Albania, Raja Leka II (nama aslinya adalah Anwar El Sadat) dan Elia Zaharia di Tirana tahun 2016. Keluarga kerajaan tidak mempunyai peran atau status khusus dalam kenegaraan, tetapi mereka masih seringkali diundang dalam acara kenegaraan. (Source: http://www.dailymail.co.uk/news/article-3828417/Albania-hosts-second-royal-wedding-end-communism-King-Leka-II-marries-longtime-fiancee-Elia-Zaharia-lavish-ceremony.html)

Selesai.

Sebelumnya:

Albania (2): Masuknya Kristen Dan Sejarah Perkembangan Bangsa Albania

Catatan: Artikel ini diterjemahkan secara bebas dan diceritakan ulang berdasarkan artikel: Bugajski, Janusz. “Albania.” Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*