Albania (2): Masuknya Kristen Dan Sejarah Perkembangan Bangsa Albania

in Negara Islam

Last updated on October 20th, 2017 02:59 pm

Orang Albania zaman sekarang berasal dari etnis Illyrian yang tinggal di Balkan Selatan, mereka sudah ada di sana jauh sebelum orang Yunani, Romawi, dan Slavia bermigrasi ke wilayah tersebut. Selama abad ke-7 dan ke-6 SM, orang-orang Yunani mendirikan beberapa koloni di sepanjang pantai Albania, termasuk Epidamnus (Durrës sekarang) dan Apollonia (dekat Vlorë sekarang). Pada abad ke-3 SM koloni mulai berkurang dan akhirnya menghilang. Saat orang-orang Yunani pergi, kelompok-kelompok Illyrian kecil berevolusi menjadi unit politik yang lebih kompleks, termasuk federasi dan kerajaan. Perkembangan signifikan dari kerajaan-kerajaan tersebut terjadi antara abad ke-5 sampai ke-2 SM.

Pada saat yang sama, Roma berkembang di semenanjung Italia, melintasi Laut Adriatik menuju Illyria. Orang-orang Romawi melihat Illyria sebagai jembatan untuk penaklukan timur, dan pada 229 SM, Roma melintasi Laut Adriatik dan menyerang Illyria. Pada tahun 168 SM Roma telah berhasil mengendalikan Illyria dan menamainya provinsi Illyricum. Tidak hanya itu, Roma juga membawa agama Kristen ke Illyria.

Kastil Berat di Albania. Terdapat patung wajah Konstantin Agung. (Source: http://albania.al/destination/12/berati/)

Roma memerintah wilayah ini selama enam abad berikutnya, namun orang-orang Illyria menolak untuk berasimilasi. Illyria mempertahankan budaya dan bahasa mereka yang unik sebagai identitas etnis. Meskipun dalam posisi terjajah, di kemudian hari orang-orang Illyria mempunyai pengaruh signifikan dalam angkatan bersenjata Romawi, dan beberapa orang Illyria bahkan menjadi kaisar Romawi, termasuk Aurelian (270-275 SM), Diocletian (284-305), dan Konstantin Agung (306-337). Kekristenan semakin menguat di Illyricum pada pertengahan abad pertama, dan pada tahun 58, Santo Paulus menempatkan seorang utusan yang bertanggung jawab atas Epidamnus. Kursi untuk keuskupan kemudian dibuat di Apollonia dan Scodra (sekarang Shkodër).

Patung Konstantin Agung di York, Inggris, karya Philip Jackson. (Source: Wikimedia). Konstantin Agung ternyata seorang Albania.

Pada tahun 395 Kekaisaran Romawi dipecah menjadi kekaisaran barat dan timur (Bizantium), dan wilayah Albania hari ini dulunya adalah bagian dari Kekaisaran Bizantium. Beberapa orang Illyria sempat menjadi kaisar Bizantium, termasuk Justinianus I (527-565). Pada abad ke 5, agama Kristen telah menjadi agama yang kuat, dan orang-orang Kristen Albania tetap berada di bawah yurisdiksi religius paus Romawi, meskipun menjadi subyek Kekaisaran Bizantium. Pada abad ke-5 orang-orang Visigoth, Hun, dan Ostrogoth menyerang dan menghancurkan Illyria, dan di abad ke-6 sampai ke-8, masyarakat Slavia menetap di wilayah Illyrian. Hasil asimilisasi antara Slavia dan Illyria adalah apa yang kita kenal sekarang dengan Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, dan Serbia. Namun, bangsa Illyrian selatan, yaitu orang-orang Albania hari ini, menolak asimilasi. Pada 732 kaisar Bizantium Leo III memisahkan Gereja Albania dari Roma dan menempatkannya di bawah patriarki Konstantinopel (sekarang İstanbul).

Ilustrasi Santo Paulus. (Source: http://www.ephesus.us/ephesus/st_paul_in_ephesus.htm)

Dari abad ke 8 sampai abad ke 11, Illyria berangsur-angsur dikenal sebagai Albania, istilah tersebut berasal dari kelompok yang menyebut dirinya Albania yang mendiami Illyria tengah. Para ilmuwan tidak dapat menentukan asal-usul nama Shqiperia (Negeri Elang), yang oleh orang Albania sekarang disebut nama lain dari Albania.

Gereja Saint Trinity , peninggalan kekaisaran Bizantium. (Source: http://albania.al/destination/12/berati/)

Ketika gereja Kristen secara formal berpisah pada tahun 1054, yaitu Gereja Timur dan Gereja Barat, Albania selatan mempertahankan hubungannya dengan Gereja Timur, atau Ortodoks Konstantinopel, sementara Albania utara kembali ke yurisdiksi Gereja Katolik Roma di Roma. Selama Abad Pertengahan (abad ke-5 sampai abad ke-15) kota-kota Albania berkembang dan perdagangan tumbuh, terutama di wilayah Adriatik. Seiring dengan tumbuhnya kemakmuran kota, kesenian, kebudayaan, dan pendidikan juga ikut berkembang. Bahasa Albania tetap bertahan, namun tidak digunakan di gereja, pemerintahan, atau sekolah; Sebagai gantinya, bahasa Yunani dan bahasa Latin tetap merupakan bahasa sastra dan budaya yang resmi pada waktu itu. (PH)

Bersambung ke:

Albania (3): Sejarah Masuknya Islam Ke Albania

Sebelumnya:

Albania (1)

Catatan: Artikel ini diterjemahkan secara bebas dan diceritakan ulang berdasarkan artikel: Bugajski, Janusz. “Albania.” Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*